Aspek Spritual dan Mental Bisa Jadi Inspirasi dan Motivasi Pemain Sepakbola Muslim di Bulan Ramadhan

Beberapa nama besar di sepakbola dunia, yang juga pesepakbola musim mempunyai cara tersendiri saat membuat keputusan dalam situasi ini

oleh AY Yustiawan diperbarui 06 Apr 2023, 00:00 WIB
Pemain Juventus, Paul Pogba bersiap melakukan pemanasan sebelum laga lanjutan Liga Italia 2022/2023 melawan Torino yang berlangsung di Allianz Stadium, 28 Februari 2023. (AFP/Marco Bertorello)

Liputan6.com, Jakarta Bulan Ramadhan 2023 sudah memasuki pertengahan. Umat Islam di seluruh dunia masih menjalani ibadah puasa dan amalan-amalan lainnya.

Meski berpuasa, umat muslim tetap melaksanakan rutinitas seperti biasa, termasuk berolahraga. Namun, bagi setiap atlet, termasuk pemain sepakbola, mereka harus mempersiapkan dirinya dengan baik, terutama soal fisik.

Apalagi, bagi pemain sepakbola muslim yang dalam waktu bersamaan harus menjalani kompetisi sambil berpuasa. Bulan suci Ramadhan—waktu di mana umat tidak makan atau minum antara matahari terbit dan terbenam—telah menyebabkan pelatih dan ahli gizi mencari rencana khusus.

Ini dilakukan untuk memastikan para pemain dapat mengatasi kerumitan bermain di turnamen sambil berpuasa. Karena, bagaimana pun kepentingan agama juga sangat besar.

Beberapa nama besar di sepakbola dunia, yang juga pesepakbola musim, seperti Mohamed Salah, Mesut Ozil dan Paul Pogba, mempunyai cara tersendiri saat membuat keputusan dalam situasi ini.


Pengecualian

Paul Pogba. Gelandang Prancis berusia 29 tahun yang baru saja meninggalkan Manchester United ini pernah dua kali memperkuat MU sepanjang kariernya. Di periode pertamanya ia bertahan 1 musim pada 2011/2012 usai dipromosikan dari tim U-18 dan total tampil dalam 7 laga di semua ajang. Sementara periode keduanya berlangsung selama 6 musim pada 2016/2017 hingga 2021/2022 usai didatangkan dari Juventus. Ia total tampil dalam 226 laga di semua ajang pada periode keduanya dengan mencetak 39 gol dan 51 assist. Paul Pogba dipastikan meninggalkan MU di akhir musim 2021/2022 dan akan kembali bergabung dengan Juventus secara gratis di musim 2022/2023. (AFP/Adrian Dennis)

Puasa adalah keputusan individu, dan pengecualian dapat dilakukan saat bepergian jauh dari rumah atau jika seseorang tidak sehat.

Salah mengambil opsi perjalanan jelang final Liga Champions Liverpool di Kiev, Ukraina. Dan di Piala Dunia terakhir, pemain internasional Jerman Ozil mengatakan kepada wartawan: "Ramadhan dimulai pada hari Sabtu, tetapi saya tidak akan ambil bagian karena saya sedang bekerja."

Pemain Muslim terkenal lainnya cenderung mengambil sikap yang sama kali ini, meskipun banyak yang menganggapnya sebagai pilihan pribadi.


Pikiran Positif

Mesut Ozil saat menghadiri acara coaching clinic yang digelar oleh Concave Indonesia bersama 47 anak Indonesia terpilih di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta, Kamis (26/5/2022) sore WIB. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

“Tentu saja, periode Ramadhan bisa menjadi waktu yang menantang bagi para pesepakbola Muslim, karena profesi yang mereka jalani menuntut fisik,” jelas Islam Momani, salah satu pendiri dan direktur Asosiasi Pesepakbola Muslim, sebuah grup jaringan untuk para pemain. untuk terhubung dan berbagi pengalaman mereka.

"Namun, aspek spiritual dan mental, dalam banyak hal, dapat menginspirasi dan memotivasi para pesepakbola lebih jauh, dengan memungkinkan mereka untuk lebih fokus. Itu memberi mereka kekuatan mental yang dapat memainkan peran penting dalam memungkinkan mereka mengatasi tantangan fisik apa pun yang mereka alami."


Kurang Energi

Liverpool sempat dua kali menyamakan kedudukan, masing-masing lewat aksi Fabio Carvalho dan Mohammed Salah. (AP Photo/Jon Super)

Kurangnya energi dan kekuatan karena tidak makan dan minum sering kali menjadi pemikiran pertama mereka yang tidak berpuasa. Namun, kasus sebaliknya sering dibantah oleh mereka yang melakukannya.

Di blog dari The Renegade Pharmacist ini, terdapat penjelasan tentang bagaimana waktu yang lama tanpa makanan "membawa kita menjauh dari pikiran kita sendiri ke keadaan yang lebih sadar, di mana kita mengamati pikiran, emosi, dan sensasi kita di tingkat yang jauh lebih dalam."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya