Liputan6.com, Jakarta - Dewasa ini, sepak bola telah semakin berkembang tidak hanya sebagai olahraga, melainkan juga sebagai sains atau ilmu pengetahuan. Dengan latihan dan banyaknya pertandingan yang harus dijalani, sebuah klub pasti akan mengontrol segala aspek dari kehidupan pemainnya mulai dari apa yang boleh dan tidak boleh dimakan hingga kapan mereka diperbolehkan untuk tidur.
Semua itu dilakukan agar para pemain selalu berada dalam kondisi prima agar dapat mengatasi tuntutan fisik yang melelahkan dari pekerjaannya sebagai pemain profesional. Namun, apa yang terjadi pada pemain Muslim selama bulan Ramadan mengingat mereka juga harus menjalankan ibadah puasa.
Advertisement
Seorang pesepak bola profesional Muslim yang saat ini bermain untuk Athens Kallithea di Liga Super Yunani 2, Adil Nabi menjelaskan bagaimana usaha yang dilakukannya untuk menyeimbangkan puasa dan kebugaran selama bulan Ramadan.
“Ini jelas merupakan waktu yang sangat sulit, apalagi di Yunani cuacanya sangat panas. Sepak bola bisa berlangsung terus menerus tanpa henti, anda bermain setiap hari dan anda memiliki pertandingan setiap minggu. Tim lain tidak akan meremehkan anda hanya karena berpuasa sehingga anda harus kuat,” jelas Adil.
Lebih lanjut mantan pemain West Bromwich Albion itu mengungkapkan jika keimanannya lah yang membuatnya tetap kuat.
“Tapi syukurlah, keyakinan saya telah memberi motivasi untuk terus maju. Saya percaya bahwa dengan pertolongan Allah segalanya mungkin terjadi. Saya merasa lebih kuat, lebih tajam dan lebih bugar selama Ramadan dibandingkan pada bulan lain,” sambung Adil.
Berubah
Selama 12 tahun berkarir di dunia sepak bola, Adil mengatakan jika pemahaman klub dan semua orang yang ada di industri sepak bola mengenai bulan Ramadan telah berubah sejak pertama kali ia datang.
“Ketika saya pertama kali menjadi profesional pada usia 17 tahun, tidak banyak pemahaman seputar Ramadan. Tapi seiring berjalannya waktu, itu menjadi lebih mudah. Beruntungnya saya mendapat banyak dukungan dari para pelatih dan ilmuwan olahraga di sini yang memastikan saya terhidrasi dan bertenaga sepanjang Ramadan,” kata pemain berusia 29 tahun tersebut.
“Klub melakukan lebih banyak penelitian tentang puasa sekarang daripada sebelumnya dan West Brom adalah salah satu tim pertama yang benar-benar memperhatikan hal itu. Saat ini, ada begitu banyak pemain Muslim yang berpuasa di level tertinggi permainan, terkadang bahkan mereka akan berbuka puasa di tengah pertandingan yang tidak akan terjadi 10-15 tahun lalu,” sambungnya.
Advertisement
Takut
Adil menceritakan bagaimana dulu para pemain Muslim yang tengah menjalankan ibadah puasa selalu diliputi rasa takut akan dikeluarkan dari tim karena dianggap tidak bisa mengimbangi intensitas fisik pemain lainnya.
“Dulu para pemain agak gugup untuk berpuasa karena takut akan dikeluarkan dari tim. Hari ini telah menunjukkan seberapa jauh klub telah datang dalam hal mengormati Ramadan dan apa artinya bagi kami umat Islam,” ujar pemain kelahiran Birmingham, Inggris tersebut.