Minum Oralit Hanya untuk Cegah Haus Saat Puasa Berisiko Bikin yang Benar Butuh Jadi Kesulitan

Konsumsi oralit yang dilakukan oleh orang sehat tak hanya berisiko menimbulkan masalah kesehatan, melainkan juga berisiko membuat orang yang benar butuh jadi kesulitan mendapatkannya.

oleh Diviya Agatha diperbarui 01 Apr 2023, 15:00 WIB
Oralit Tidak Dianjurkan Konsumsinya bagi Orang Sehat

Liputan6.com, Jakarta - Sejak lama oralit digunakan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare. Pada awal Ramadhan, oralit pun sempat diserbu oleh banyak orang hingga stoknya habis dimana-mana.

Panic buying oralit tersebut diduga terjadi akibat viralnya cuitan di Twitter terkait konsumsi oralit yang bisa membantu menghidrasi tubuh saat puasa.

Edukator Kesehatan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Dr dr Tan Shot Yen akhirnya angkat bicara. Menurutnya, konsumsi oralit yang dilakukan oleh orang sehat tak hanya berisiko menimbulkan masalah kesehatan. Namun juga berisiko membuat orang yang benar butuh jadi kesulitan mendapatkannya.

"Justru orang yang membutuhkan jadi enggak dapat. Anda bisa bayangin, di negara ini yang puasa berapa juta orang. Sedangkan di luar sana ada orang-orang yang sedang diare. Ada teman-teman yang memang sedang dehidrasi akut," ujar Tan dalam acara media briefing bersama IDI pada Jumat (31/3/2023).

"Sekarang harga oralit itu naik, ini kan konyol. Susah lagi nyari-nyari dulu. Jadi kalau menurut saya, sudah deh. --- Sekali lagi, yang sehat harus tetap sehat, yang sakit kita pulihkan agar lekas lebih sehat," tambahnya.

Minimalisir Haus Puasa, Cukupkan Hidrasi dengan Air Putih

Tan mengungkapkan bahwa untuk meminimalisir rasa haus, Anda sebenarnya bisa mencukupkan konsumsi air putih dan tidak butuh oralit. Pasalnya, air merupakan rehydrator utama tubuh.

"Air adalah pelarut yang terbaik, dan air itu membuat tubuh manusia bisa menyerap dengan baik. Apalagi yang Anda punya air mineral. Jadi, sekarang trennya adalah usahakan untuk berbuka puasa atau takjil Anda mengikutsertakan air mineral," ujar Tan.


Jadi, Siapa yang Mungkin Butuh Oralit?

ilustrasi minum oralit / pixabay

Dalam kesempatan yang sama, Tan turut mengungkapkan siapa saja orang-orang yang kemungkinan butuh oralit. Salah satunya adalah orang yang merasakan haus patologis atau haus yang muncul karena kondisi kesehatan tertentu.

Bukan pada orang yang haus karena fisiologis seperti saat sedang puasa.

"Haus yang sifatnya fisiologis karena Anda berpuasa yang diniatkan tentu tidak sama dengan orang yang haus karena patologis. Haus patologis itu seperti orang yang muntaber, makanya perlu dikoreksi dengan oralit," ujar Tan.

Sehingga, saat mengalami muntaber atau diare itulah oralit dibutuhkan.

"Ketika orang muntaber, itu yang keluar bukan cuma airnya doang. Orang muntaber yang keluar semuanya termasuk natrium, kalium, segala macam, zat kloridanya. Nah itu adalah momen Anda ketika Anda harus melakukan penambahan cairan," ujarnya.


Cara Puasa yang Tepat, Bukan Sahur dengan Mie Instan

Ilustrasi Mi Instan, Bukan Asupan yang Dianjurkan untuk Jalani Puasa yang Tepat. (dok. Pixabay.com/digitalphotolinds)

Lebih lanjut Tan mengungkapkan hal-hal apa saja yang bisa dijadikan indikator puasa yang tepat. Pertama, puasa harus dimulai dengan mengonsumsi asupan dengan gizi seimbang.  

"Kalau Anda mempunyai cara berpuasa yang tepat, maka Anda harus mempunyai sahur yang sesuai dengan gizi seimbang. Jadi bukan sekadar minum susu, bukan sekadar makan mi instan," ujar Tan.

"Atau untuk sekadar mengobati rasa bersalah, mi instannya dikasih caisim, dikasih dikit-dikit telur, enggak. Tapi gizi seimbang. Usahakan gizi seimbang Anda berasal dari makanan utuh," tambahnya.

Kedua, Tan menambahkan, puasa tidak seharusnya membuat tenaga menjadi kendur. Aktivitas sejatinya harus tetap bisa dilakukan dengan baik.

"Ibadah (puasa) itu membuat Anda tidak kendur. Artinya hidup apa adanya. Jadi kalau misalnya Anda harus kerja, bangun pagi, ya lakukanlah," kata Tan.


Cobaan Biasanya Muncul Hanya pada Minggu Pertama Puasa

Ilustrasi puasa. (Photo created by pvproductions on www.freepik.com)

Tan mengungkapkan bahwa dari apa yang diperhatikannya pun, rasa-rasa tidak nyaman seperti lapar, haus, nyeri pada ulu hati, atau kambuhnya maag ketika puasa akan hilang sendirinya usai melewati minggu pertama.

"Bicara tentang sakit maag, ulu hati nyeri segala macam, kadang-kadang aku perhatikan, badai akan berlalu dengan masuk minggu kedua (puasa). So, minggu pertama memang kadang-kadang ada orang yang merasa sebah ya," ujar Tan.

"Puasa membuat kita sangat-sangat tertib dalam hidup. Jadi kalau misal perutnya agak bunyi, kita bisa mengucapkan astaghfirullah alhamdulillah, ya sudah, terima saja. Ibadahkanlah puasamu, itu keren bukan main," tambahnya.

Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya