Bandungan dan Sorogan, Istilah Unik Dalam Tradisi Mengaji Santri Ponpes di Cirebon

Para santri di lingkungan pondok pesantren tersebut mengaji bersama dibimbing kiai mereka. setiap podok pesantren yang ada di lingkungan Buntet Pesantren Cirebon memiliki ciri khas yang berbeda dalam mengaji kitab.

oleh Panji Prayitno diperbarui 29 Mar 2023, 14:22 WIB
Suasana ngaji bandungan di Ponpes Annur Pondok Buntet Pesantren Cirebon diikuti puluhan santri. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon Umat muslim diwajibkan berpuasa pada bulan ramadan. Banyak pahala dan berkah yang didapat selama menjalankan ibadah puasa di bulan ramadan.

Diketahui, selain puasa, umat muslim juga dianjurkan menjalankan ibadah lain yang penuh berkah ini. Seperti solat tarawih hingga mengaji setelah tarawih.

Bahkan, banyak cara dilakukan untuk ikut tadarus dengan mengaji kitab terutama di lingkungan Pondok Buntet Pesantren Cirebon. Para santri di lingkungan pondok pesantren tersebut mengaji bersama dibimbing kiai mereka.

Pengasuh Ponpes An Nur Buntet Pesantren Cirebon Kiai Farid Wajdi mengatakan, mengaji atau membaca kitab suci menjadi tradisi rutin pesantren, santri hingga warga sekitar ponpes.

"Setiap pesantren jelang ramadan tradisi mengaji dari dulu selalu ada. Ngaji yang dikonsentrasikan pada bulan puasa termasuk di pondok buntet pesantren yang punya kurang lebih 55 ponpes di dalamnya," kata Kiai Farid, Selasa (28/3/2023) malam.

Selain mengaji Al-Quran, santri juga terbiasa mengaji kitab Barzanji, Bahjatul Wasail, Ta'lim Muta'lim, Bulughul Maram dan Ayyulah Walad. Kiai Farid mengatakan, setiap podok pesantren yang ada di lingkungan Buntet Pesantren Cirebon memiliki ciri khas yang berbeda dalam mengaji kitab.

Namun, dalam tradisinya, mengaji Al-quran dan kitab tersebut dilakukan secara terbuka. Santri maupun warga yang berada di lingkungan Pondok Buntet Pesantren Cirebon bebas untuk mengikuti pengajian kitab yang ada di 55 ponpes itu.

"Namanya ngaji pasaran ngaji yang dikonsentrasikan pada bulan puasa khusus di Ponpes An Nur sebelum puasa sudah mulai ngaji pasaran sampai nanti seminggu pertama atau 10 hari pertama ramadan," ujar Kiai Farid.

Namun, yang unik dalam tradisi ramadan di pesantren tersebut adalah penamaan istilah mengaji. Kiai Farid menyebutkan, di lingkungan ponpesnya ada istilah ngaji bandungan dan sorogan.

Saksikan video pilihan berikut ini: 


Istilah Mengaji

Dia menjelaskan, ngaji bandungan yakni pengajian yang terdiri dari satu kiai dan banyak santri atau warga yang bergabung. Sedangkan ngaji sorogan adalah santri yang mengaji satu per satu kepada kiai nya.

"Jadi kalau ngaji sorogan itu ngaji face to face dilayani oleh kiai sehingga tahu persis diman kekurangan, kelemahan dan apa yang harus didorong santri dari kiai hasil ngaji sorogan," ujar dia.

Dia mengatakan, dalam mengaji kitab, ponpes yang diasuhnya mengaji 6 sampai 7 kitab dengan waktu yang sudah ditentukan. Sementara jadwal membaca kitab tersebut mulai dari subuh hingga setelah solat tarawih.

Diketahui, setelah Subuh santri dan warga membaca kitab barzanji. Kemudian setelah Duhur membaca kitab Bahjatul Wasail dan Tahsin Al-Quran.

Selanjutnya setelah Ashar, para santri membaca kitab Ta'lim Muta'lim dan Bulughul Maram. Pada malam harinya, setelah solat tarawih, santri melalanjutkan membaca kitab Ta'lim Muta'lim dan Ayyuhal Walad.

"Kami berharap para santri yang ikut ngaji kitab juga dapat keberkahan dari Wali Allah yang mengarang kitab ini. Yang penting mereka ngaji khatam dan Insya Allah keberkahan mengikuti," ujar Kiai Farid.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya