Korban Luka Akibat Ledakan Bom St Petersburg Rusia Jadi 25 Orang, 6 di Antaranya Kritis

Pihak berwenang Rusia mengatakan, mereka memperlakukan ledakan bom yang terjadi pada Minggu (2/4/2023) tersebut sebagai dugaan pembunuhan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Apr 2023, 07:08 WIB
Ilustrasi ledakan bom.

Liputan6.com, Moskow - Korban luka akibat ledakan bom yang mengguncang sebuah kafe di St Petersburg, Rusia, pada Minggu (2/4/2023) menjadi 25 orang, di mana 19 di antaranya dirawat di rumah sakit. Kementerian Kesehatan Rusia menyebutkan, enam orang dalam kondisi kritis.

Seorang blogger militer Rusia yang terkenal, Vladlen Tatarsky, tewas dalam ledakan bom tersebut. Dia berada di kafe tersebut sebagai tamu kelompok pro-perang bernama Cyber Front Z.

Pihak berwenang mengatakan, mereka memperlakukan kasus itu sebagai dugaan pembunuhan.

Laporan media Rusia menyebutkan bahwa bom mungkin disembunyikan di patung yang diberikan kepadanya oleh seorang wanita, yang menghadiri acara yang sama dengan Tatarsky.

"Wanita itu duduk di meja kami... Setelah dia menghadiahkan patung itu, dia duduk di tempat lain di dekat jendela dan melupakan ponselnya di meja kami," ujar seorang saksi seperti dikutip Ria Novosti dan dilansir CNN, Senin (3/4).

"Pembawa acara di panggung mengeluarkan patung dari kotak dan memamerkannya, Tatarsky memegangnya sebentar. Mereka mengembalikannya (ke kotak) dan tidak lama ledakan terjadi... Saya berlari dan merasakan telinga saya tersumbat. Ada banyak orang berlumuran darah."

Dalam pernyataannya, Cyber Front Z mengatakan, "Teman dan kolega terkasih. Saat kami menggelar acara rutin di kafe yang kami sewa, terjadi serangan teroris. Kami mengambil langkah-langkah keamanan tertentu, tetapi, sayangnya itu tidak cukup. Belasungkawa kami kepada keluarga dan teman-teman para korban."

"Belasungkawa terpisah bagi siapapun yang mengenal koresponden perang yang luar biasa dan teman baik kita Vladlen Tatarsky. Sekarang kami bekerja sama dengan lembaga penegak hukum dan kami berharap semua yang bertanggung jawab dihukum."


Siapakah Tatarsky?

Blogger militer Rusia yang terkenal, Vladlen Tatarsky, tewas dalam ledakan bom yang mengguncang sebuah kafe di St Petersburg, Rusia, pada Minggu (2/4/2023). (Dok. Vladlen Tatarsky/Telegram)

Tatarsky mendukung perang Ukraina. Dia mendapatkan popularitas sejak invasi Rusia ke Ukraina dengan memberikan analisis dan komentar.

Pria yang memiliki nama asli Maxim Fomin itu membuat saluran Telegram-nya pada tahun 2019. Dia memilih nama panggung Vladlen Tatarsky sebagai bentuk penghormatannya kepada protagonis dalam novel "Generation P" karya Victor Pelevin.

Tatarsky telah menulis beberapa buku. Pada tahun 2014, dia disebut ikut berperang melawan kaum nasionalis Ukraina.

Dia memiliki lebih dari setengah juta pengikut di Telegram dan meskipun dia sangat pro-perang, terkadang dia mengkritik kemunduran Rusia di Ukraina.

Pada Mei tahun 2022, Tatarsky mengatakan kepada CNN bahwa dia tidak mengkritik secara keseluruhan, melainkan "tindakan individu". Dia sendiri masih yakin Rusia akan mencapai tujuannya di Ukraina.

Tatarsky menjadi terkenal setelah menghadiri upacara di Kremlin yang menandai aneksasi ilegal empat wilayah Ukraina.

Ledakan pada Minggu melayangkan ingatan publik pada bom mobil yang menewaskan Darya Dugina, putri filsuf ultra-nasionalis berpengaruh Alexander Dugin pada Agustus 2022. Alexander Dugin dianggap sebagai arsitek atau "pemandu spiritual" atas invasi Rusia ke Ukraina. Dugina dan Tatarsky bergerak dalam lingkaran yang sama dan mereka telah difoto bersama beberapa kali.

Belum ada bukti tentang siapa yang melakukan serangan terhadap Tatarsky, tetapi juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menuding Ukraina.

"Wartawan Rusia terus-menerus mengalami ancaman pembalasan dari rezim Kyiv... Kegiatan profesional Vladlen Tatarskiy, pengabdiannya ke Tanah Air menimbulkan kebencian rezim Kyiv. Dia berbahaya bagi mereka, tetapi dengan berani pergi sampai akhir, melakukan tugasnya," kata Zakharova.

Sementara itu, Mykhailo Podolyak, penasihat presiden Ukraina men-twit, "Laba-laba saling memakan di dalam toples. Pertanyaan kapan terorisme domestik akan menjadi instrumen pertarungan politik internal adalah masalah waktu."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya