No Left Behind, Semua Orang Harus Mendapatkan Sosialisasi Literasi Digital

Saat ini penting untuk memiliki kemampuan literasi digital demi keamanan dan kenyamanan di ruang digital.

oleh Anasthasia Yuliana Winata diperbarui 29 Mar 2023, 18:00 WIB
Saat ini penting untuk memiliki kemampuan literasi digital demi keamanan dan kenyamanan di ruang digital. (Liputan6.com/HO/Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Di era yang serbadigital, informasi dan aktivitas di ruang digital semakin ramai dan padat. Tantangan dan hambatan juga seringkali dijumpai, mulai dari hoaks, penipuan, phising, dan lainnya. Maka dari itu penting untuk memiliki kemampuan literasi digital demi keamanan dan kenyamanan di ruang digital. 

Sosialisasi dan edukasi literasi digital telah dilakukan oleh beberapa pihak, terutama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Selain itu, sosialisasi dan edukasi literasi digital ini juga dilakukan oleh Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) sebuah komunitas beranggotakan dosen, peneliti dan pegiat yang peduli pada isu literasi digital.

Tidak hanya itu, ada juga Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) SiBerkreasi yang yang juga bertekad untuk meningkatkan literasi digital masyarakat dengan konten positif yang kreatif dan juga gerakan-gerakan lainnya.

Seluruh upaya ini tentunya dilakukan demi kesejahteraan ruang digital.

Mira Sahid, pegiat literasi digital yang juga Wakil Ketua Umum SiBerkreasi mengatakan mereka mendapat dukungan dari Kominfo dalam upaya untuk mencerdaskan masyarakat Indonesia dalam bidang digital.

 


Literasi Digital Diharapkan Menjangkau Seluruh Golongan

Kemenkoinfo -Siber Kreasi Berbagi Ilmu Aman Dalam Media Digital

Kominfo, Japelidi, SiBerkreasi, dan gerakan lainnya tentu memiliki program untuk menyasar segmen-segmen usia tertentu. Adapun kategori yang digunakan yaitu masyarakat, pendidikan, komunitas, dan juga rentang usianya. 

“Nah harapannya justru memang kita bisa dari hulu ke hilir ya. No left behind (tidak ada yang tertinggal) ya. Program-program yang dibuat juga bisa lebih spesifik (sesuai kategori),” ujar Mira saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (24/3/2023).

Mira juga memberikan contoh, untuk anak muda, sosialisasi tetap melibatkan empat pilar literasi digital (digital skills, digital safety, digital ethics, dan digital culture), tapi penyampaiannya disesuaikan.

Misalnya tren-tren apa yang sedang digandrungi anak muda, atau mungkin dari sisi pengisi acara, narasumber, pembawaannya, hingga gayanya.

“Makanya kita juga perlu menyampaikan gaya dengan cara ya yang mudah diterima dan contoh-contoh kasus yang paling penting ataupun hal-hal sederhana sehari-hari yang mereka temui,” pungkasnya.

 

 


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya