10 Negara Penyumbang Sampah Plastik Terbanyak di Lautan, Ada Nama Indonesia

Solusi untuk semakin menumpuknya sampah plastik perlu untuk segera ditemukan. Berikut negara-negara yang sebagian besar sampah plastiknya berakhir di lautan!

oleh Yasmina Shofa Az Zahra diperbarui 30 Mar 2023, 16:06 WIB
Ilustrasi penumpukan sampah plastik. (AP Photo/Marjan Vucetic)

Liputan6.com, Jakarta - Sampah selalu menjadi musuh terbesar bagi kebersihan lingkungan di negara mana pun, terlebih sampah plastik yang lebih sulit untuk dimusnahkan dibandingkan jenis lainnya.

Jutaan ton limbah plastik diproduksi secara global setiap tahunnya. 

Tanpa kita sadari, tumpukan sampah plastik itu menjadi bukti betapa plastik merupakan benda penting dalam hidup manusia, sekaligus yang juga menjadi penyebab dari masalah besar di kemudian hari.

Setengahnya memang diolah, entah itu didaur ulang, dibakar, atau dibuang ke tempat pembuangan akhir. 

Namun, sebagian besar dari yang tersisa pada akhirnya berakhir di lautan.

Dari mana semua plastik itu berasal? 

Mengutip dari situs Visual Capitalist, Kamis (30/3/2023), berdasarkan data dari makalah penelitian Lourens J.J. Meijer dan tim, terdapat 10 negara teratas yang diketahui menjadi penyumbang polutan plastik di perairan sekitar mereka.

Bagaimana Sampah Plastik Berakhir di Lautan?

Pertama-tema, penting untuk mengetahui terlebih dahulu perjalanan yang ditempuh sampah-sampah itu hingga akhirnya sampai di lautan.

Sebagian besar sampah plastik di laut ternyata adalah sampah yang berasal dari taman, pantai, atau sepanjang saluran pembuangan air di jalanan.

Sampah-sampah plastik ini dibawa ke saluran pembuangan, aliran, dan sungai oleh angin dan limpasan air hujan.

Sungai-sungai beralih fungsi menjadi jalan raya untuk sampah plastik, mengangkutnya menuju lautan.

Tak hanya dari daratan, sampah di lautan juga sebagian besar berasal dari jaring ikan yang rusak atau jaring yang terbuang dan dibiarkan mengendap di dasar laut, sering kali jaring-jaring ini juga menyakiti hewan laut.


Sampah Plastik adalah Produknya, Negara Ini Sumber Masalahnya

Ilustrasi sampah plastik di laut. (dok. unsplash @naja_bertolt_jensen)

Sebagian orang mungkin berpikir bahwa negara yang paling banyak memproduksi atau mengonsumsi plastik otomatis menjadi negara yang juga paling banyak mencemari lautan.

Namun, pemikiran itu terbukti tidak benar.

Contohnya adalah ketika China menghasilkan sampah plastik 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan Malaysia, tetapi hanya menyumbang 0,6 persen sampah plastik di lautan sedangkan Malaysia mencapai sembilan persen.

10 Negara Penyumbang Sampah Plastik Terbanyak di Lautan

  1. Filipina : 356.371 ton
  2. India : 126.513 ton
  3. Malaysia : 73.098 ton
  4. China : 70.707 ton
  5. Indonesia : 56.333 ton
  6. Myanmar : 40.000 ton
  7. Brazil : 37.799 ton
  8. Vietnam : 28.221 ton
  9. Bangladesh : 24.640 ton
  10. Thailand : 22.806 ton

Selain itu, 175.012 ton sisanya dihasilkan dari berbagai negara di dunia.

Lebih dari 75 persen, sembilan dari 10 negara yang disebutkan, sampah plastik di lautan berasal dari negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, India, Malaysia, China, dan lima lainnya.

Satu-satunya negara non-Asia yang masuk ke dalam daftar tersebut adalah Brazil.


Faktor Penyebab dan Solusi Sampah Plastik di Lautan

Ilustrasi sampah plastik cemari lautan. (Foto: Shutterstock)

Menurut penelitian tersebut, terdapat beberapa faktor yang lebih mungkin menjadikan suatu negara sebagai penyumbang sampah plastik di laut.

Faktor-faktor tersebut adalah wilayah geografis yang lebih kecil, garis pantai yang lebih panjang, curah hujan tinggi, dan sistem pengelolaan limbah yang buruk.

Terdapat faktor yang terjadi secara alami, tetapi ada juga yang disebabkan oleh manusia itu sendiri.

Brazil, satu-satunya negara non-Asia dalam daftar, memiliki sebanyak 1.240 sungai.

Cara paling utama dan paling pasti dapat mengurangi penumpukan plastik adalah dengan mengurangi penggunaan plastik itu sendiri.

Dengan berkurangnya kebutuhan plastik, produksi pun akan ikut berkurang dan limbah plastik akan menjadi lebih sedikit.

Langkah kedua adalah dengan memperbaiki pengelolaan sampah plastik yang dihasilkan, inilah  yang menjadi tantangan.

Banyak negara berpenghasilan tinggi yang menghasilkan limbah plastik dalam jumlah besar, tetapi dalam hal pengelolaan mereka mampu mengatasinya dengan lebih baik, sehingga sampah-sampah tersebut tidak sampai ke laut.

Sementara itu, banyak negara berpenghasilan menengah dan rendah yang justru meminta plastik dan menerima ekspor dalam jumlah besar padahal mereka belum memiliki infrastruktur yang dapat mengolahnya.


Infrastruktur Daur Ulang Masih Minim, Apa Solusi Atasi 'Invasi' Sampah Plastik?

Ilustrasi sampah gelas plastik (pixabay)

Pengelolaan limbah plastik merupakan satu langkah penanganan penting untuk mengatasi tercemarnya lingkungan akibat sampah plastik.

Limbah plastik yang dihasilkan Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, 3,2 juta ton terbuang ke laut, sementara dari jumlah tersebut hanya 10 persen yang berhasil didaur ulang.

Menurut Zul Martini Indrawati, General Manager Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO) mayoritas tipe plastik yang banyak didaur ulang adalah tipe Polyethylene terephthalate (PET).

"Jika melihat jumlah persentase dari total sampah secara nasional, plastik PP menyumbang 31 persen dari semua produk plastik di Indonesia dan PET hanya menyumbang 12 persen dari jumlah tersebut, sehingga infrastruktur daur ulang sampah plastik khususnya PP dan MLP masih dibutuhkan," ujar Zul Martini.

Sementara itu, dibeberkannya juga bahwa kolaborasi antar pihak dalam pembangunan infrastruktur daur ulang plastik Indonesia bisa mempercepat penanganan sampah plastik.

Komitmen banyak pihak yang terintegrasi dari hulu ke hilir dalam rangka penanggulangan bahaya sampah plastik di Indonesia sangat dibutuhkan pihak dari hulu ke hilir. Di hulu, transparansi peta jalan pengurangan sampah oleh produsen juga semakin hari mulai terlihat adanya keterbukaan.

Baca selengkapnya di sini...

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya