Liputan6.com, L'Aquila - Italia tepat 14 tahun yang lalu berada dalam situasi memprihatinkan, khususnya penduduk kota L’Aquila.
Mengutip situs Britannica, Selasa (4/4/2023), gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,3 melanda wilayah Abruzzi, Italia Tengah, tepatnya di kota L’Aquila, pada tanggal 6 April 2009.
Advertisement
Gempa hebat itu mengguncang pada pukul tiga dini hari waktu setempat, membuat kerusakan besar pada L’Aquila yang terletak hanya sekitar 60 mil (100 km) timur laut Roma, sekitar 56 desa hancur di jantung pegunungan Italia.
Melansir The Guardian, sebanyak 309 orang dinyatakan tewas dan diperkirakan 70.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Gempa tersebut diakibatkan oleh sesar normal pada Sesar Paganica yang berarah barat laut-tenggara. Pergerakan itu berkaitan dengan gaya tektonik ekstensional yang berhubungan dengan pembukaan Cekungan Tyrrhenian ke barat.
Selama lebih dari tiga bulan setelah gempa utama pada 6 April 2009, Institut Nasional Geofisika dan Vulkanologi, dengan menggunakan jaringan portabel seismometer, terus mendeteksi ribuan gempa susulan.
Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi berusaha untuk memusatkan perhatian dunia kepada bencana tersebut dengan mendesak perubahan tempat penyelenggaraan KTT G8.
KTT G8 yang sebelumnya dijadwalkan berlangsung di Pulau Maddalena, lepas pantai Sardinia, dipindahkan ke L'Aquila.
Acara taraf internasional itu kemudian diadakan di kota tersebut pada bulan Juli, dengan kondisi darurat pasca gempa. Seluruh upaya ini dilakukan demi memusatkan perhatian global pada gempa L’Aquila.
Pada September 2009, sebagian dari korban gempa sudah bisa pindah ke rumah baru berkat upaya bantuan yang gencar disalurkan, meskipun ribuan lainnya tetap tinggal di fasilitas sementara.
6 Ilmuwan dan Seorang Pejabat Pemerintah Dipenjara
Pada September 2011, enam ilmuwan Italia dan seorang mantan pejabat pemerintah dijatuhi hukuman enam tahun penjara atas gempa mematikan tahun 2009 di L'Aquila.
Laporan media Italia menyebutkan bahwa seluruh anggota Komisi Nasional untuk Prakiraan dan Pencegahan Risiko Besar dituduh memberikan informasi yang tidak akurat, tidak lengkap dan kontradiktif tentang bahaya dari getaran yang dirasakan menjelang gempa 6 April 2009.
Menurut BBC, jaksa mengatakan bahwa para terdakwa memberikan pernyataan meyakinkan yang salah sebelum terjadinya gempa.
Hal tersebut dibantah pihak pembela yang menyatakan, tidak ada cara untuk memprediksi gempa besar.
Seorang saksi, Guido Fioravanti, menyatakan bahwa mereka tidak mengevakuasi diri karena meyakini ucapan komisi resiko tentang getaran tersebut.
Selain hukuman penjara dan larangan memegang jabatan publik di masa depan, hakim juga memerintahkan para terdakwa untuk membayar biaya perkara dan ganti rugi.
Tanggapan dari para pelaku memperlihatkan kebingungan dan ketidakpahaman atas penyebab dari hukuman-hukuman tersebut, ketujuh orang tersebut yakin tidak bersalah.
“Saya pikir saya akan dibebaskan. Saya masih tidak mengerti untuk apa saya dihukum.” kata Enzo Boschi, mantan kepala Institut Nasional Geofisika dan Vulkanologi.
Bernardo De Bernardinis, mantan pejabat Badan Perlindungan Sipil Nasional, berkata, “Saya menganggap diri saya tidak bersalah di hadapan Tuhan dan manusia.”
Salah satu pengacara pembela, Marcello Petrelli, menganggap hukuman tersebut terburu-buru dan tidak dapat dipahami.
Advertisement
Peringatan Gempa L'Aquila
Setahun yang lalu, Italia memperingati 13 tahun gempa besar tersebut.
Pada Selasa (6/4/2022) malam, penduduk L'Aquila mengadakan prosesi penyalaan obor tradisional di sepanjang jalanan kota.
Situs Wanted in Rome menyebutkan bahwa peringatan ini sempat dihentikan karena pembatasan COVID di Italia selama dua tahun terakhir.
Misa Tengah Malam dirayakan untuk para korban dan seberkas cahaya biru besar diproyeksikan ke langit dari pusat Piazza Duomo, alun-alun kota Milan, selama tiga tahun berturut-turut.
Tepat pukul 03.32 dini hari, persis waktu dimana gempa terjadi, lonceng gereja dibunyikan sebanyak 309 kali, mewakili setiap korban meninggal dalam guncangan mematikan tersebut.
Di tahun 2022, 13 tahun setelah gempa, proses rekonstruksi ulang bangunan di L’Aquila masih berlangsung.
Bulan September di tahun yang sama, perdana menteri Italia Mario Draghi meresmikan sebuah taman peringatan di L'Aquila, menyebut para korban yang tewas dalam gempa bumi sebagai “309 malaikat”.
Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Italia, Getaran Terasa di Beberapa Negara dari Roma hingga Bosnia
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,5 di lepas pantai resor Italia Rimini telah dirasakan di seluruh Italia tengah dan sebagian Balkan.
Mengutip BBC, Rabu (9/11/2022), rumah-rumah berguncang selama beberapa detik di Pantai Adriatik. Ada laporan kerusakan kecil akibat gempa Italia itu, tetapi tidak ada korban jiwa.
Selain itu, sekolah-sekolah ditutup di beberapa bagian wilayah Marche tengah. Kereta api dihentikan di sekitar kota Ancona karena dugaan kerusakan rel.
Pejabat Italia mengatakan gempa itu memiliki pusat gempa pada kedalaman 8 km (5 mil).
Getaran gempa itu terasa di Roma, di barat dan Bologna di timur laut serta melintasi Laut Adriatik di Slovenia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina.
Getaran gempa Italia pertama dan terkuat dirasakan pada pukul 07.07 (06:07 GMT) diikuti oleh sejumlah guncangan kecil.
Batu yang jatuh terlihat di pusat Ancona dan di stasiun, dan penduduk bergegas ke jalan-jalan dengan panik. Laporan Italia mengatakan kereta ditangguhkan di beberapa jalur termasuk antara Ancona dan ibu kota, Roma.
Namun, pemadam kebakaran mengatakan belum menerima permintaan penyelamatan.
Italia Tengah adalah salah satu daerah gempa paling aktif di Eropa. Gempa bumi berkekuatan 6,2 pada 2016 menewaskan 299 orang, sebagian besar di desa pegunungan Amatrice yang indah.
Advertisement