Bagaimana Puasa Ramadhan di Islandia, Negara dengan Matahari Terbenam Singkat?

Khusus di negara-negara dengan matahari yang tak kunjung terbenam, ulama beri opsi-opsi berikut untuk meringankan mereka. Islandia pernah berpuasa hingga 21 jam, tahun ini jadi negara dengan durasi puasa terlama.

oleh Yasmina Shofa Az Zahra diperbarui 05 Apr 2023, 20:00 WIB
Ilustrasi Islandia (dok.unsplash/ Josh Reid)

Liputan6.com, Reykjavik - Umat Muslim saat ini tengah berada di Bulan suci Ramadhan, mereka sedang menjalani ibadah puasa mulai dari matahari terbit hingga matahari terbenam.

Pada periode tersebut, umat Muslim seluruh dunia menahan diri untuk tidak makan maupun minum.

Melansir dari CNBC, Rabu (5/4/2023), kalender lunar Islam, atau biasa disebut kalender Hijriah, menunjukkan bahwa tanggal dimulainya Ramadhan bergerak maju kurang lebih dua minggu di setiap tahunnya.

Di negara-negara dekat atau di garis khatulistiwa, seperti Arab Saudi, Singapura, dan Indonesia, perubahan ini membuat sedikit perbedaan pada jam siang hari yang akan membuat perubahan pada durasi puasa.

Namun, bagi umat Muslim yang tinggal di bagian Bumi paling utara di dekat lingkaran Arktik, masalahnya lebih sulit dibandingkan hanya sekedar perubahan kecil waktu berpuasa, apalagi ketika musim panas.

Di Islandia, matahari terbenam di tengah malam, dan dua jam kemudian sudah kembali bersinar. Ini terjadi selama puncak musim panas.

Lantas, bagaimana dengan waktu berpuasa mereka di sana? Sedangkan, umat Muslim menentukan waktu berpuasa dengan bantuan matahari.

Tahun ini, umat Muslim di Islandia akan berpuasa selama 18 jam, menurut Al Arabiya

Sebelumnya, di tahun 2018, mereka pernah berpuasa hingga 21 jam dan 51 menit, dengan matahari terbenam pada pukul 23.57 pada malam terakhir Ramadhan.

Akhirnya, agar tidak memberatkan ibadah puasa mereka, para ulama dan organisasi Islam mencoba membantu permasalahan tersebut.

Puasa Terlama Tahun 2023

Islandia masuk daftar negara dengan puasa terlama menurut Al Arabiya, berikut ini selengkapnya:

Puasa terlama tahun ini yaitu berdurasi selama 18 jam. Umat muslim di Greenland dan Islandia akan menjalani puasa terlama di bulan Ramadhan ini.

  1. Nuuk, Greenland: 18 jam
  2. Reykjavik, Islandia: 18 jam
  3. Helsinki, Finlandia: 17 jam
  4. Glasgow, Skotlandia: 17 jam
  5. Ottawa, Kanada: 17 jam
  6. London, Inggris: 16-17 jam
  7. Paris, Prancis: 16-17 jam
  8. Zurich, Swiss: 15 jam
  9. Roma, Italia: 15 jam
  10. Madrid, Spanyol: 15 jam 

Opsi-opsi dari Ulama dan Organisasi Islam

Ilustrasi Berbuka Puasa Credit: pexels.com/pixabay

Umat Muslim yang tinggal di negara di mana matahari tidak terbenam atau di mana matahari hanya terbenam sesaat, dapat mengikuti salah satu dari tiga solusi yang ditawarkan oleh beberapa ulama dan organisasi Islam.

Pertama, mereka dapat berbuka puasa menggunakan waktu matahari terbenam di negara terdekat (tidak harus mayoritas Muslim) yang tidak memiliki siang hari terus menerus.

Kedua, dapat juga mengikuti waktu di negara mayoritas Muslim terdekat.

Terakhir, mereka juga bisa mengamati dan mengikuti waktu berpuasa di Arab Saudi. 

Jika tidak ingin menggunakan salah satu dari ketiga opsi tersebut, mereka dapat tetap menggunakan waktu setempat.

Di tahun 2018, Karim Askari, direktur eksekutif Islamic Foundation of Iceland, menyebutkan pilihannya dengan tegas.

"Saya akan memakai waktu setempat di Reykjavik," kata Askari kepada CNBC

"Menjalani 21 jam tanpa makan adalah waktu yang lama. Tapi insya Allah, mayoritas Muslim di sini, di Reykjavik mampu melakukannya,” ucapnya.


Bebas Menentukan Pilihan

Ilustrasi puasa Ramadhan (dok.unsplash/ Artur Aldyrkhanov)

Setiap masjid dan organisasi Islam di Islandia memiliki keputusan masing-masing terkait waktu berpuasa mereka. 

Beberapa mengikuti waktu setempat, beberapa lainnya memilih untuk mengikuti negara-negara Eropa lainnya. Bahkan ada masjid di ibu kota Islandia yang mengikuti waktu di Prancis.

"Mereka bisa memilih apa yang mereka inginkan. Kami memiliki ruang dalam hubungan komunitas kami di sini," kata Askari. 

"Beberapa orang tidak dapat menerima bahwa mereka akan makan saat matahari terbit, bahkan jika sudah mendekati tengah malam, karena mereka terbiasa menunggu di negara asalnya. Jadi, mereka akan menggunakan waktu setempat. Yang lain dapat menerima bahwa mereka harus makan bahkan saat matahari sebagian terbit," jelasnya.

Apa yang tampak seperti kondisi ekstrem bagi sebagian orang merupakan berkah tersembunyi bagi Askari.

Menurutnya, cuaca dingin di sana mempermudah umat Islam untuk berpuasa, dibandingkan di Asia atau Timur Tengah di mana suhu bisa melonjak di siang hari.

"Lebih sulit untuk berpuasa dalam cuaca panas. Orang bisa merasa marah tanpa makan atau minum, sedangkan di cuaca dingin, lebih mudah menjalani hari," katanya.

Keputusan mana pun yang akan dipilih, seluruh penduduk Muslim Islandia bebas memilih keputusan yang paling sesuai bagi mereka.

Di tahun ini, Muslim di Nuuk, Greenland akan menjalani puasa selama 18 jam, berbeda satu jam dengan Helsinki dan Glasgow yaitu selama 17 jam.


Tantangan Berpuasa di Bulan Ramadhan

Tradisi buka puasa bersama di Indonesia menjadi momentum berharga untuk menjalin tali kebersamaan dan kekeluargaan. (pexels.com/@cottonbro)

Di Oslo, Iman Meskini merasa bahwa tantangan terbesar bukanlah waktu puasa yang panjang.

Tantangan bagi aktris ini adalah bagaimana memasukkan rutinitas Ramadhan, yang tentunya akan berbeda dari rutinitas normal, ke dalam masyarakat dengan produktivitas tinggi yang mungkin akan menolak hal yang dapat memperlambat atau menghambat mereka. 

"Tantangan menjalankan Ramadhan di Norwegia adalah berpuasa di masyarakat non-Islam," kata Meskini. 

"Kehidupan sehari-hari berlanjut seperti biasa dan masyarakat mengharapkan Anda untuk beraktivitas pada tingkat yang sama," ucapnya.

Umat Islam menjalankan bulan Ramadhan ini dengan kehidupan, suasana, dan waktu yang berbeda.

Namun, yang menyamakan adalah seluruhnya akan berbuka dengan cara tradisional yang sama, segenggam kurma dan segelas air. Bagi para ulama, inilah keindahan dalam Islam.

Bahkan di bagian paling ekstrem dunia, tidak ada standar monolitik bagi umat Islam.

:Setiap orang melakukan apa yang mereka inginkan. Kami hanya bisa menawarkan apa yang kami rasakan di hati kami," kata Askari.

"Muslim memiliki fleksibilitas di dalam diri mereka di mana pun mereka berada," tambahnya.

INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia (Liputan6.com / Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya