Liputan6.com, Jakarta - PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) anggota dari grup PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) melalui anak usahanya, PT Volta Indonesia Semesta akan menggenjot produksi kendaraan listrik. Ini mengingat, pemerintah akan memberikan subsidi bagi masyarakat yang ingin membeli motor listrik.
"Kalau produksi motor tentunya pasti selalu ada penambahan, karena pemerintah juga baru menerbitkan melalui Kemenperin bantuan (subsidi motor listrik), tapi tidak semua kalangan dapat subsidi. Tentunya animo masyarakat jadi lebih tinggi, jadi secara pabrik kita terus produksi," kata Direktur Utama NFC Indonesia, Abraham Theofilus saat ditemui di Hotel Mulia, Jakarta, ditulis Rabu (29/3/2023).
Advertisement
Menurut ia, bisnis motor listrik ini masih memiliki potensi besar ke depan. Lantaran, bisnis motor listrik ini masih di tahap awal. Dengan demikian, Volta pun berupaya memproduksi sejumlah motor listrik dengan model baru.
"Karena ini bisnisnya masih awal banget potensi masih banyak. Volta selalu produksi kita selalu nambah-nambah model baru baik segmen ibu rumah tangga, anak muda itu salah satunya kita menyiapkan beberapa varian dari satu baterai dua baterai," kata dia.
Sementara itu, jenis motor listrik Volta yang telah memenuhi Tingkat Kandungan Dalam Negeri atau TKDN baru satu, yakni seri 401. Sedangkan, untuk model Mandala dan Virgo masih dalam tahap peningkatan TKDN.
"Saat ini kita sedang proses lainnya untuk memenuhi TKDN ada Mandala dan Virgo. Jadi pilihan masyarakat juga lebih bayak," kata dia.
Menambah Kapasitas Produksi
Di sisi lain, Abraham menyebut, motor listrik merek Volta telah terjual sekitar 10 ribu unit. Selain itu, hingga saat ini kapasitas produksi motor listrik Volta telah menyentuh sekitar 5.000 unit per bulan.
"Kita juga ada rencana untuk menambah kapasitas produksi per bulan, kita mau ekspansi juga untuk pabrik," ujar dia.
Meski demikian, Abraham belum bisa menjabarkan terkait peningkatan kapasitas produksi tersebut. Selain itu, ia mengaku, hingga saat ini komposisi pembeli mayoritas adalah perusahaan.
Namun, ia memprediksi sebentar lagi pembeli ritel akan meningkat. Sebab, pemerintah telah menggelontorkan subsidi motor listrik bagi masyarakat. "Kita mayoritas ke B2B (business to business), seperti perusahaan logistik, ritel sebentar lagi akan boom apalagi dengan adanya support dari pemerintah," imbuhnya.
Advertisement
Genjot Industri Kendaraan Listrik, IBC Gandeng Volta, Alva, dan Gesits
Sebelumnya, Indonesia Battery Corporation (IBC) resmi meneken kerja sama dengan tiga produsen motor listrik, yakni Volta, Alva, dan Gesits. Kerja sama tersebut dilakukan dalam rangka mengembangkan ekosistem kendaraan listrik.
Sebagaimana diketahui, ketiga produsen motor listrik tersebut merupakan anak usaha emiten, Volta dari anak usaha PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), Alva dari anak usaha PT Indika Energi Tbk (INDY), dan Gesits dari cucu usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Direktur Utama IBC, Toto Nugroho menuturkan, kerja sama ini menjadi sebuah langkah strategis dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Ini mengingat, standarisasi baterai motor listrik menjadil hal yang paling penting.
"Kita lakukan standarisasi baterai EV. Produsen selama ini harus merancang baterai sendiri, butuh biaya besar. PLN jadi bingung untuk membuat infrastruktur kalau standarnya beda-beda," kata Toto dalam konferensi pers, Selasa (28/3/2023).
Dengan demikian, kerja sama ini diharapkan dapat memudahkan pengguna kendaraan listrik dalam melakukan pengisian baterai. Sebab, baterai dari kendaraan listrik ketiga produsen tersebut memiliki standar yang sama.
"Kita langkah kecil dulu tapi strategis, baik hardware dan softwarenya, kita lakukan prototipe. Ini akan kita lakukan setelah MoU, harus ada produk jadi," kata dia.
Selain itu, Toto menyebut, konsep utama dari kerja sama ini agar pengisian baterai motor listrik tersebut memiliki standar yang sama. Dia menganalogikan konsep ini seperti ATM Bersama.
"Satu lagi konsep besar kita ini seperti ATM Bersama dari empat Himbara. Ada sistem bersama, ini di balik yang kita lakukan. Intinya apapun motor listriknya baterainya dari IBC dan listriknya dari PLN," imbuhnya.
Genjot Industri Kendaraan Listrik
Ia menuturkan, kerja sama ini menjadi langkah awal untuk IBC dalam rangka menggenjot industri kendaraan listrik di Indonesia. Selain itu, Toto memprediksi, hingga 2039 kebutuhan penggunaan baterai kendaraan listrik (mobil dan motor) akan menyentuh 60 GWh.
"Kalau kita lihat proyeksi baterai EV sampai 2039 butuh 60 GWh. Kalau investasi Hyundai di Karawang baru 10 Gwh," kata dia.
Selain itu, pemerintah menargetkan terdapat 300 ribu unit motor listrik pada tahun ini dengan rincian 50 ribu unit motor konversi, dan 250 ribu unit dari produksi manufaktur.
"China memiliki 32 juta (motor listrik). Kita ingin capai, skalanya besar. Kita tingkatkan penetrasi, kita ingin supaya EV dipakai sehari-sehari," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan, kerja sama ini salah satu bagian dari perubahan iklim di sektor transportasi dari bahan bakar minyak menjadi energi listrik.
"Mou ini bagian dari memerangi perubahan iklim di sektor transportasi. Apalagi minyak masih impor, batu bara masih dipakai. Ini perubahan dari energi impor jadi lokal, energi mahal jadi murah," kata Darmawan.
Advertisement