Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 123,8 juta orang diprediksi akan melakukan mudik Lebaran 2023 ini. Jumlah ini meningkat 14,2 persen jika dibandingkan dengan prediksi pergerakan masyarakat di masa Lebaran 2022 lalu, yang mencapai 85,5 juta orang.
Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, mengklaim itu akan jadi jumlah pergerakan mudik terbesar sepanjang sejarah.
Advertisement
"Ini paling gede sih potensinya. Wajar, penduduknya makin banyak kok," ujar Djoko kepada Liputan6.com, Rabu (29/3/2023).
Menurut dia, kepadatan saat mudik Lebaran nanti bisa diantisipasi jika pemerintah gencar melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak berpergian serentak dalam satu waktu.
"Yang penting itu diedukasi, jangan (pergi berbarengan) saat masa puncak lah. Kalau sudah libur ya berangkat saja. Keselamatan juga harus paling diutamakan," imbuhnya.
Selain itu, ia pun meminta kepada pihak sekolah maupun universitas untuk ikut membaca situasi terkini. Dalam hal ini, institusi penyelenggara pendidikan diharapkan bisa ikut menggeser waktu libur anak sekolah maupun kuliah pasca Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperpanjang masa cuti bersama Lebaran 2023 menjadi 19-25 April 2023.
"Ini kan baru usulan, dari sebelumnya (cuti bersama Lebaran 2023 dimulai) tanggal 21 jadi 19. Itu bagus. Kalau bisa juga anak sekolah dan mahasiswa libur," pintanya.
Di sisi lain, Djoko berharap pemerintah terus siaga memantau pergerakan mudik. Meskipun untuk di jalur darat tingkat kemacetan dan waktu tempuhnya kini bisa lebih terurai berkat adanya pembangunan jalan tol.
"Yang penting itu bagaimana mengelola mudik. Persoalan macet sih biasa, kalau mudik itu udah jadi cerita. Asalkan macetnya tidak keterlaluan. Seperti sebelum ada tol, Jakarta-Solo Raya aja bisa sampai antara 30-35 jam. Sekarang bisa 10-12 jam," tuturnya.
Mudik Lebaran 2023, Polri Siapkan Rekayasa Lalu Lintas One Way dan Contra Flow
Polri menyiapkan skema rekayasa lalu lintas dalam rangka menghadapi arus mudik Lebaran 2023, berupa One Way dan Contra Flow. Diperkirakan puncak arus mudik Lebaran akan terjadi pada 18 April hingga 21 April 2023.
Diretur Penegakan Hukum Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri, Brigjen Pol Aan Suhanan menyampaikan, rekayasa Contra Flow diberlakukan secara situasional untuk mengantisipasi kepadatan di sekitar rest area dan terjadinya gangguan pada penggal jalan tertentu di tol.
“Contraflow dilaksanakan dari mulai KM 47 Tol Jakarta-Cikampek sampai dengan KM 72 Tol Cipali untuk arus mudik dan arus balik sesuai regulasi SKB,” tutur Aan di Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (28/3/2023).
Sementara untuk One Way skala nasional, lanjut Aan, diberlakukan dari KM 72 Tol Cipali sampai dengan KM 414 Gerbang Tol (GT) Kali Kangkung untuk arus mudik dan arus balik Lebaran 2023.
“One Way lokal Jawa Tengah dilaksanakan dari KM 422 sampai dengan KM 442 Tol Semarang-Bawen untuk arus mudik dan arus balik,” jelas dia.
Sementara untuk rekayasa alih arus dan buka tutup dilaksanakan pada ruas Tol Fungsional Cisumdawu dengan catatan apabila arus padat di GT Cimalaka, maka akan ditutup dan dialihkan melalui Exit Sumedang.
“Bila di Exit Sumedang masih padat maka akan ditutup dan dialihkan melalui Exit Pamulihan,” ujar jenderal bintang satu Polri ini menjelaskan.
Advertisement
Jawa Tengah Paling Banyak Dituju Pemudik Lebaran 2023
Sebelumnya, Aan juga mengungkapkan, bahwa daerah yang paling banyak dituju oleh masyarakat pada arus mudik Lebaran 2023 nanti yakni Jawa Tengah.
Hal ini dikatakan dalam Dialog Publik dengan tema 'Keterjangkauan Pangan, Kesiapan Sarana dan Prasarana Transportasi Publik Jelang mudik Lebaran 2023'.
"Daerah tujuan terbanyak Jawa Tengah. Perjalanan ke Jawa Tengah akan lebih banyak nantinya baik darat maupun lainnya. Pada akhirnya, melalui darat juga. Naik pesawat nanti gunakan sarana jalannya juga," kata Aan di Jakarta, Selasa (28/3/2023).
Meski begitu, untuk asal pemudik paling tinggi berada di wilayah Jawa Timur. Hal ini berdasarkan pada pengalaman tahun lalu.
"Jabodetabek ke arah timur maupun Barat, karena capai 18 juta berencana mudik tahun ini. Ada mobil pribadi 27juta, bus 22 jt, mobil sewa 9 juta artinya 50 persen lebih pemudik sangat potensial gunakan jalan tol," sebutnya.
"Pasti dari Jabodetabek kendaraan pribadi, sewa, maupun bus ini sangat potensial nantinya gunakan jalan tol sebagai sarana," sambungnya.
Menurutnya, saat ini sudah jarang sekali masyarakat yang memakai kendaraan pribadi menggunakan jalur arteri seperti Pantau Utara (Pantura) dan Pantau Selatan (Pansela).
"Karena perilaku pemudik ingin cepat sampai ke tujuannya, otomatis 50 persen lebih pemudik yang gunakan kendaraan pribadi, bus maupun sewa akan gunakan jalan tol sebagai sarana," ungkapnya.
"Ini perlu kesiapan dari pengelola jalan tol, stakeholder terkiat untuk antisipasi lonjakan angka pemudik," pungkasnya.