Liputan6.com, Banyuwangi - Sepak bola amputasi adalah bola sepak yang pemainnya adalah difabel. Para pemainnya adalah mereka yang kehilangan anggota badan, semisal kaki ataupun tangan. Banyuwangi punya tim sepak bola amputasi.
Namanya Persawangi atau Persatuan Sepak bola Amputasi Banyuwangi. Tim ini sudah sejak beberapa tahun lalu kosong kegiatan. Akan tetapi di tahun ini tim berencana dihidupkan kembali. Sejak beberapa hari kemarin, tim ini mulai kembali berlatih di lapangan Taman Blambangan.
Advertisement
Ketua Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia, (PSAI) Banyuwangi Temon mengatakan, tim Banyuwangi sudah diakui oleh Indonesia Amputte Football (INAF).
Bahkan juga diakui oleh Wolrd Amputee Football Federation sejak 2020. Persawangi juga sempat ikut berlaga di turnamen Trofeo Jember. Akan tetapi, harus tersingkir. Sebab, kala itu pemain Banyuwangi terbatas. Usianya sudah tua ditambah tidak ada pemain pengganti.
"Saat itu baru tiga hari latihan langsung main, dan tidak ada pemain pengganti. Sehingga gugur," kata Temon, Senin (3/4/2023).
Alatnya pun ala kadarnya. Seharusnya pakai tongkat sport, atlet Persawangijustru pakai tongkat medis, mudah patah saat terkena bola.
"Musuhnya pakai tongkat sport harganya Rp 2,5 juta. Kita pakai tongkat medis harganya Rp 90 ribu. Kena bola patah.
Di tahun ini, harapan mulai ditumbuhkan. Tim kembali diaktifkan. Pemain-pemain lama dikumpulkan dan kembali diajak latihan.
Kini personel yang sudah terkumpul sudah ada 13 orang. Disokong oleh 2 orang manajemen. Melalui latihan ini, kata Temon, juga menjadi upaya untuk memperkenalkan Sepakbola Amputasi.
"Kita memilih latihan di spot-spot ikon ini untuk menarik perhatian. Supaya yang belum tahu menjadi tahu Persawangi," ujarnya.
Manajer Tim Persawangi Indah Tukiman mengatakan, banyak warna saat menjalankan Persawangi ini. Kendala jelas banyak dijumpai. Sebut saja membangun kekompakan tim. Kediaman para pemain lokasinya jauh.
Ada yang di Pesanggaran, Muncar hingga Purwoharjo. Kurang lebih 1 jam untuk ke tempat latihan. Karena lokasi latihan di kota. Ditambah mereka juga memiliki pekerjaan dan kesibukan masing-masing.
"Untuk membangun kekompakan jelas perlu effort," ujar Indah.
Di tim ini tidak melulu soal sepak bola. Karena di tim ini juga berfokus untuk membangun kebersamaan dan kepercayaan diri bagi para difabel.
Berharap Ada Atlet Lolos Timnas Amputasi
Karena penyebab mereka kehilangan anggota tubuh ini berbeda-beda. Ada yang dari lahir dan ada yang karena kecelakaan.
"Sirkel ini untuk menumbuhkan percaya diri dan menegaskan bahwa dengan kondisi yang saat ini masih bisa berkarya. Bahkan juga masih bisa menjadi atlet," bebernya.
Mendatang pihaknya berharap ada atlet dari Banyuwangi yang bisa lolos ke tim nasional sepak bola amputasi. Dia juga berharap adanya dukungan dari semua pihak.
"Karena kita yakin kita memiliki potensi," tegasnya.
Salah satu atlet, Nanang (25) kini berlatih keras. Dia memiliki target untuk lolos ke timnas. Seminggu dia bisa berlatih sampai tiga kali. Rumahnya di Muncar sehingga dia rutin berlatih di pesisir pantai.
Melatih akurasi dan kekuatan tendangan. Termasuk melatih kekuatan lengan dan bahu. Sebab tumpuan pada sepak bola amputasi berada di bahu dan lengan.
"Saya yakin dan optimis, sehingga saya berlatih keras," tegasnya.
Advertisement