Menko Airlangga: Jabar Pusat Pertanian, Tapi Realisasi KUR Cuma Rp 7,3 Triliun

Menko Perekomonian Airlangga Hartarto mengatakan, total realisasi KUR pertanian sektor pertanian pada 2022 mencapai Rp 117,13 triliun.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 05 Apr 2023, 14:30 WIB
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Dok: ekon.go.id)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian di Jawa Barat masih sangat kecil.

Hal itu disampaikannya kepada Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, dalam acara acara Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Jawa 2023 di Purwakarta, Rabu (5/4).

Hadir juga dalam acara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo.

"Jadi Kang Uu, Jawa Barat terlalu rendah, pusat pertanian tapi KUR pertaniannya hanya Rp. 7,3 triliun, jadi harus digenjot lagi ini, Pak Hergun di Jawa Barat, karena sudah masuk koalisi juga jadi kita bagi rata saja," ujar Airlangga dalam acara GNIP yang disiarkan di laman Youtube BI, dikutip Rabu (5/4/2023).

Airlangga merinci, realisasi KUR pertanian sektor pertanian di tahun 2022 lalu mencapai Rp 117,13 triliun.

"Di mana (penyaluran) yang tertinggi salah satunya di Jawa Timur sebesar Rp. 24 triliun, Jawa Tengah Rp. 17 triliun, dan Jawa Barat Rp 7,32 triliun," paparnya.

Dalam kesempatan itu, Airlangga juga mengatakan bahwa Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 104,2 triliun untuk ketahanan pangan.

"Ini perhatian utama pemerintah, bukan nomor tiga, empat, dan kelima tetapi perhatian utama karena Pemerintah menyiapkan dana Rp. 104,2 triliun," ujarnya.

Penguatan sektor pertanian termasuk mengembangkan budidaya pertanian, penguatan infrastruktur, sarana prasarana pertanian, subsidi bunga kredit, subsidi pupuk, dan DAK fisik dan nonfisik, jelas Airlangga. 


3 Subsektor Pertanian Ini Jadi Kunci Kenaikan NTP di Maret 2023

Presiden Jokowi didampingi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melakukan panen raya padi di Kabupaten Ngawi guna melanjutkan rangkaian Panen Raya Padi Nusantara 1 Juta Hektar (ha) secara serentak. (Dok. Kementan)

Sektor pertanian terus menjadi penyokong utama bagi kokohnya perekonomian Nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi kenaikan nilai tukar petani atau NTP pada subsektor perkebunan, peternakan, maupun subsektor hortikultura.

Kenaikan NTO utamanya ditopang dari komoditas perkebunan kelapa sawit, jagung, cabe rawit dan juga kopi. Kesemua komoditas itu mengalami peningkatan dan mampu mendongkrak pasokan ke pasar domestik maupun luar negeri.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan bahwa NTP subsektor perkebunan pada bulan Maret 2023 berada pada posisi tertinggi, yaitu 129,47 atau naik 1,94 persen. Sedangkan NTP subsektor hortikultura mencapai 113,16 atau naik 1,91 persen, serta peternakan 100,34 atau naik 0,58 persen. 

"Komoditas yang dominan dalam kenaikan subsektor perkebunan adalah kelapa sawit, kopi dan karet," ujar Pudji pada konferensi pers BPS, Senin, 3 April 2023.

Diketahui bahwa pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan peningkatan ekspor produk perkebunan mencapai 100 triliun pada tahun 2023 ini. Untuk itu, pemerintah menyiapkan program kerja yang fokus pada pengembangan produk perkebunan  melalui penguatan hilirisasi dan peranan industri baik skala kecil maupun besar.


Peningkatan Daya Saing Komoditas

Presiden Jokowi didampingi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melakukan panen raya padi di Kabupaten Ngawi guna melanjutkan rangkaian Panen Raya Padi Nusantara 1 Juta Hektar (ha) secara serentak. (Dok. Kementan)

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan tren kenaikan NTP merupakan bukti bahwa sektor pertanian tetap menjanjikan terutama melalui peningkatan daya saing komoditas, peluang pasar ekspor dan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Utamanya pada sub sektor perkebunan, peternakan dan hortikultura, dimana ketiganya memiliki permintaan pasar domestik dan luar negeri yang cukup besar, selain masih terbuka pasar baru yang butuh suplai produk petani Indonesia.

"Harga yang baik dan pasar yang menjanjikan harus terus dimanfaatkan. Momentum ini sangat penting bagi para petani kita dan pelaku bisnis pertanian. Kesejahteraan mereka dapat meningkat dengan melakukan bisnis pertanian dan produksi pangan-pangan alternatif yang dibutuhkan dunia," jelasnya.

Sebagai informasi, Nilai Tukar Usaha Petani atau NTUP pada bulan Maret 2023 juga mengalami kenaikan. Data BPS menyebut NTUP di bulan Maret mencapai 111,18 atau naik 0,40 persen apabila dibandingkan Februari 2023 (MtoM). Kenaikan terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,53 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal yang hanya 0,12 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya