Balapan Lari Menunggu Sahur Jadi Tradisi Unik di Gorontalo saat Ramadhan

Anak-anak muda di Gorontalo berkumpul menjelang waktu sahur mereka menggelar balapan lari di jalan raya dengan kaki telanjang.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 01 Apr 2023, 04:00 WIB
Warga Gorontalo menunggu sahur sambil lomba lari (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Sudah menjadi tradisi saat bulan Ramadhan, muda-mudi di Provinsi Gorontalo mengisi waktu menunggu waktu sahur dengan tradisi lomba lari. Bukan balapan lari biasa, lomba ini digelar di jalan raya dengan kaki telanjang.

Memang terbilang unik, pasalnya lomba lari tersebut bukan hanya digandrungi oleh anak-anak muda,  tetapi orang-orang tua pun antusias menyaksikan kegiatan lomba lari tersebut.

Lomba lari ini dilaksanakan di Jalan yang dirasa tidak begitu banyak kenderaan. Seperti halnya yang ada di jalan Jhon Ario Katili, Kota Gorontalo.

Pantauan Liputan6.com, lomba lari ini dilaksanakan pukul 23.00 Wita hingga menjelang sahur. Uniknya peserta lomba ini bukan hanya warga sekitar, naumun anak-anak muda yang tersebar di Wilayah Kota Gorontalo pun berbondong-bondong datang ke tampat itu.

Ada yang hanya sekedar menyaksikan lomba itu, tak jarang juga ada yang ikut lomba tersebut. Memang seperti lomba lari pada umumnya, mulai dari gerakan mereka melakukan star hingga sampai ke titik finis.

Namun berbeda dengan anak muda ini, mereka bukan meraih fita finis melainkan pembatas finis mereka hanyalah seutas tali.

"Hampir tiap malam saya ke sini pas Ramadhan, mau lihat lomba lari menunggu sahur, banyak anak-anak muda Kota Gorontalo," kata Cican Harun.

 


Sudah Ada Sejak 2 Tahun Lalu

Cican juga menambahkan kegiatan ini sudah dilaksanakan sejak dua tahun lalu selama bulan Ramadhan. Namun, sempat terhenti akibat pandemi Covid-19 yang membuat mereka tidak melaksanakan itu.

"Dari pada tidak tahu kami mau ngapain, mending liat lomba lari yang seru dan unik ini sembari menunggu sahur," ujarnya.

Namun sayangnya, meski lomba lari ini banyak diminati, ada saja oknum yang menjadikannya sebagai bahan taruhan atau judi. Setiap ada peserta yang hendak lomba lari, penonton mulai memasang taruhan kepada tiga peserta yang ikut tersebut.

"Lumayan, taruhan kami hanya 5 ribu sampai 10 ribu rupiah. Peserta sipaa yang lebih dulu ke garis finis maka dia yang menang," ungkap penonton lain yang namanya tidak mau disebut.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya