Liputan6.com, Mogadishu - Bulan suci Ramadhan tahun ini bertepatan dengan rekor kekeringan terlama di Somalia.
Saat matahari terbenam, umat Islam di seluruh dunia berkumpul untuk berbuka puasa dengan makanan yang berlimpah. Namun Hadiiq Abdulle Mohamed dan keluarganya hanya memiliki air dan makanan seadanya yang tersedia.
Advertisement
Melansir dari AP, Sabtu (1/4/2023), satu juta warga Somalia telah meninggalkan rumah mereka untuk mencari bantuan. Sementara, sudah ada 43.000 orang yang diperkirakan meninggal tahun lalu.
Keluarga Momamed, termasuk suami dan enam anaknya, termasuk salah satu warga yang mencari bantuan dan berlindung di salah satu kamp pengungsian di ibu kota, Mogadishu.
Bulan Ramadhan memicu kenaikan harga pangan untuk negara yang sebelumnya sedang berjuang melawan inflasi yang sebagian disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Ditambah lagi dengan lima musim hujan yang gagal beturut-turut, menyebabkan hasil pertanian lokal layu dan tidak subur. Jutaan ternak yang menjadi makanan utama masyarakat pun telah mati.
Sekarang makanan semakin sulit didapat bagi mereka yang terlantar.
Jadi saat bulan Ramadhan seperti ini, Mohamed dan keluarganya mengandalkan simpatisan untuk menyediakan makanan mereka sehari-hari.
Ketika iftar, mereka berbuka puasa dengan air dan potongan kurma, lalu beberapa sendok nasi. Kemudian, mereka makan makanan sumbangan berupa nasi yang dimasak dengan daging campur, pisang yang sudah bonyok dan sedikit jus, yang Mohamed antre berjam-jam di bawah terik matahari untuk mendapatkannya.
Keluarga yang Pernah Makmur
Inflasi di Somalia juga mempengaruhi orang yang lebih kaya. Dibandingkan dengan makanan yang keluarga Mohamed dapatkan, biasanya makanan berbuka puasa ada samosa dan makanan ringan lainnya; jus dan teh dan kopi; hidangan utama nasi atau spageti atau roti pipih dengan unta, kambing, ayam atau ikan; dan terakhir, makanan penutup.
“Saya ingat puasa Ramadhan yang kami lakukan di masa lalu, ketika kami menikmati dan sejahtera,” katanya. “Kami akan memerah susu kambing kami, memasak ugali (bubur jagung) dan sawi hijau, dan minum air dari tangkapan kami. Namun, tahun ini kami tinggal di kamp, tanpa plastik untuk melindungi kami dari hujan, tanpa makanan untuk dimakan, kehausan dan mengalami kekeringan. Kami memiliki makanan panas kecil ini, tetapi menurut Anda apakah ini dapat memberi makan keluarga dengan enam anak, ditambah dengan ibu dan ayahnya? Itu tidak mungkin."
Keluarga itu dulunya makmur dan memiliki lahan pertanian dan kambing di sebuah desa sekitar 140 kilometer di sebelah barat ibu kota.
Sekarang mereka mencoba bertahan hidup dari sedikit uang yang dihasilkan suaminya dengan membawa barang-barang di gerobak dorong.
Namun karena harga sembako melambung tinggi, penghasilannya tidak lagi cukup untuk membeli beras seberat 1 kg.
Advertisement
Faktor Eksternal Mengurangi Pasokan Makanan
Negara Kawasan Tanduk Afrika itu mengimpor sebagian besar makanannya, dari gandum asal Ukraina hingga soda Mountain Dew yang disimpan di toko-toko Mogadishu.
Sementara itu, harga kebutuhan pokok seperti beras dan minyak goreng terus meningkat di beberapa bagian negara.
Bulan ini, pemantauan Program Pangan Dunia melaporkan bahwa ketahanan rantai pasokan di Somalia cukup bagus, tetapi lonjakan permintaan Ramadhan akan menjadi “kerugian bagi rumah tangga rentan yang bergantung pada pasar lokal.”
“Kami benar-benar mengalami lonjakan harga pangan dan kebutuhan pokok lainnya,” kata Ahmed Khadar Abdi Jama, dosen ekonomi di Somalia University. “Setiap kali ada faktor eksternal yang dapat mengurangi pasokan makanan, seperti konflik Rusia-Ukraina, kemungkinan besar Somalia akan merasakan pasokan yang rendah.”
Bantu yang Membutuhkan
Satu kilogram daging unta yang dulunya seharga $4 (sekitar 60 ribu rupiah) sebelum bulan suci sekarang harganya sekitar $6 (sekitar 90 ribu rupiah). Tapi inflasi ini akan mereda setelah bulan berakhir, kata Khadar.
Ramadhan adalah bulan sedekah dan pengampunan bagi Muslim di seluruh dunia. Dengan meningkatnya jumlah pengungsi Somalia akibat kekeringan, para imam masjid di Mogadishu memimpin upaya untuk mendorong orang mampu dari kota dan orang yang mampu bersimpati untuk memberikan sumbangan dengan murah hati.
“Beberapa orang membutuhkan makanan untuk berbuka puasa,” kata seorang imam, Sheikh Abdikarim Isse Ali. "Tolong bantu mereka."
Advertisement