Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan prospek dan tantangan pengendalian inflasi di tahun 2023 ini.
"Inflasi IHK 2023 diprakirakan kembali ke sasaran 3 persen kurang lebih 1 persen dengan beberapa tantangan," demikian paparan Perry Warjiyo dalam acara Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Jawa 2023 yang disiarkan pada Rabu (5/4/2023).
Advertisement
Gubernur BI juga mengutip data IMF yang mencatat bahwa inflasi global masih berada di angka yang tinggi, namun berhasil turun signifikan dari 8,8 persen tahun lalu menjadi 5,2 persen tahun ini.
Terkait inflasi inti, Perry Warjiyo mengatakan, permintaan domestik menguat, ekspektasi inflasi perlu terus dikelola, juga dampak nilai tukar Rupiah terhadap inflasi perlu dijaga, serta transmisi harga impor ke harga jual domestik.
Dengan situasi harga pangan yang bergejolak, Perry Warjiyo mengingatkan bahwa "risiko kekeringan perlu diwaspadai, fluktuasi produksi (antarwaktu dan antardaerah) masih terjadi, kenaikan permintaan Horeca".
Katahanan Pangan
Dengan demikian, dia menyerunkan pentingnya mendorong ketahanan pangan dan produksi pangan dengan agrifarming, dan digitalisasi.
Memasuki musim libur Lebaran, Gubernur BI juga menghimbau pasar pasar untuk segera memastikan bahwa stok dagangan bahan pangan sudah cukup tersedia.
"Yang punya barang ojo disimpen, rakyat membutuhkan. Beras, minyak goreng, telur, ayam, apapun buat opor harus ada di pasar, sehingga ini betul betul supply nya ada," ujar dia.
Inflasi Maret 2023 Capai 0,18 Persen, Airlangga: Relatif Terkendali
Kinerja impresif industri manufaktur Indonesia terus ditunjukkan dengan berada di level ekspansif selama 19 bulan berturut-turut. Sementara itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Maret 2023 mencapai level 51,9 dan tercatat naik dari posisi bulan lalu yang sebesar 51,2 serta merupakan level tertinggi sejak September 2022.
Hal itu diperkuat dari rilis S&P Global PMI yang menyatakan bahwa kuatnya laju permintaan dalam negeri di Indonesia terus menopang penguatan aktivitas manufaktur. Aktivitas perusahaan menunjukkan peningkatan signifikan dalam hasil produksi, pesanan baru, pembelian, serta perbaikan dari sisi ketenagakerjaan. Hal ini sekaligus memperlihatkan kepercayaan bisnis terhadap prospek ekonomi Indonesia juga semakin tinggi.
"PMI Indonesia masih solid dengan melanjutkan level ekspansif yang stabil dan berkelanjutan. Ini menunjukkan aktivitas produksi dalam negeri yang terus menggeliat dan ditopang permintaan domestik yang masih kuat," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga telah merilis data realisasi inflasi Indonesia yang pada Maret 2023 tercatat sebesar 4,97 persen (yoy). Realisasi tersebut lebih rendah dari Februari 2023 yang sebesar 5,47 persen (yoy), tetapi lebih tinggi dibandingkan inflasi Maret 2022 sebesar 2,64 persen (yoy).
"Secara bulanan, inflasi Maret 2023 tercatat sebesar 0,18 persen (mtm). Angka tersebut relatif terkendali mengingat bulan ini sudah memasuki bulan Ramadan. Artinya pasokan di level konsumen masih aman dan distribusi tidak terganggu," jelas Menko Airlangga.
Berdasarkan komponen, inflasi harga diatur pemerintah (Administered Prices/AP) mengalami inflasi sebesar 0,12 persen (mtm) sehingga tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 11,56 persen (yoy). Inflasi AP terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara, bensin, dan rokok kretek filter.
"Adanya momen libur panjang di awal Ramadan serta adanya event besar seperti ASEAN Summit 2023 akan mendorong peningkatan permintaan transportasi, terutama angkutan udara," kata Menko Airlangga.
Sementara itu, inflasi harga pangan bergejolak (Volatile Food/VF) tercatat mengalami inflasi sebesar 0,29% (mtm) atau 5,83% (yoy). Komoditas utama penyumbang inflasi VF bulan ini (mtm) adalah beras dan cabai rawit dengan andil masing-masing 0,02%, namun tekanan inflasi VF masih dapat terbantu dengan penurunan harga bawang merah dan cabai merah.
Advertisement
Inflasi Tahunan di Maret 2023 Tercatat 4,97 Persen, Harga Beras dan Bensin Jadi Pendorong
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini menjelaskan, angka inflasi tahunan atau year on year (y-on-y) pada Maret 2023 di angka 4,97 persen. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan pada Februari 2023 yang sebesar 5,47 persen.
"Sementara itu secara year on year terjadi inflasi sebesar 4,97 persen dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 0,68 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, dalam konferensi pers BPS, Senin (3/4/2023).
Sedangkan inflasi secara bulanan pada Maret 2023 sebesar 0,18 persen (mtm). Angka ini lebih tinggi dari tingkat inflasi bulanan Februari 2023 sekitar 0,16 persen.
Pudji menjelaskan hal itu dipengaruhi karena indeks harga konsumen meningkat dari 114,16 di Februari 2023 menjadi 114,36 pada Maret 2023.
Penyebab Inflasi
Adapun penyumbang inflasi bulanan terbesar pada Maret 2023 berasal dari makanan, minuman dan tembakau, diantaranya angkutan udara, bensin, beras, cabai rawit, dan rokok kretek filter.
Sementara, penyumbang deflasi bulanan terbesar untuk kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga adalah tarif air minum PAM.
Lebih lanjut, secara umum dari 90 kota IHK terdapat 65 kota yang mengalami inflasi. Dari 65 tersebut 48 kota inflasinya berada di atas inflasi nasional dan 17 kota lainnya di bawah inflasi nasional, sedangkan 25 kota mengalami deflasi.
"Dari sebaran tersebut di pulau Sumatera inflasi tertinggi di tanjung pandan 0,7 persen. Inflasi terdalam -0,91 persen. Di pulau jawa inflasi tertinggi di Sumenep 0,67 persen, inflasi terdalam bandung -1,50 persen," pungkasnya.
Advertisement