AS dan Indonesia Kerja Sama Kembangkan Sistem Peringatan Dini untuk Kurangi Risiko Bencana

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia bekerja sama dengan USAID dari Amerika Serikat untuk mengembangkan sistem peringatan dini demi mengurangi risiko bencana.

oleh Alycia Catelyn diperbarui 31 Mar 2023, 11:29 WIB
AS dan Indonesia bermitra untuk mengembangkan sistem peringatan dini untuk mengurangi risiko bencana alam. (USAID)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia bekerja sama dengan United States Agency for International Development (USAID) atau Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat. Keduanya telah mendandatangani nota kesepahaman (MOU) agar mampu bekerja sama untuk memperkuat, mengembangkan, dan mempromosikan kegiatan kerja sama ilmiah dan teknis.

"Kami gembira dapat memperdalam kemitraan kami dengan pemerintah Indonesia untuk mengatasi tantangan perubahan iklim. Dengan kepemimpinan BMKG, kita meningkatkan sistem peringatan dini bagi publik untuk memberikan informasi cuaca, iklim, gempa bumi, dan tsunami yang tepat waktu, akurat, komprehensif, dan mudah dipahami," ujar Direktur USAID Indonesia Jeff Cohen, sebagaimana tertulis di rilis pers yang diterima pada Kamis (30/3/2023).

Berdasarkan nota kesepahaman baru tersebut, USAID dan BMKG akan bermitra untuk meningkatkan prakiraan berbasis dampak, mendukung sistem panduan banjir bandang untuk kawasan Asia dan Pasifik, serta meningkatkan notifikasi gempa bumi dan peringatan tsunami.

"BMKG Indonesia sangat senang dapat mempererat kerja sama dengan Amerika Serikat (AS) melalui USAID, sehingga kita dapat saling belajar, terutama terkait dengan fenomena cuaca, iklim, gempa bumi, dan tsunami yang secara signifikan memengaruhi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat di dua negara," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Dwikorita juga menambahkan bahwa BMKG berharap ke depannya akan menghasilkan inovasi untuk peningkatan sistem peringatan dini, di tengah tantangan kejadian bencana yang semakin bertambah dengan adanya kerja sama antara Indonesia dan AS itu. 

Selain itu, USAID dan BMKG akan melaksanakan analisis bersama, berbagi informasi, melakukan praktik atau percobaan, serta mengadakan kunjungan pertukaran. Selanjutnya, kedua pihak juga berencana untuk memperdalam kemitraan melalui perjanjian hibah baru.


BMKG Ungkap Musim Kemarau 2023 Masuk Lebih Awal yakni Pada April

Warga menjala ikan di aliran Kali Bekasi yang menyurut di kawasan Margahayu, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/10/2019). Menurunnya debit air mengakibatkan banyak ikan mati dan rawan tercemar limbah karena Kali Bekasi menjadi sumber air baku utama bagi PDAM Tirta Patriot. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Bicara soal BMKG, belum lama ini lembaga tersebut mengatakan bahwa awal musim kemarau 2023 akan terjadi lebih awal, yakni pada April.

Menurut Karnawati, kondisi musim kemarau lebih awal itu hanya terjadi di sejumlah wilayah tertentu.

"Jadi musim kemarau 2023 umumnya akan tiba lebih awal dibandingkan biasanya. Curah hujan yang turun pada periode musim kemarau 2023 diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya," jelas Dwikorita dalam konferensi pers secara daring, Senin (6/3/2023).

Ia kemudian menjelaskan, awal musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin daratan atau Monsun Asia, yaitu angin yang bertiup dari arah Benua Asia menuju ke Benua Australia melintasi wilayah kepulauan Indonesia.

"Kemudian BMKG memprediksi awal musim kemarau terjadi seiring aktifnya Monsun Australia pada April 2023. Yang akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara dan Bali pada April 2023," paparnya.

Baca selebihnya di sini...


Kepala BMKG Beberkan Wilayah yang Rawan Bencana di Indonesia

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menandatangani Perjanjian Kerjasama (PKS) Sistem Processing InaTEWS Merah Putih dan Peluncuran KGTI di Jakarta, Kamis (25/8/2022).

Tidak hanya itu, Dwikorita juga pernah mengatakan bahwa Indonesia menghadapi potensi gempa kuat dipicu oleh aktivitas multi segmen sesar aktif.

Ia memaparkan sejumlah daerah yang potensial menghadapi potensi bencana itu, salah satunya daerah terdekat Jakarta yaitu zona Sesar Cimandiri.

Menurut Karnawati, di zona itu, khususnya Palabuhan Ratu dan Sukabumi, terdapat Segmen Cimandiri, Nyalindung-Cibeber dan Rajamandala yang berarah Timurlaut-Baratdaya dan menerus ke Teluk Pelabuhan Ratu.

"Zona sesar utama Cimandiri ini sangat berdekatan dengan jalur Sesar Citarik dan Sesar Cipamingkis yang semua merupakan jalur sesar aktif. Gempa kuat dapat terjadi saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks semacam ini," kata Dwikorita dalam acara seminar di Sekolah Partai PDIP Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (2/3/2023).

Ia juga menambahkan bahwa potensi gempa kuat yang dipicu oleh aktivitas multi segmen sesar aktif yang berdekatan atau bersinggungan dapat terjadi di zona Sesar Palu Koro.

Di zona tersebut terdapat Segmen Palu, Saluki, Moa, dan Kuleana yang berarah selatan-utara, menerus ke Teluk Palu. Zona segmen sesar utama Palu- Kuleana ini berdekatan dengan Segmen Sesar Palolo A dan Palolo B yang semua merupakan segmen sesar aktif.

"Gempa kuat dapat terjadi saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks semacam ini," sambungnya.

Baca selebihnya di sini...


Beberapa Cara Melindungi Diri saat Gempa

Ilustrasi gempa. (Unsplash)

Adanya kerja sama antara BMKG dan USAID itu menunjukkan betapa pentingnya mitigasi atau upaya untuk mengurangi risiko bencana.

Nyatanya, banyak kejadian bencana alam kerap terjadi belakangan ini, misalnya banjir dan gempa bumi.

Gempa bumi adalah bencana yang akhir-akhir ini sering terjadi di Indonesia. Bahkan, gempa dengan kekuatan dahsyat terjadi tahun ini tepatnya di Turki dan Suriah yang membintangi halaman depan media.   

Gempa Turki dan Suriah itu menewaskan lebih dari ribuan orang. Banyaknya korban jiwa kemudian menyadarkan kita betapa pentingnya pengetahuan tentang mitigasi bencana. 

Pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa gempa di Turki dan Suriah adalah harus selalu waspada terhadap gempa di Indonesia. Mengingat Tanah Air kita berada di Jalur Cincin Api Pasifik.

Oleh sebab itu, masyarakat perlu diedukasi soal cara melindungi diri ketika terjadi bencana. Ini termasuk semua lapisan masyarakat seperti anak-anak hingga lansia. 

Jika Anda menerima peringatan gempa ketika sedang berada di dalam gedung, Anda harus bergegas meninggalkan gedung secepat mungkin dan menuju ke area terbuka. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa Anda harus menggunakan tangga dan jangan pernah menggunakan lift di tengah peringatan gempa. 

Ketika Anda sudah berada di luar ruangan, perhatikan kondisi sekitar. Pastikan Anda tidak berada dekat aliran listrik, gedung tinggi atau saluran bahan bakar dan gas. 

Namun, cara tersebut dinilai tidak mungkin, Anda bisa segera berlindung di bawah perabotan seperti meja yang berbobot berat, kemudian melindungi kepala dengan tangan. 

Baca selebihnya di sini... 

Infografis Gempa Dahsyat dan Mematikan di Turki. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya