Virus Marburg Tewaskan 9 Orang di Guinea Ekuatorial, Berikut Gejala hingga Cara Penularannya

Virus Marburg pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967 secara bersamaan di Marburg dan Frankfurt di Jerman dan di Belgrade, Serbia.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 31 Mar 2023, 16:44 WIB
ilustrasi investgasi virus marburg. Foto: DCstudio from Freepik.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan Guinea Ekuatorial pada Kamis (30/3/2023) mengonfirmasi bahwa jumlah korban tewas akibat Virus Marburg mencapai sembilan orang. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah sebenarnya dua kali lipat lebih banyak.

"Kasus yang dilaporkan berada di tiga provinsi yang terpisah 150 kilometer, menunjukkan penularan virus yang lebih luas," ujar Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip dari Al Arabiya, Jumat (31/3).

WHO telah memperingatkan potensi epidemi skala besar yang dapat menyebar ke negara-negara tetangga seperti Gabon dan Kamerun.

Pekan lalu, Tanzania mengumumkan lima kematian akibat Marburg. Namun, negara itu bersikeras bahwa penyebarannya terkendali setelah mereka mengirim tim tanggap cepat ke wilayah terdampak.

Meski bukan virus baru, Marburg kembali menarik perhatian setelah WHO mengumumkan kemunculannya kembali di Afrika baru-baru ini.

Berikut adalah fakta penyakit, gejala, hingga cara penularan Virus Marburg:

Fakta Virus Marburg

Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, Kamis (30/3/2023), Penyakit Virus Marburg atau Marburg Virus Disease (MVD) merupakan penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh Virus Marburg, yang termasuk dalam famili filovirus (satu famili dengan virus Ebola). Virus itu dapat ditularkan dari kelelawar dan antar manusia.

Hingga saat ini, belum dilaporkan kasus konfirmasi penyakit virus Marburg di Indonesia dan di negara sekitar Indonesia, sehingga risiko importasi penyakit virus Marburg di Indonesia rendah.

Penyakit ini bersifat jarang namun dapat mengakibatkan wabah dengan angka kematian yang besar, yakni sekitar 50 persen.

Virus Marburg pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967 secara bersamaan di Marburg dan Frankfurt di Jerman dan di Belgrade, Serbia. Setelah temuan kasus tersebut, muncul laporan soal wabah dan kasus sporadis di Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan, dan Uganda.

Sejak tahun 1967 hingga saat ini, telah dilaporkan sebanyak 593 kasus konfirmasi penyakit Virus Marburg dengan 481 kematian yang tersebar pada berbagai negara di dunia baik di wilayah Afrika, Amerika, maupun Eropa.

Tiga negara dengan pelaporan tertinggi kasus penyakit Virus Marburg sejak tahun 1967 adalah Angola (374 kasus), RD Kongo (154 kasus), dan Jerman (29 kasus).

Penularan Virus Marburg

Virus Marburg dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui darah dan cairan tubuh lainnya (termasuk urin, air liur, keringat, feses, bekas muntahan, ASI, dan sperma) dari manusia baik masih hidup atau sudah meninggal yang terinfeksi Virus Marburg.

Virus Marburg dapat masuk melalui kulit yang terluka atau membran mukosa yang tidak terlindungi seperti mata, hidung, dan mulut.

Selain itu, virus ini juga dapat menyebar melalui alat-alat seperti pakaian, tempat tidur dan perlengkapannya, jarum suntik, serta alat medis yang telah terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi Virus Marburg.

Dalam beberapa kasus, Virus Marburg dapat ditularkan melalui sperma dari seseorang yang sembuh dari penyakit Virus Marburg. Penularan dapat terjadi baik melalui oral, vaginal, atau seks anal.


Gejala Virus Marburg

Ilustrasi penelitian virus marburg. Foto: Freepik.

Gejala penyakit Virus Marburg dapat muncul secara tiba-tiba, dengan demam tinggi, sakit kepala parah, kelelahan parah, dan nyeri otot.

Pada hari ketiga, seseorang dapat mengalami diare berair yang parah, nyeri perut, kram, mual dan muntah. Diare dapat bertahan selama seminggu. Selain itu, pada fase ini seseorang dapat terlihat memiliki mata cekung. Pada dua hingga tujuh hari setelah awal gejala, dapat timbul ruam yang tidak gatal.

Gejala berat berupa perdarahan dapat terjadi pada hari kelima hingga ketujuh dan pada kasus fatal, perdarahan terjadi di beberapa area.

Perdarahan dapat terjadi di hidung, gusi, dan vagina serta dapat keluar melalui muntah dan feses. Selama fase penyakit yang berat, pasien menderita demam tinggi dan gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga dapat mengalami kebingungan dan mudah marah. Orkitis (radang testis) juga dilaporkan kadang-kadang terjadi pada fase akhir penyakit, yakni pada hari ke-15. 

Dalam kasus yang fatal, kematian paling sering terjadi antara delapan hingga sembilan hari setelah timbulnya gejala, biasanya didahului oleh kehilangan darah yang parah dan syok.

Wabah terakhir yang dilaporkan di Guinea Ekuatorial, gejala yang dialami adalah demam, lemas, muntah darah, dan diare. Sementara untuk wabah di Tanzania, gejala yang dilaporkan adalah demam, muntah, perdarahan, dan gagal ginjal.

Infografis Apa pun Virus dan Variannya Tetap Terapkan Protokol Kesehatan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya