Tips Atur Keuangan Bagi Generasi Sandwich Biar Tidak Boncos

Ada dua tips mendasar yang bisa dijalankan oleh generasi sandwich dalam mengelola keuangan agar lebih terarah dan tidak menjadi beban

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mar 2023, 06:00 WIB
Ilustrasi seorang pria sedang bekerja dengan menggunakan kursi dan meja kantor. (Shutterstock/LStockStudio)

Liputan6.com, Jakarta Tidak mudah menjadi seorang pekerja di usia produktif ketika harus menghadapi banyak tanggungan kebutuhan hidup, termasuk ekonomi orangtua, anak-anak, dan bahkan keluarga besar lainnya.

Beban finansial yang berlapis ini tidak hanya mempengaruhi fisik, tetapi juga kesehatan mental seseorang. Berdasarkan tren beberapa tahun terakhir, posisi seperti ini dapat disebut sebagai "generasi sandwich."

Hasil jajak pendapat Kompas pada 9-11 Agustus 2022 terhadap 504 responden dari 34 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa 67 persen responden termasuk dalam kelompok generasi sandwich, yang memberikan bantuan ekonomi kepada keluarga.

Kelompok ini terdiri dari berbagai kelompok usia, mulai dari generasi Z hingga baby boomers, dan tersebar pada berbagai tingkatan kelompok ekonomi, dari yang terbawah hingga tertinggi

Direktur PT Insight Investments Management (INSIGHT), Ria Meristika Warganda atau yang akrab disapa Ria dalam keterangan tertulisnya, Jumat (31/3/2022), menyampaikan bahwa salah satu yang membuat tanggungan generasi sandwich ini menjadi terasa lebih berat adalah karena kebutuhan ekonomi seperti kebutuhan pokok yang terus meningkat sebagai dampak dari inflasi tahunan.

“Kenaikan berbagai biaya hidup karena inflasi, tentu harapannya dapat ditopang dengan kenaikan penghasilan yang didapatkan. Namun nyatanya, kenaikan pendapatan seringkali tidak mampu mengejar kenaikan biaya terhadap akibat inflasi,” ujar Ria.

Oleh sebab itu, menurut Ria, setidaknya ada dua tips mendasar yang bisa dijalankan oleh generasi sandwich dalam mengelola keuangan agar lebih terarah dan tidak menjadi beban. Dua tips itu yakni pertama, perencanaan keuangan sejak dini, dan kedua bijak memilih investasi yaitu, berinvestasi pada instrumen yang mempunyai potensi imbal hasil optimal dan risiko yang relatif terukur. Sehingga dapat memberikan potensi imbal hasil diatas kenaikan inflasi

 


1. Perencanaan Keuangan Sejak Dini

Ilustrasi menabung-Shutterstock-ITTIGallery.

Generasi sandwich seringkali berhadapan dengan realita bahwa mereka harus melupakan impian jangka panjang. Menurut Ria, perencanaan keuangan sejak dini menjadi kunci untuk merealisasikan impian menjadi cita-cita yang terencana.

“Dengan memulai perencanaan keuangan sedini mungkin, generasi sandwich bisa lebih siap menghadapi tantangan finansial yang dihadapi di masa depan. Perencanaan keuangan dimulai dari diri sendiri dengan menentukan strategi alokasi aset atau anggaran,” tutur Ria.

Sebagai panduan dalam perencanaan keuangan, beberapa pakar keuangan merekomendasikan bahwa sekitar 30-50 persen dari pendapatan bulanan harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer, seperti makanan, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

Sementara itu, sisa pendapatan dapat dialokasikan untuk tabungan dan investasi sebesar 25 persen, dana darurat sebesar 5 persen, kegiatan sosial seperti zakat dan sedekah sebesar 5 persen, dan kebutuhan tersier seperti keinginan atau hiburan sebesar 5 persen. Namun, sebaiknya alokasi untuk utang tidak melebihi 20 persen.

Dalam hal ini, untuk generasi sandwich, alokasi keuangan dapat berbeda. Sebagai contoh, biaya untuk mendukung keluarga dan biaya kesehatan dapat dialokasikan dari anggaran untuk kebutuhan primer. Oleh karena itu, alokasi kebutuhan primer dapat dibagi menjadi 30 persen untuk kebutuhan pribadi sehari-hari, 10 persen untuk biaya pendukung orang tua, dan 10 persen untuk biaya kesehatan.

Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa alokasi biaya lainnya tidak terganggu dan memenuhi kebutuhan keluarga secara keseluruhan.

Harap diingat bahwa perencanaan keuangan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi keuangan masing-masing individu, sehingga dapat mencapai tujuan finansial yang diinginkan dengan efektif dan efisien.

Ria menyampaikan bahwa dengan membuat rencana pengeluaran bulanan yang terperinci, seseorang dapat mengelola uangnya dengan lebih efektif dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Alokasi anggaran pribadi dapat membantu seseorang memprioritaskan kebutuhan dan keinginan mereka, serta memperbesar kesempatan untuk berinvestasi sehingga mencapai tujuan finansial sesuai dengan target waktu dan dana yang ditetapkan.

“Berinvestasi memungkinkan seseorang mencapai tujuan finansial dengan lebih cepat. Baik tujuan jangka pendek seperti menyiapkan dana liburan, tujuan jangka menengah seperti merencanakan biaya pendidikan, ataupun tujuan jangka panjang seperti menyiapkan dana pensiun, harus diperhitungkan dengan cermat dan disesuaikan dengan instrumen investasi yang cocok agar mencapai tujuan finansial tepat waktu dan tepat jumlah,” jelas Ria.

 


2. Bijak Memilih Investasi

ilustrasi menabung (sumber: freepik)

Dengan tujuan bebas dari beban finansial sebagai generasi sandwich, menurut Ria, seseorang memerlukan instrumen investasi yang memberikan imbal hasil yang mumpuni dengan risiko terukur. Salah satunya, bisa dengan instrumen reksa dana.

Baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, INSIGHT menawarkan produk reksa dana yang tepat untuk membantu mencapai tujuan perencanaan keuangan yang diinginkan dan dapat disesuaikan dengan profil risiko investor.

Salah satu contoh pilihan investasi jangka menengah hingga panjang, yaitu reksa dana pendapatan tetap syariah bernama Haji Syariah (I-Hajj Syariah Fund) yang dikelola oleh INSIGHT. Berdasarkan data per 31 Januari 2023, produk ini menunjukkan pertumbuhan kinerja yang baik dalam setahun terakhir.

“Reksa Dana Haji Syariah I-Hajj Fund punya konsistensi dalam hal performanya, sejak diluncurkan tahun 2005 dalam10 tahun terakhir, total return Reksa Dana Haji Syariah I-Hajj Syariah Fund mampu mencapai +90.86 persen (data per 31 Januari 2023) yang secara konsisten melampaui berbagai benchmark, termasuk pada saat periode pasar yang mengalami volatilitas tinggi seperti pada tahun 2013, 2015, 2018, dan 2020,” pungkas Ria.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya