Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Angkutan Darat (Organda) mengakui sering terjebak macet pada periode mudik lebaran. Utamanya, terjebak macet setelah mengantar dari kota asal ke kota tujuan.
Sekretaris Jenderal Organda Ateng Haryono menjelaskan, para pengusaha angkutan darat tengah bersiap di berbagai aspeknya. Mulai dari armada khusus angkutan, hingga perangkat-perangkat pendukungnya.
Advertisement
"Kalau di teman-teman, persiapan itu tak hanya di armadanya, semuanya dimaksimalkan mempersiapkan untuk perjalanan bukan perjalanan biasa yang cukup lancar tapi dengan adanya potensi kemacetan," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (29/3/2023).
Ateng menyebut, adanya potensi kemacetan ini perlu didukung kesiapan sarana armada yang ada. Salah satunya adalah pendingin udara atau AC. Selain itu, kru mulai dari pengemudi dan asisten pengemudi juga disiapkan dalam kondisi yang fit.
"Paling sederhana AC-nya mesin sehat. Teman-teman semuanya perisapkan itu smeuanya termasuk sisi kru nya. Baik pengemudi asisten pengemudi untuk menjaga agar perjalanan itu aman dan nyaman selamat," bebernya.
Ateng melihat potensi pendapatan lebih tinggi dengan prediksi 123 jura orang yang akan bergerak mudik lebaran 2023. Dia menyebut istilah kali ini sebagai momen panen.
"Secara sepintas begitu, ini lebih memudahkan bahwa banyak orang lebih nge-hit ke kami sehingga bisa kami layani, siapapun bisa. Kita mesti pahami sadari bahwa para pemudik tahun lalu saja 85 juta itu memang cukup lancar, tidak ada satu keadaan-keadaan yang menonjol yang ganggu perjalanan pemudik dan saya rasa itu kerja sama yang baik," bebernya.
Catatan
Organisasi Angkutan Darat (Organda) mengakui sering terjebak macet pada periode mudik lebaran. Utamanya, terjebak macet setelah mengantar dari kota asal ke kota tujuan.
Sekretaris Jenderal Organda Ateng Haryono mengungkap, arus mudik biasanya berasal dari Jabodetabek ke arah timur hingga ke Jawa Timur. Selain itu, dari Jabodetabek ke arah Sumatera. Dia mengaku, perjalanan cukup lancar ketika mengantar pemudik. Namun, kendaraan seperti bus, ketika periode mudik itu kerap tersendat saat kembali dari pengantaran.
"Catatannya ketika semua perjalanan itu menuju ke, mudiknya ke timur atau barat ke Sumatera itu satu arah dan yang sebaliknya itu menggunakan arteri nasional, catatannya bahwa bagi kami para angkutan jalan bus antar kota begitu, ketika jalan kesana gapapa, ketika pulang hadapi kemacetan luar biasa," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (29/3/2023).
Salah satu alasan kemacetan adalah banyaknya kendaraan pribadi, utamanya sepeda motor yang menggunakan jalur arteri. Sehingga, kepadatan pun tak bisa dihindari.
Advertisement
Penumpang Rugi
Ateng mengisahkan, saat keberangkatan, bisa saja armada angkutan bus melakui jalan tol, ditambah dengan sistem satu arah, maka perjalanan menjadi lancar. Namun, karena satu arah tadi, bus yang seharusnya kembali, jadi perlu mengambil jalur lain, dimana sudah padat oleh kendaraan pribadi.
"Satu arah misal Cipali sampai ujung mungkin tak hanya Kalikangkung, sampai Kartasura, tentunya habis drop penumpang di Jawa (bagian tengah dan timur), itu perlu waktu (untuk kembali), sehingga penumpang yang di waktu berikutnya agak keteter," ungkapnya.
Di berharap ada skema arus lalu lintas yang lebih memudahkan bagi angkutan darat. Sehingga, konsumen tidak menjadi korban karena dirugikan akibat bus yang dijadwalkan mengangkutnya terlambat.
"Kita bisa memberikan kesempatan kepada saudara kita yang sudah siapkan daya untu bisa lebarna di kampung tapi kita berikan kenyamanan dengan perjalanan lancar teermasuk tak tunggu bus secara lama," bebernya.