Liputan6.com, Jakarta - PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) menyiapkan posko angkutan terpadu untuk menyambut hari libur Idul Fitri 1444 Hijriah atau Lebaran 2023 dan mendukung arus mudik.
"Posko Angkutan Lebaran Terpadu 1444H/2023 beroperasi selama 16 hari mulai tanggal 15 April hingga 30 April 2023," ujar Humas PT Angkasa Pura Bandara Lombok Arif Haryanto, melansir Antara, Kamis (6/4/2023).
Advertisement
Ia mengatakan, posko tersebut dipersiapkan dalam rangka pemantauan dan pengendalian untuk menjaga ketertiban, keamanan, kelancaran, dan kenyamanan bagi para pengguna jasa bandara pada musim mudik Lebaran 2023.
"Dengan adanya posko Lebaran ini diharapkan arus mudik 2023 ini dapat berjalan lancar, aman dan terkendali. Sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik untuk para pengguna jasa," beber Arif.
Sementara itu, pergerakan jumlah penumpang di Bandara Lombok hingga pertengahan bulan Ramadhan ini masih belum ada peningkatan atau tetap normal.
Hal itu terlihat dari data sepekan terakhir rata-rata pergerakan penumpang ada di angka 3.800 orang per hari tiba dan berangkat. Sedangkan pergerakan pesawat ada 52 pergerakan per hari yang datang dan berangkat.
"Belum terjadi lonjakan penumpang hingga saat ini," terang Arif.
Selain itu juga, sampai dengan hari ini belum ada maskapai yang mengajukan tambahan penerbangan (extra flight). Namun, pihaknya tetap siap memberikan pelayanan ketika ada maskapai yang mengajukan penambahan penerbangan pada arus mudik lebaran tahun ini.
"Untuk extra flight belum ada yang mengajukan," kata dia.
Ia mengatakan, jumlah penumpang di Bandara Lombok pada arus mudik dan arus balik 2022 mencapai 73.400 penumpang dengan rincian 38.700 penumpang tiba dan 34.700 penumpang berangkat dari Bandara Lombok.
"Semoga tahun ini pergerakan jumlah penumpang di Bandara Lombok bisa meningkat," jelas Arif.
BMKG Ingatkan Waspada Potensi Hujan Lebat saat Puncak Arus Mudik Lebaran 19 sampai 21 April 2023
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat waspada potensi hujan lebat melampaui 50-100 milimeter di beberapa wilayah Indonesia pada periode 19-21 April 2023 atau tepatnya saat puncak arus mudik Lebaran 2023.
"Dari hasil prakiraan yang perlu diwaspadai terutama untuk wilayah Aceh, Palembang, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan juga di Papua," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat rapat bersama Komisi V DPR RI, melansir Antara, Rabu 5 April 2023.
Menurut dia, masyarakat juga perlu mewaspadai adanya hujan dengan intensitas 20-50 mm yang juga dapat berpotensi menimbulkan gangguan, bahkan bencana hidrometeorologi.
"Hujan dengan intensitas sedang itu berpotensi terjadi di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, kemudian di Jalur Pantai Selatan (Pansela) Jawa, beberapa provinsi di Sulawesi, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Ambon, serta Papua Barat," papar Dwikorita.
Selain itu, dirinya juga menyampaikan cuaca saat Lebaran atau pada 22-28 April 2023, diprakirakan mengalami hujan sedang di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, di Pulau Seram, Papua Barat, dan Papua.
"Pada periode itu, prakiraan hujan dengan intensitas lebat diprakirakan sama saat puncak mudik," ucap Dwikorita.
Sementara untuk periode arus balik, lanjut dia, yakni mulai 29 April hingga 5 Mei 2023, diprakirakan hujan dengan intensitas lebat berpotensi terjadi di Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Pulau Seram, serta Papua.
"Kami akan terus meng-update prakiraan ini sampai enam jam sebelum kejadian," kata Dwikorita.
Advertisement
BMKG Akan Terus Sosialisasi Peringatan Dini
Pihaknya akan terus menggencarkan sosialisasi tentang peringatan dini dan berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait, baik pusat maupun daerah.
"Sosialisasi tentang peringatan dini ini akan terus digencarkan dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah, BPBD, Basarnas agar mudik 2203 dapat berjalan dengan aman, nyaman, dan insyaallah selamat," jelas Dwikorita.
Apa itu bencana hidrometeorologi? Melansir laman resmi BMKG, bencana hidrometeorologi adalah suatu fenomena bencana yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi). Bencana hidrometeorologi disebabkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin.
Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup menjadi semakin parah sehingga memicu peningkatan jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi di Indonesia.
Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang mendominasi jenis bencana yang terjadi di Indonesia.
Tren Bencana Hidrometeorologi Terus Meningkat Setiap Tahunnya
Tren fenomena bencana hidrometeorologis di Indonesia memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, namun kejadian bencana hidrometeorologi terbanyak di Indonesia berubah setiap tahunnya.
Berdasarkan data BMKG, pada 2010 bencana hidrometeorologi yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah banjir.
Selanjutnya angka kejadian banjir terus menurun dan sempat meninggi kembali di 2017. Sementara, data 2019 menunjukkan bahwa bencana hidrometeorologi terbanyak adalah longsor kemudian diikuti puting beliung dan banjir.
Bencana hidrometeorologi dapat menyebabkan dampak di bidang kesehatan seperti cedera pada manusia bahkan hingga jatuhnya korban jiwa, munculnya penyakit pascabencana, dan dampak kesehatan lainnya.
Selain itu, bencana ini juga menyebabkan kerusakan sarana dan prasana, hilangnya mata pencaharian dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi, hingga kerusakan lingkungan.
Advertisement