Sulap Bambu Jadi Tumbler, Karya Penyandang Disabilitas Asal Bandung Mejeng di Mal Ternama

Uwes Kurni adalah penyandang disabilitas yang memiliki keterampilan membuat tumbler atau gelas minum dari bahan bambu.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Mar 2023, 17:31 WIB
Tumbler bambu karya Uwes Kurni, penyandang disabilitas fisik dari Lembang, Bandung. Foto: Kemensos.

Liputan6.com, Jakarta Uwes Kurni adalah penyandang disabilitas yang memiliki keterampilan membuat tumbler atau gelas minum dari bahan bambu.

Meski terdengar sederhana, tapi karya pria asal Lembang, Bandung ini telah berhasil mejeng di mal furniture ternama asal Swedia yang terletak di Bandung Barat. Mal ini merupakan jaringan retail Eropa.

Sebelum memulai usaha sendiri, pria 36 tahun ini sempat mengasah keterampilannya di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung. Melalui unit pelaksana teknis (UPT) milik Kementerian Sosial (Kemensos) ini Uwes Kurni mendapatkan berbagai bantuan.

"Kami sudah diasesmen untuk dapat bantuan alat-alat produksi, seperti mesin grafir, las dan mesin amplas. Teman-teman juga diberikan tempat tinggal sementara di BBPPKS Bandung," kata pria yang karib disapa Aweng mengutip laman Kemensos RI, Selasa (28/3/2023).

Penyandang disabilitas fisik ini tergabung dalam Planet Kreatif Disabilitas yang dibina oleh BBPPKS Lembang. Ketekunannya mengasah diri membuatnya berhasil memasarkan produk di mal ternama.

Selain tumbler, Aweng juga memproduksi berbagai barang lain seperti cangkir, asbak, toples hingga anyaman wadah bumbu. Saat ini, Aweng dan teman-temannya sedang menggagas inovasi pembuatan miniatur dari bambu.

Sejak Agustus 2022, ia telah memproduksi 50 hingga 100 tumbler bambu per minggu untuk dipasarkan secara daring maupun luring. Selain pesanan dalam negeri, hasil karyanya ini juga sudah dilirik warga Australia dan langsung mengundang pesanan dari negeri Kangguru tersebut.


Mejeng Pula di Sentra Kreasi Atensi Bale Lembang

Uwes Kurni adalah penyandang disabilitas yang memiliki keterampilan membuat tumbler atau gelas minum dari bahan bambu. Foto: Kemensos.

Selain secara daring, hasil karya Aweng dan teman-teman juga dipasarkan melalui berbagai pameran.

Karya unik tersebut juga terpajang di Sentra Kreasi Atensi (SKA) Bale Lembang dan menarik perhatian pengunjung.

Di SKA ini, Aweng dan rekan-rekan disabilitas lainnya memamerkan produk masing-masing. Tidak hanya menampilkan hasil karya kerajinan tangan, ada pula hasil pertanian, kopi, dan kuliner yang baristanya merupakan penyandang Tuli.

Pembangunan SKA Bale Lembang sejak Februari 2023 ini sebagai wujud komitmen bersama dalam memberikan layanan sosial kepada penerima manfaat (PM).

"Jika ada komitmen bersama, maka bisa terwujud. Sesuai arahan Menteri Sosial Tri Rismaharini bahwa fungsi balai-balai tidak hanya menjadi penyelenggara kediklatan, tetapi juga sekaligus menjadi pusat pemberian layanan sosial kepada masyarakat, termasuk pemberdayaan di dalamnya," jelas Sekjen Kemensos Harry Hikmat saat mengunjungi Soft Launching SKA Bale Lembang, Minggu 19 Maret 2023.


Terus Mengasah Kemampuan Pemberdayaan

Sejalan dengan hal tersebut, Staf Khusus Menteri Sosial Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Program Kementerian Sosial Suhadi Lili mengungkapkan, pengelola SKA harus terus mengasah kemampuan pemberdayaan.

Suhadi menekankan bahwa keberfungsian sosial akan sempurna jika PM bisa mandiri secara ekonomi melalui pemberdayaan. Ia menyambut baik upaya pengembangan SKA Bale Lembang yang diharapkan bisa menjadi pusat unggulan dalam hal pemberdayaan sosial.

Pemberdayaan terhadap Aweng dan teman-teman yang tergabung dalam Komunitas Planet Kreatif Disabilitas ini menjadi wujud upaya pemberdayaan kelompok rentan Kolaborasi antara Kemensos dan Pemerintah Daerah.


Menjual Karya, Bukan Iba

Selain itu, BBPPKS Bandung juga memiliki desa-desa binaan yang hasil karyanya bisa didorong masuk ke SKA untuk dipasarkan. Harry menyebutkan ini bisa menjadi bentuk dukungan pemberdayaan.

Fasilitas yang ada di BBPPKS Bandung bisa dimanfaatkan untuk pemberdayaan. Pelayanan kepada kelompok rentan yang bersifat residensial (tinggal di balai) memungkinkan untuk digunakan sambil berjalannya upaya pemberdayaan. Fasilitas ini bisa digunakan sampai PM mampu mandiri secara ekonomi.

Aweng mengungkapkan, selama terjun di usaha ini, ia mendapat banyak teman baru, saudara baru dan pengalaman baru. Kini perekonomiannya pun tidak lagi mengandalkan keluarga.

"Jadi sekarang saya bisa usaha sendiri, cari uang sendiri, tidak bergantung dengan keluarga. Tentunya ini bukti kami menjual karya, bukan iba," tutup Aweng.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya