Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan memiliki gagasan dan perhatian lebih kepada wong cilik. Semangatnya dalam memperjuangkan kaum yang terpinggirkan sangat terasa di dalam tubuh Muhammadiyah.
Hal itu disampaikan Cendekiawan Muhammadiyah, Dr. Sukidi dalam serial Inspirasi Sahur Ramadan 2023 BKN PDI Perjuangan dengan host Diah Pikatan Orissa Putri Hapsari pada Kamis (06/04/2023).
Advertisement
KH. Ahmad Dahlan selalu memberikan perhatian kepada kaum fakir-miskin dan orang lemah atau kaum mustadh’afin.
Sukidi mengatakan, Presiden Pertama Indonesia Sukarno punya gagasan yang sama dengan KH. Ahmad Dahlan. Ia juga mendalami pemikiran dan gagasan tentang 'wong cilik' atau yang lebih dikenal dengan ajaran Marhaenisme.
Bung Karno, lanjutnya yakin hakikat kemanusiaan itu satu dan setara. Ia begitu lekat dengan penderitaan rakyatnya sehingga suasana hati dan pikiran diwakafkan kepada rakyatnya.
"Paralelisme pemikiran Bung Karno dan KH. Ahmad Dahlan yakni dalam konteks untuk berani menggunakan akal atau rasio, agar kita dapat menjalani hidup secara rasional," ujar Alumnus Harvard University itu.
KH. Ahmad Dahlan, kata Sukidi, mendorong peran sentral "akal budi" bagi umat Islam agar bisa memasuki era modern dengan kalkulasi rasional.
Hal ini selaras pula dengan gagasan Sukarno yang memiliki titik tekan rasionalitas. Selain itu, warga Muhammadiyah juga diajarkan etika berorganisasi yang luar biasa.
"Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah," ujar Sukidi menirukan kutipan dari KH Ahmad Dahlan.
Kedekatan antara Muhammadiyah dan Sukarno termasyhur dalam catatan sejarah. Keduanya punya kenangan manis sekaligus monumental saat bangsa menghadapi krisis moral seperti sekarang ini. Sukidi menceritakan salah satu kisah itu.
"Ketika warga Muhammadiyah tahu Bung Karno tidak punya rumah, mereka rela bergotong-royong demi Bung Karno. Tetapi Bung Karno menolak dan tegas berkata tidak. Tidak, tidak, tidak, saya tidak ingin mengambil apapun dari rakyat saya," ia menambahkan.