Liputan6.com, Jakarta Sektor kesehatan Indonesia masih menyimpan banyak tantangan. Bukan hanya kasus baru tetapi penyakit lama seperti kusta. Hal tersebut diungkap oleh Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa.
Ia mengungkapkan, kasus kusta di Indonesia yang ternyata terbesar ke-3 di dunia. Dalam catatan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), kasus kusta di Indonesia mencapai 12.095 kasus baru per tahun.
Advertisement
“Sektor Kesehatan Indonesia masih banyak tantangan dengan berbagai kasus baru seperti kusta, TB (tuberkulosis) dan malaria,” kata Suharso Monoarfa dalam pembukaan Rakorbangpus 2023 di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (6/4/2023).
Dia pun bercerita beberapa waktu lalu mendapatkan telepon dari istri temannya yang sudah meninggal dunia. Katanya, anak dari kawannya tersebut didiagnosa mengalami kusta.
Mendengar kabar tersebut dia lantan meminta anak buahnya untuk melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Benar saja, hasil diagnosa RSCM menyatakan anak dari temannya tersebut menderita kusta.
“Saya minta Pungkas membawa dan periksa ke RSCM dan dipastikan ini memang kusta,” kata dia.
Suharso mengatakan angka reproduksi (rata-rata banyaknya orang yang terinfeksi akibat terpapar dari virus) kusta di Indonesia 12. Artinya dalam jika dalam 1 wilayah ada 1 orang mengalami kusta, maka penyakit yang sama berpotensi menular kepada 144 orang.
“Kalau basic reproductive number-nya d Indonesia ini 12, maka di kecamatan itu kalau ada 12 orang penderita berpotensi 144 orang menderita kusta,” kata dia.
Apalagi, anak dari temannya tersebut tinggal hanya beberapa kilometer dari lokasi acara yang digelas Bappenas di Bekasi, Jawa Barat. Kondisi ini pun perlu menjadi perhatian pemerintah.
“Dan ini beberapa kilometer dari gedung ini. Jadi kita bukan deg-degan tapi harus kita jaga,” kata Suharso.
Jumlah Pasien Kusta dengan Disabilitas di Kabupaten Kuningan Tinggi
Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan dr Denny menyampaikan bahwa jumlah pasien kusta tanpa disabilitas masih rendah.
Hal ini akibat kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan gejala dini kusta.
“Pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan gejala dini kusta masih dirasakan kurang, hal ini terbukti dengan masih rendahnya jumlah pasien kusta tanpa disabilitas dan tingginya jumlah disabilitas tingkat 2 pada penderita kusta baru,” kata Denny dalam keterangan pers yang diterima Disabilitas Liputan6.com, Senin 27 Maret 2023.
Kusta memang masih menjadi penyakit endemis hampir di seluruh Indonesia, termasuk di Kabupaten Kuningan.
Sejak beberapa tahun terakhir, kusta seolah tenggelam di antara penyakit tropik menular yang lain. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutnya sebagai “Neglected Tropical Disease” atau penyakit tropis yang terabaikan.
Hal ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19 sejak 2020 yang membuat penanggulangan kusta semakin tersisihkan.
Memang masih ada upaya yang tetap dilakukan oleh Kementrian Kesehatan untuk menanggulangi kusta. Namun, di Jawa Barat hampir setiap kabupaten/kota masih memiliki kantong-kantong endemis Kusta, termasuk di Kabupaten Kuningan.
Mengingat hal tersebut, dalam upaya pencegahan penularan kusta, pengurangan stigma, serta mencapai zero leprosy, NLR Indonesia mengembangkan Program Desa Sahabat Kusta. Baru-baru ini, program tersebut dilakukan dengan kerja sama Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan dinilai mendapat apresiasi baik dari pemerintah daerah dan jajaran terkait. Serta mampu membuka peluang kerja sama dengan berbagai sektor lain.
Advertisement
Upaya Capai Nihil Disabilitas Akibat Kusta
Program Desa Sahabat Kusta akan dilaksanakan selama 3 tahun di 10 puskesmas dan 20 desa yang ada di kabupaten Kuningan. Program ini akan melibatkan berbagai sektor, puskesmas, kader, tokoh potensial, fasilitator lokal, orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK), dan keluarga.
Pendekatan yang dilakukan dalam menjalankan program ini di antaranya zero disabilitas, zero transmisi, dan zero eksklusi.
“NLR Indonesia terus berkomitmen menangani kusta dengan tiga strategi yaitu zero penularan, zero disabilitas, dan zero ekslusi atau diskriminasi. Kami memiliki misi “hingga bebas dari kusta” maka kami akan terus mendukung Kabupaten Kuningan hingga bebas dari kusta,” kata Direktur Eksekutif Yayasan NLR Indonesia, Asken Sinaga dalam keterangan yang sama.
Pembentukan Kelompok DESAKU
Dalam program ini, dibentuk kelompok-kelompok yang disebut kelompok DESAKU untuk memperkuat advokasi dan keberlanjutan program. Sehingga melalui kelompok ini, praktik DESAKU dapat direplikasi di seluruh puskesmas yang berada di Kabupaten Kuningan.
Selain itu, dalam upaya zero transmisi dan disabilitas, DESAKU melakukan pelatihan dan skrining yang akan mendorong penemuan kusta sejak dini.
Bupati Kuningan Acep Purnama meresmikan program DESAKU pada apel lintas sektor di Halaman Kantor Bupati Kuningan, Senin 27 Maret 2023. Acep mengapresiasi dan mendukung keterlibatan seluruh sektor dalam program ini.
Turut hadir dalam acara tersebut Kepala Dinas se-Kabupaten Kuningan, 9 camat lokasi program, 10 kepala puskesmas lokasi program, 20 kepala desa lokasi program serta Direktur Eksekutif Yayasan NLR Indonesia.
Advertisement