Seorang gadis Muslim yang mengungsi karena melarikan diri dari serangan pemberontak M23 (Gerakan 23 Maret) berdiri di sebuah kamp pengungsian di Goma, Republik Demokratik Kongo bagian timur, 27 Maret 2023. (ALEXIS HUGUET / AFP)
Matahari terbenam yang cemerlang menerangi langit di atas masjid Munigi, sebuah bangunan berdinding papan kecil di Kongo timur yang bermasalah, yang melayani umat Muslim yang mengungsi akibat konflik M23. (ALEXIS HUGUET / AFP)
Para jemaah bersiap untuk berbuka puasa Ramadan di kamp pengungsian, di sebuah lapangan yang dipenuhi lahar, hanya 10 kilometer (enam mil) dari garis depan. (ALEXIS HUGUET / AFP)
Kondisi mereka - berdesakan di gubuk-gubuk darurat - jauh lebih suram dibandingkan dengan pemandangan matahari terbenam yang memukau di belakang mereka. (ALEXIS HUGUET / AFP)
Sekitar 500 Muslim tinggal di kamp pengungsian Munigi, di mana akses terhadap makanan dan air sangat terbatas. (ALEXIS HUGUET / AFP)
"Yang pertama tiba hampir setahun yang lalu," kata Ali Assani Mukamba, imam setempat, berbicara tentang para pengungsi Muslim. (ALEXIS HUGUET / AFP)
Berjalan melewati gubuk-gubuk kecil yang dibangun dengan tergesa-gesa di atas tanah vulkanik, ia menjelaskan bahwa salah satu masalah terbesar adalah kurangnya air bersih. (ALEXIS HUGUET / AFP)
"Untuk membersihkan diri sebelum salat, kami terkadang terpaksa menggosok-gosokkan diri kami dengan debu atau lumpur," ujar Mukamba. (ALEXIS HUGUET / AFP)
Saat malam tiba, para jemaah Muslim membagikan sepiring nasi dan kacang-kacangan, sementara lampu bohlam berwarna pucat menyala untuk menerangi masjid mereka. (ALEXIS HUGUET / AFP)