Liputan6.com, Jakarta Kinerja impresif industri manufaktur Indonesia terus ditunjukkan dengan berada di level ekspansif selama 19 bulan berturut-turut. Sementara itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Maret 2023 mencapai level 51,9 dan tercatat naik dari posisi bulan lalu yang sebesar 51,2 serta merupakan level tertinggi sejak September 2022.
Hal itu diperkuat dari rilis S&P Global PMI yang menyatakan bahwa kuatnya laju permintaan dalam negeri di Indonesia terus menopang penguatan aktivitas manufaktur. Aktivitas perusahaan menunjukkan peningkatan signifikan dalam hasil produksi, pesanan baru, pembelian, serta perbaikan dari sisi ketenagakerjaan. Hal ini sekaligus memperlihatkan kepercayaan bisnis terhadap prospek ekonomi Indonesia juga semakin tinggi.
Advertisement
“PMI Indonesia masih solid dengan melanjutkan level ekspansif yang stabil dan berkelanjutan. Ini menunjukkan aktivitas produksi dalam negeri yang terus menggeliat dan ditopang permintaan domestik yang masih kuat,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga telah merilis data realisasi inflasi Indonesia yang pada Maret 2023 tercatat sebesar 4,97 persen (yoy). Realisasi tersebut lebih rendah dari Februari 2023 yang sebesar 5,47 persen (yoy), tetapi lebih tinggi dibandingkan inflasi Maret 2022 sebesar 2,64 persen (yoy).
“Secara bulanan, inflasi Maret 2023 tercatat sebesar 0,18 persen (mtm). Angka tersebut relatif terkendali mengingat bulan ini sudah memasuki bulan Ramadan. Artinya pasokan di level konsumen masih aman dan distribusi tidak terganggu,” jelas Menko Airlangga.
Berdasarkan komponen, inflasi harga diatur pemerintah (Administered Prices/AP) mengalami inflasi sebesar 0,12 persen (mtm) sehingga tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 11,56 persen (yoy). Inflasi AP terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara, bensin, dan rokok kretek filter.
“Adanya momen libur panjang di awal Ramadan serta adanya event besar seperti ASEAN Summit 2023 akan mendorong peningkatan permintaan transportasi, terutama angkutan udara,” kata Menko Airlangga.
Sementara itu, inflasi harga pangan bergejolak (Volatile Food/VF) tercatat mengalami inflasi sebesar 0,29% (mtm) atau 5,83% (yoy). Komoditas utama penyumbang inflasi VF bulan ini (mtm) adalah beras dan cabai rawit dengan andil masing-masing 0,02%, namun tekanan inflasi VF masih dapat terbantu dengan penurunan harga bawang merah dan cabai merah.
Panen
Melansir informasi BPS, telah dilakukan panen di 10 provinsi dan 66 kabupaten utama, tetapi dengan adanya anomali cuaca di sebagian wilayah Indonesia menyebabkan terganggunya hasil produksi. Hal ini menyebabkan harga beras masih mengalami kenaikan di Maret 2023 ini, meskipun tidak setinggi bulan-bulan sebelumnya.
Di sisi lain, Badan Pangan Nasional pada 15 Maret 2023 telah mengumumkan perubahan Harga Pokok Penjualan (HPP) Gabah dan Beras serta Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras. Tujuannya guna menciptakan keseimbangan hulu-hilir agar tercipta harga wajar, baik di tingkat produsen, penggilingan, pedagang dan konsumen.
Dalam rangka menjaga stabilisasi harga serta membantu masyarakat, Pemerintah juga telah menyalurkan bantuan sosial pangan kepada 21.353 keluarga penerima manfaat di 515 wilayah dalam periode Maret-Mei 2023.
“Pemerintah dan otoritas terkait akan terus memperkuat sinergi komunikasi kebijakan untuk mendukung pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat, sehingga tetap terkendali khususnya selama Ramadan dan Idulfitri 2023. Selain itu, Pemerintah dan Bank Indonesia melalui TPIP dan TPID juga akan terus bersinergi menjaga inflasi dalam rentang sasaran. Hal itu diharapkan menjadi fondasi kuat untuk perekonomian nasional di 2023,” pungkas Menko Airlangga.
Advertisement
Inflasi Terkendali, Harga Pangan Ramadhan hingga Lebaran Dijamin Tak Melejit
Kementerian Keuangan memastikan harga bahan pokok akan tetap terjaga stabil sampai hari lebaran yang jatuh pada pekan ketiga bulan ini. Hal ini tercermin dari berbagai upaya pemerintah yang telah berhasil menekan tingkat inflasi di bulan Ramadan sebesar 4,97 persen (yoy) di bulan Maret 2023 lalu.
“Memasuki periode Ramadan 2023, inflasi dapat terkendali dengan baik. Laju inflasi Maret 2023 tercatat hanya mencapai 4,97 persen (yoy), menurun cukup signifikan dari bulan Februari yang tercatat sebesar 5,47 persen (yoy),” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dalam keterangan resminya, Jakarta, Selasa (4/4).
Rendahnya inflasi di bulan Ramadan tersebut kata Febrio berkat berbagai upaya pengendalian harga pangan yang dilakukan Pemerintah dan terbukti cukup efektif menurunkan inflasi pangan. Menurutnya, peran Badan Pangan Nasional (Bapanas) dalam hal ini sangat krusial, terutama dalam memastikan kecukupan dan ketersediaan pasokan berbagai bahan pangan pokok.
Inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) mampu diturunkan secara signifikan dari sebelumnya 7,62 persen (yoy) pada bulan lalu, menjadi 5,83 persen (yoy) pada Maret 2023.
Harga Sedikit Naik
Meskipun demikian, secara bulan ke bulan, terjadi sedikit kenaikan harga pada beberapa komoditas pangan menjelang Ramadan seiring naiknya permintaan. Harga beras juga diharapkan akan melandai seiring masuknya periode panen raya yang mulai berlangsung sejak awal Maret lalu.
Selain dari sisi pangan, perlambatan inflasi secara umum juga didorong oleh melambatnya komponen inflasi inti, yaitu sebesar 2,94 persen (yoy), lebih rendah dari inflasi inti Februari (3,09 persen). Perlambatan terjadi hampir di semua kelompok barang dan jasa seiring menurunnya tekanan harga komoditas global.
Selain itu, inflasi kelompok harga diatur pemerintah (administered price) juga tercatat 11,56 persen (yoy). Angka ini mengalami melambat dari bulan Februari yang mencapai 12,24 persen (yoy), yang dipengaruhi penurunan tarif air PAM.
Advertisement