Liputan6.com, Jakarta Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) di Sidoarjo, Jawa Timur di bulan Ramadhan ini telah bisa mengenalkan alat musik angklung kepada anak-anak disabilitas.
Menurut Ketua Umum Y-AMI Yenni Darmawanti, SE., pengenalan angklung kepada anak berkebutuhan khusus (ABK) dilakukan karena angklung merupakan seni tradisional yang perlu dilestarikan.
Advertisement
“Selain itu, saat memainkan angklung ada latihan motorik halus, karena untuk sekadar menggoyangkan angklung kalau motorik halusnya tidak terlatih juga enggak akan maksimal, goyangannya lemah sekali,” kata Yenni kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan suara, Rabu (29/3/2023).
Baru-baru ini, pihak Y-AMI mendapatkan bantuan guru angklung dan alat musik angklungnya sebanyak 6 set. Pertemuan dengan guru angklung, Yanti, berawal saat Y-AMI merayakan Hari Disabilitas Internasional pada Desember 2022.
Yanti sendiri tergabung dalam kumpulan ibu-ibu notaris yang acap kali tampil memainkan angklung atau kumpulan Angklung Darjo.
“Bu Yanti kepingin sekali ngajar anak ABK tapi belum keturutan, ketemu sama kita, kita diminta nomor teleponnya, WA dan Bu Yanti akhirnya datang ke shelter kita dengan membawa 6 set angklung.”
“Ini benar-benar berkah luar biasa buat kami, karena saya sendiri sudah empat tahun kepingin punya tim angklung, cuma ketika saya tanya-tanya, bayar angklung dan sewa gurunya kok mahal banget,” kata Yenni.
Hadirnya guru angklung di Y-AMI merupakan hal yang luar biasa bagi Yenni, pasalnya, Yanti rela mengajar secara gratis dan memberikan enam set angklung secara cuma-cuma.
Tantangan dalam Melatih Anak ABK Main Angklung
Latihan angklung anak-anak istimewa di Y-AMI sudah dilakukan sejak dua bulan lalu, tepatnya pada akhir Januari 2023.
Mengajarkan angklung pada anak disabilitas dan non disabilitas tentunya berbeda. Pada anak disabilitas, ada beberapa tantangan yang dihadapi.
“Mengajarkan angklung pada ABK lumayan ya hebohnya, mereka yang belum kondusif ya suka gangguin temannya yang lain atau kadang membunyikan angklungnya sebelum dikomando,” kata Yenni.
Maka dari itu, Yanti memutuskan untuk melakukan seleksi beberapa anak yang masuk ke dalam grup angklung. Dari sekitar 50 anak yang berminat main angklung, Yanti memutuskan memilih 20 anak yang bisa dilatih untuk penampilan khusus.
Advertisement
Didampingi Ibu
Dalam bermain angklung, anak-anak dibagi dalam beberapa barisan sesuai nada. Di setiap baris ada ibu yang mendampingi.
“Di belakangnya anak-anak dari satu baris itu mesti ada satu ibu yang berjaga. Supaya kalau badan anak mulai goyang-goyang atau mulai tidak fokus maka ibu bisa mengingatkan untuk kembali fokus.”
“Apakah sulit? Lumayan, karena ekstranya itu kalau ABK gerakan badannya yang enggak bisa diem, jadi kita harus betul-betul mengatur moodnya.”
Menurut Yenni, belajar angklung juga membuat anak-anak ABK belajar konsentrasi karena harus fokus pada arahan pelatih.
“Anak-anak dengan bermain angklung itu bisa banyak belajar berkonsentrasi, karena anak-anak harus fokus dengan arahan pelatih Bu Yanti untuk iramanya.”
Antusiasme Belajar Angklung
Anak-anak di yayasan tersebut pun sangat antusias belajar angklung. Bukan hanya 20 anak yang terpilih untuk latihan khusus, tapi anak lain yang belum terpilih pun tetap semangat ingin main angklung.
“Antusiasme anak-anak luar biasa, sementara saya pun sambil berlatih untuk mengajarkan ke yang lainnya yang belum terpilih. Jadi, kita ibu-ibunya juga sedang berlatih supaya anak-anaknya juga bisa tetap ikut latihan angklung selain dari Bu Yanti yang sudah memilih anak-anak yang tampil.”
Yenni berharap, dengan adanya pelatihan angklung ini, anak-anak menjadi lebih ceria dan semangat berlatih sehingga seluruh pelajaran konsentrasi dan gerak motorik mereka bisa semakin baik.
Sejauh ini, tim angklung Y-AMI sudah tampil dua kali. Pertama di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dan kedua tampil di Surabaya dengan ibu-ibu komunitas angklung.
Advertisement