Tips Menikmati Hidangan Manis di Bulan Ramadhan agar Aman untuk Kesehatan

Dietisien klinis yang berbasis di UEA Dr Sara Abdelghany mengatakan, tidak ada masalah jika sesekali menimati hidangan manis di bulan Ramadhan. Tentu ada syaratnya.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 30 Mar 2023, 23:00 WIB
Ilustrasi makanan manis. Sumber foto: unsplash.com/Thomas Kelley.

Liputan6.com, Jakarta - Ramadhan merupakan bulan yang istimewa bagi umat Muslim. Pada bulan ini, banyak orang berkumpul untuk beribadah bersama hingga berbagi makanan saat berbuka puasa.

Tidak makan dan minum dalam waktu yang panjang selama Ramadhan tentu membuat keinginan untuk menikmati hidangan lezat tak terelakkan. Bahkan hidangan manis yang tersaji sebagai takjil merupakan hal biasa di bulan puasa. Meski demikian, terlalu banyak mengonsumsi makanan manis bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Dietisien klinis yang berbasis di UEA Dr Sara Abdelghany mengatakan, tidak ada masalah jika sesekali menimati hidangan manis di bulan Ramadhan. Namun tentu dengan suatu syarat.

"Tidak ada salahnya sesekali mengonsumsi yang manis-manis selama bulan ini, namun harus selalu dikonsumsi dalam jumlah sedang dan hati-hati,” ujarnya. 

Menghilangkan kelompok makanan tertentu, seperti makanan penutup, dapat meningkatkan rasa lapar dan menyebabkan makan berlebihan, jelas ahli gizi di Klinik HealthBay Dubai.

“Makanan manis dalam jumlah sedang bisa menjadi bagian dari diet Anda di bulan Ramadhan tanpa merasa bersalah. Jika Anda selalu mengonsumsinya dalam jumlah sedang dan belajar mendengarkan isyarat tubuh dalam hal rasa lapar dan kepuasan, Anda cenderung tidak akan terlalu banyak makan, dan makan berlebihan dengan makanan manis," jelasnya, dilansir Al Arabiya

Menurut Abdelghany, menikmati dessert dua atau tiga kali seminggu sudah cukup untuk memenuhi keinginan makan hidangan manis tanpa berlebihan.

Penting untuk memiliki setidaknya dua makanan seimbang dan dua camilan untuk memenuhi asupan makanan yang dibutuhkan selama jam non-puasa. Suguhan manis – seukuran empat jari atau telapak tangan – bisa menggantikan salah satu camilan, katanya.


Jangan Langsung Makan Makanan Tinggi Gula Saat Berbuka

Abdelghany mengingatkan bahwa makanan penutup tidak boleh menggantikan makanan sehat dan seimbang karena tubuh membutuhkan makanan padat nutrisi agar tetap kenyang selama berpuasa.

Meskipun mungkin tergoda untuk berbuka puasa dengan makan makanan manis, penting untuk menghindari mengonsumsi makanan penutup terlalu cepat setelah berbuka puasa.

“Berbuka puasa dengan makanan manis akan meningkatkan kadar glukosa darah dan insulin kita secara luar biasa, menyebabkan penurunan energi yang besar beberapa jam kemudian ketika insulin dalam tubuh tiba-tiba turun,” jelas Abdelghany.

“Penurunan energi ini akan selalu diikuti dengan keinginan yang kuat akan makanan manis lagi. Tubuh [kemudian] akan memasuki lingkaran setan nafsu keinginan, makan yang manis-manis, merasa rendah diri, dan mengidam yang manis-manis lagi.”

Orang mungkin juga mengalami sembelit, sulit tidur atau tidur terganggu, mood rendah, dan energi rendah keesokan harinya, tambahnya.


Pilih Alternatif yang Lebih Sehat

Ada juga banyak alternatif makanan manis padat kalori yang bisa dinikmati orang selama bulan suci, mulai dari Katayef goreng hingga salad buah segar, menurut Abdelghany.

Anda bisa mengonsumsi makanan manis padat kalori sebagai alternatif kue-kue tinggi gula di bulan suci Ramadhan. Salah satunya yakni salad buah segar. 

Menyiapkan sendiri makanan penutup di rumah juga merupakan pilihan yang baik bagi orang yang ingin membatasi jumlah gula, minyak, dan lemak yang masuk ke dalam makanan pencuci mulut mereka, tambahnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya