Liputan6.com, Jakarta Sosok Ida Dayak viral karena kemampuannya yang dianggap manjur dalam mengobati masyarakat yang memiliki masalah tulang. Wanita bernama asli Ida Andriyani pada Senin, 3 April 2023, menggelar pengobatan alternatif di GOR Divif 1 Kostrad, Jalan Raya Bogor-Jakarta Km 39 Cilodong, Depok, Jawa Barat. Ratusan orang pun membludak di sana.
Ida Dayak disebut-sebut pernah membuat pasien yang asalnya tuli dan bisa menjadi bisa mendengar dan berbicara. Penyakit lain yang biasa disembuhkannya mulai dari keseleo, salah urut, dan tulang bengkok. Bahkan, ia tak memungut biaya atas pengobatannya.
Advertisement
Terkait hal ini, Ketua Dewan Pakar Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) Prof Ferdiansyah memberi komentar secara umum.
Menurutnya, secara literatur praktik seperti yang dilakukan Ida termasuk dalam kelompok complementary alternative medicine (CAM).
“Kapan disebut complementary? Bila dikerjakan bersama-sama dengan terapi terstandar yang ada saat ini. Kapan disebut alternatif? Ketika dia berdiri sendiri,” ujar Ferdiansyah dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/4/2023).
Penyebab Pasien Pengobatan Alternatif Membludak
Fenomena terapi alternatif bisa terjadi karena banyak penyakit baru. Di sisi lain, terapi medis yang ada tidak bisa menjawab kebutuhan pasien. Ditambah jumlah profesi medis dengan pasien tidak adekuat.
“Penderita juga banyak yang rentan, karena cacat bawaan di mana kadang kala bidang kedokteran saat ini belum mampu menangani secara sempurna," kata Ferdiansyah.
Alhasil hal ini membuat pasien berusaha mencari apapun pengobatan sebagai upaya untuk bisa sembuh.
"Dia akan berusaha mencari segala macam pengobatan supaya bisa sembuh.”
“Itulah yang menyebabkan banyaknya complementary atau alternative medicine.”
Bukan Cuma di Indonesia
Fenomena munculnya pengobatan alternatif tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Dalam literatur terbaru negara paling maju yakni Amerika Serikat 42 persen masyarakatnya percaya terapi alternatif. Sementara Australia 48 persen, Prancis 49 persen, dan China 40 persen.
Bisa Saling Melengkapi tapi Ada Syaratnya
Ferdiansyah menambahkan, pengobatan konvensional dan pengobatan alternatif mestinya bisa saling melengkapi tapi dengan beberapa syarat.
“Syarat-syarat ini termasuk standardisasi, monitoring, dan selanjutnya.”
Terkait fenomena pengobatan alternatif yang ramai di masyarakat, Ferdiansyah mengatakan bahwa latar belakangnya perlu dilihat terlebih dahulu.
“Kita lihat dulu background-nya, kita tak dapat memungkiri banyak masyarakat yang rentan, punya penyakit kronis atau cacat yang dengan pengobatan konvensional belum bisa kita sembuhkan. Masyarakat kita ini akan mencari alternatif-alternatif supaya bisa sembuh, itu background-nya.”
Advertisement
Pengobatan Alternatif Perlu Monitoring dan Evaluasi
Lebih lanjut, Ferdiansyah menegaskan bahwa apapun pengobatan alternatif yang dilakukan, maka harus disertai monitoring dan evaluasi.
“Saya enggak komentar soal fenomena saat ini (Ida Dayak), cuma seharusnya apapun yang dikerjakan itu ada monitoring dan evaluasi tentang efektivitasnya. Karena kalau tanpa itu nanti kita berasumsi tidak bagus.”
“Jadi, mari sama-sama kita lihat, kita evaluasi, karena kan fenomena ini tidak hanya terjadi sekali, sudah berkali-kali terjadi. Yang paling penting bagi kita, pengobatan alternatif itu disaintifikasi, diilmiahkan, dicarikan dulu buktinya.”
Jika pengobatan alternatif tidak memiliki bukti ilmiah, maka asumsi terhadap pengobatan tersebut akan buruk.
Soal Chiropractice
Dalam kesempatan tersebut, Ferdiansyah juga membahas soal chiropractice. Ini merupakan salah satu jenis pengobatan alternatif.
“Jadi ada lima kelompok besar CAM ini, satu traditional medical technic, kedua mind body therapy, ketiga terapi herbal, keempat manipulative atau tentang anatomi tubuh termasuk chiropractice, dan kelima energy medicine yang erat kaitannya dengan spiritualisme.”
“Di beberapa negara, chiropractice telah diajarkan secara terstruktur, sudah ada sekolahnya. Cuma di negara kita belum.”
Chiropractice di negara lain sudah disaintifikasi seperti jamu. Beberapa jamu sudah disaintifikasi atau sudah diteliti khasiatnya.
Advertisement