Studi Baru Kuak Konsumsi Banyak Makanan 'Bebas Gula' Picu 45 Efek Negatif Bagi Kesehatan, Termasuk Diabetes hingga Kematian Dini

Sebuah penelitian menemukan bahwa mengonsumsi makanan yang mengandung terlalu banyak 'bebas gula' memiliki 45 efek kesehatan negatif. Masyarakat dianjurkan untuk membatasi asupan "bebas gula" hingga kurang dari 25 gram, atau sekitar 6 sendok teh per hari.

oleh Chesa Andini Saputra diperbarui 09 Apr 2023, 20:42 WIB
Ilustrasi Mengonsumsi Makanan Manis Credit: pexels.com/Marko

Liputan6.com, Jakarta - Setidaknya ada 45 alasan bagus untuk mengurangi gula tambahan, menurut sebuah studi baru.

Banyak penelitian telah menunjukkan efek negatif dari asupan gula yang berlebihan pada kesehatan.

Ini mengkonfirmasikan keperluan untuk membatasi konsumsi free sugar atau bebas gula tambahan hingga kurang dari 10% dari asupan kalori harian seseorang.

Berdasarkan Food and Drug Administration AS, "free sugar" atau "bebas gula" adalah gula yang ditambahkan selama pemrosesan makanan; dikemas sebagai gula meja dan pemanis lainnya; dan ditemukan secara alami dalam sirup, madu, jus buah, jus sayuran, purees, pastes, dan produk serupa di mana struktur seluler makanan telah dipecah.

Kategori free sugar ini tidak termasuk gula alami dalam produk susu atau buah dan sayuran utuh secara struktural. Ini disebut bebas gula karena tidak berada di dalam sel makanan yang kita makan.

Dilansir dari CNN Health, Minggu (9/4/2023), para peneliti di China dan Amerika Serikat merasa bahwa sebelum mengembangkan kebijakan terperinci untuk pembatasan gula, "kualitas bukti yang ada perlu dievaluasi secara komprehensif," menurut penelitian yang diterbitkan Rabu di jurnal The BMJ.

Dalam ulasan besar dari 73 meta-analisis - yang mencakup 8.601 penelitian - konsumsi gula tambahan dari produk free sugar dikaitkan dengan lebih dari 45 risiko kesehatan.

Adapun risiko kesehatannya ialah diabetes, asam urat, obesitas, tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, kanker, asma, kerusakan gigi, depresi, dan kematian dini.


Ulasan Positif Penelitian

Ilustrasi Gula Credit: freepik.com

Menurut Dr. Maya Adam yang merupakan direktur Health Media Innovation dan asisten profesor klinis di Stanford University School of Medicine, studi ini memberikan gambaran yang berguna tentang konsumsi gula dan kesehatan kita, serta menegaskan masalah kesehatan yang akan timbul. (Adam tidak terlibat dalam penelitian tersebut)

"Studi seperti ini sangat membantu untuk menasihati pasien bahwa bahkan sedikit saja perubahan dalam konsumsi gula, dapat menghasilkan efek kesehatan yang nyata dan positif," kata Analis Medis CNN Dr. Leana Wen, seorang dokter darurat dan profesor kesehatan masyarakat di Universitas George Washington, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Bukti menunjukkan bahwa orang dengan konsumsi minuman manis tertinggi memiliki berat badan lebih berat daripada mereka yang asupannya paling rendah.

"Sebagai peneliti nutrisi yang bertugas di Komite Penasihat Pedoman Diet AS 2010 dan 2020, saya dapat memastikan bahwa asupan gula tambahan di AS itu lebih dari dua kali jumlah yang disarankan (kurang dari 10% dari total asupan kalori harian). Sementara dampak langsung dari gula itu sendiri menawarkan manfaat nutrisi yang minimal, yang ada malah menggantikan fungsi makanan yang melakukannya," kata Linda Van Horn, profesor emeritus kedokteran pencegahan di Fakultas Kedokteran Feinberg Universitas Northwestern, melalui email. (Van Horn juga tidak terlibat dalam penelitian ini)


Hubungan Gula dan Penyakit

Ilustrasi Cek Gula Darah Credit: pexels.com/PhotoMIX

Bukti hubungan antara "bebas gula" dan kanker masih terbatas dan kontroversial, dan masih butuh lebih banyak penelitian, kata penulis studi tersebut.

Namun pernyataan itu dapat dijelaskan dengan efek gula yang diketahui pada berat badan.

Konsumsi gula yang tinggi dikaitkan dengan obesitas, dan itu merupakan faktor risiko kuat untuk berbagai jenis kanker. Hal yang sama berlaku untuk penyakit kardiovaskular.

Makanan olahan tinggi, yang mengandung banyak "bebas gula", ditemukan meningkatkan peradangan, sebuah faktor risiko depresi.

"Asupan gula tambahan dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh, dan ini dapat menyebabkan tekanan pada jantung dan pembuluh darah, yang meningkatkan tekanan darah," kata ilmuwan perilaku Brooke Aggarwal kepada CNN pada bulan Februari.

Aggarwal juga tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Karbohidrat makanan utuh membutuhkan waktu lebih lama untuk dipecah menjadi gula sederhana, dan sebagian darinya - serat - tidak dapat dipecah sama sekali," kata Adam kepada CNN pada bulan Februari.

"Ini berarti biji-bijian utuh tidak menyebabkan lonjakan gula darah yang sama seperti ketika makan gula biasa. Lonjakan gula darah memicu lonjakan insulin, yang dapat mengacaukan glukosa darah kita dan… menjadi penyebab masalah kesehatan dalam jangka panjang."


Mengurangi Asupan Gula

Ilustrasi makanan manis. (Foto: Unsplash.com/Joanna Kosinska).

Temuan studi menyarankan, bersama dengan panduan dari WHO, Dana Penelitian Kanker Dunia, dan Institut Penelitian Kanker Amerika, orang harus membatasi asupan "bebas gula" hingga kurang dari 25 gram, atau sekitar 6 sendok teh, per hari.

Gula sebanyak itu dapat ditemukan dalam 2 ½ kue chocolate chip, 16 ons fruit punch, dan sekitar 1 ½ sendok makan madu. Sebuah donat saja mengandung sekitar 15 hingga 30 gram gula, menurut Klinik Cleveland.

Penulis juga merekomendasikan untuk mengurangi konsumsi minuman manis hingga kurang dari satu porsi (sekitar 200 hingga 355 mililiter) per minggu. Itu setara dengan soda ukuran 12 ons, kata Aggarwal melalui email.

Menurut penulis, kerja sama dengan pendidikan kesehatan masyarakat yang tersebar luas itu diperlukan untuk mengubah pola konsumsi gula orang-orang di dunia.

Tetapi ada beberapa perubahan yang bisa dilakukan sendiri. Berikut adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan, menurut Adam dan Aggarwal:

  • Perhatikan makanan yang Anda masukkan ke dalam tubuh dengan membaca label nutrisi saat berbelanja - bahkan pada makanan yang mungkin tidak Anda anggap manis, seperti roti, sereal sarapan, yogurt, atau bumbu. 
  • Pilih air yang dimaniskan dengan irisan buah daripada minuman manis.
  • Pilih buah segar sebagai pencuci mulut daripada kue atau es krim.
  • Lebih sering memasak di rumah adalah salah satu cara terbaik untuk mengurangi asupan gula.
  • Mendapatkan kualitas tidur yang cukup secara teratur juga akan membantu, karena kita cenderung memilih makanan tinggi gula saat lelah.
  • Mengurangi gula secara bertahap dapat membantu melatih indera perasa Anda untuk mendambakan lebih sedikit gula.
Arya Permana, salah satu contoh kasus obesitas yang mengkhawatirkan (liputan6.com/Tri yasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya