5 Rekomendasi Badan Geologi Usai Gempa Bumi Kembali Terjadi di Cianjur

Salah satu rekomendasi Badan Geologi adalah agar bangunan di Cianjur dibangun dengan konstruksi tahan gempa.

oleh Dikdik RipaldiArie Nugraha diperbarui 31 Mar 2023, 09:00 WIB
Anak-anak bermain hp di Desa Mangunkerta, tCianjur, Jumat (23/12/2022). Lebih dari sebulan sejak musibah gempa bumi 5,2 SR sejumlah warga masih tinggal di pengungsian dan hunian sementara dengan bantuan kebutuhan hidup dari para donatur. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menerbitkan lima rekomendasi usai terjadinya gempa bumi merusak berkekuatan (magnitudo) M 4.0 pada kedalaman 10 km di daratan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pukul 12.34 WIB kemarin (29/3/2023).

Kejadian gempa bumi itu berdampak kerusakan rumah penduduk di Perumahan Kota Baru, Desa Sukasari, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur. Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) guncangan gempa bumi dirasakan di Cianjur, Sukabumi dan Bogor pada skala III-IV MMI (Modified Mercalli Intensity). 

Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Sugeng Mujiyanto, data Badan Geologi menunjukan sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi tinggi. 

"Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan dan informasi dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, dan jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi," ujar Sugeng dalam keterangan resminya, Bandung, Kamis, 30 Maret 2023.

Sugeng mengatakan penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman sesuai dengan arahan dari BPBD setempat.

Sugeng menegaskan bangunan di Kabupaten Cianjur harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu, juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.

Wilayah Kabupaten Cianjur tergolong rawan gempa bumi. Artinya harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non-struktural.

"Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya sesar permukaan dan bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi," kata Sugeng.

Kondisi (morfologi) wilayah terjadinya gempa bumi tersebut pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara Gunung Api Gede. 

Sugeng menjelaskan, wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda berupa breksi gunung api, lava, tuff, dan endapan aluvial sungai.

Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi. 

Selain itu, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi. 

"Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif," sebut Sugeng.

 


Gempa Bumi Dangkal

Sebelumnya Kepala Balai BMKG Wilayah II Tangerang, Hartanto, mengatakan hasil analisa otoritasnya menunjukkan bahwa gempa bumi ini berkekuatan M 4,0. 

Episenter terletak pada koordinat 6.84 LS dan 107.08 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 6 km Barat Daya Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada kedalaman 10 km. 

Hartanto menerangkan gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas aktivitas sesar Cugenang.

"Gempa bumi ini dirasakan di wilayah Cianjur, Sukabumi, Warungkondang, Cibeber, Cugenang dan Bogor dengan Skala Intensitas III - IV MMI," ucap Hartanto.

Skala Intensitas III - IV MMI yakni getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

Jika pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, diluar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela atau pintu berderik dan dinding berbunyi. 

Di Sukaresmi, Sabandar, Cibodas, Cipanas, dan Rancagoong terekam dengan Skala Intensitas III MMI atau getaran dirasakan nyata dalam rumah dan terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu

"Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, sejak 21 November 2022 hingga Rabu 29 Maret 2023 pukul 12:55 WIB telah terjadi gempa bumi di wilayah Cianjur sebanyak 534 kali," tukas Hartanto.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya