Liputan6.com, Jakarta Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid menyampaikan bahwa kesenian dan kebudayaan di Indonesia mesti inklusif.
“Kesenian dan Kebudayaan kita mestilah inklusif. Dan waktu awal kalau bicara soal nilai inklusif biasanya mengenai perbedaan etnik, agama, dan perbedaan sosial yang lainnya. Hampir tidak pernah kita bicara soal perbedaan fisik dan mental (disabilitas). Ini saya kira adalah suatu kekurangan dan PR bagi kita,” ujar Hilmar dalam pembukaan pameran seni rupa bertema Bianglala Seribu Imajinasi, Rabu, 5 April 2023 di Palmerah, Jakarta.
Advertisement
Pameran yang digelar Yayasan Autisma Indonesia (YAI) ini menampilkan karya seni lukis dari 29 seniman penyandang autisme. Menurut Hilmar, ini adalah karya-karya yang luar biasa.
“Ini karya-karya yang luar biasa, kalau ditaruh di satu galeri kita susah membedakan, tidak bisa mengenalinya sebagai karya autisme.”
Hilmar menambahkan, menggelar pameran khusus untuk seniman autisme menjadi hal penting.
“Karena dunia kita ini, masyarakat kita, kota kita ini belum sepenuhnya menangkap kekayaan yang bisa diberikan oleh anak-anak kita. Sehingga dianggap beban, masalah, sesuatu yang harus disembuhkan dan seterusnya. Tidak menerimanya sebagai kondisi yang memang berbeda.”
Dari karya-karya yang terpajang, Hilmar menilai teknis dan segala aspek lain dalam lukisan karya autisme sangat luar biasa.
“Kelebihan yang juga harus kita sadari betul, mereka (seniman autisme) memberi kita insight pada satu dunia yang kita tidak akrab. Dan itu menurut saya adalah kontribusi yang sangat besar buat kebudayaan kita,” ujar Hilmar.
Digelar 6 – 11 April
Pameran seni rupa seniman autisme ini digelar pada 6 hingga 11 April 2023 di Bentara Budaya, Jalan Palmerah Utara III Jakarta.
Seniman-seniman penyandang autisme yang memamerkan karyanya di sini adalah yang sudah menjuarai berbagai penghargaan seni internasional.
Tak hanya karya lukis, pameran ini akan menampilkan pula karya-karya dari pematung, pembatik, seni kriya dan seniman origami penyandang autis yang telah meraih prestasi dalam skala nasional maupun internasional.
Kebanyakan seniman di sini menjadikan seni sebagai kegiatan harian. Tak hanya itu, para penyandang autisme ini telah menjadikan kegiatan seni sebagai profesi.
Advertisement
Deretan Seniman Autisme yang Berpartisipasi
Di antara para seniman yang akan berpameran, ada nama Salman Farisyi, pelukis autisme yang pernah terpilih melukis mobil Porsche dan bus Trans Jakarta.
Selanjutnya, Vincent Prijadi dari Surabaya yang mendapat Award di ajang Art Fair Tokyo 2023 di Tokyo, Jepang. Lalu ada karya-karya dari Anfield Wibowo yang pernah bekerja sama dengan benihbaik.com, melelang karyanya di atas sebuah lemari es yang diberi judul Limitless.
Ada pula Anugrah Fadly, sarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja yang dikenal sebagai pelukis dan pematung autisme. Pria yang karib disapa Uga ini juga mengajar melukis di sanggarnya untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Uga juga sedang menulis buku otobiografinya.
Juga ada kakak beradik cucu dari Maestro pelukis Affandi, yaitu Diaz dan Fardha. Masih banyak nama seniman perupa hebat lain yang juga akan tampil di pameran ini seperti: Audrey Angesti, Ruben Rotty, Ikhsan Priatama, Raynaldi Halim, Oliver Adivarman, dan lain-lain.
Peringati Hari Kesadaran Autisme Sedunia
Penyelenggaraan pameran ini merupakan bagian dari upaya Yayasan Autisma Indonesia untuk memperkenalkan kreativitas dan potensi para penyandang autisme kepada masyarakat luas.
Hal ini sejalan dengan tema World Autism Awareness Day 2023 dari PBB yaitu Transformation: Toward a Neuro-Inclusive World for All. YAI berharap pameran ini dapat meningkatkan kesadaran dan penghargaan terhadap keberagaman neurologis yang ada di dunia.
“Selain untuk memperingati Hari Peduli Autis Sedunia 2023 yang jatuh pada tanggal 2 April, Yayasan Autisma Indonesia dan Bentara Budaya menyelenggarakan pameran ini untuk memberi penghargaan kepada para penyandang autis yang sudah memilih kegiatan seni rupa sebagai profesi,” kata salah satu pengurus YAI Ferina Widodo.
“Mereka layak diapresiasi, sebab karya-karya mereka setara dengan karya para seniman terkemuka lain dan layak dikoleksi oleh para kolektor seni,” tambah perempuan yang juga ibu dari penyandang autisme itu.
Advertisement