Liputan6.com, Jakarta Pengobatan alternatif seperti Ida Dayak menjadi perhatian publik. Bahkan, ini menjadi viral lantaran sempat menimbulkan kerumunan disebabkan percepatan informasi media sosial sehingga dibatalkan digelar di GOR Kostrad, Kota Depok, beberapa waktu lalu.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Ari Fahrial Syam, mengatakan, pengobatan alternatif Ida Dayak dan melihat kerumunan yang terjadi di Gor Kostrad Kota Depok, disebabkan dua hal. Hal pertama yakni disebabkan mudahnya informasi untuk diviralkan.
Advertisement
"Selain itu, tingginya kebutuhan warga untuk sembuh dari penyakitnya," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (6/4/2023).
Ari menjelaskan, penyebaran informasi saat ini begitu cepat, sehingga segala informasi mudah diviralkan. Berbeda dengan pengobatan alternatif, sebelum majunya teknologi informasi yang informasinya tersebar dari pergerakan masyarakat.
"Dulu informasi tersebar dari mulut ke mulut, seperti saat Ponari dikenal masyarakat, dengan batu yang dimasukkan dalam air, orang merasa lebih nyaman dan sehat ketika mengonsumsi air tersebut," jelas Ari.
Hal itu berbeda dengan fenomena Ida Dayak dengan kemajuan teknologi informasinya tersebar dan menjadi viral. Atas kemajuan informasi masyarakat mendatangi lokasi tempat praktik Ida Dayak yang tersebar di media sosial.
"Atas hal itu sehingga masyarakat berbondong-bondong datang ke sana," ucap Ari.
Ari menilai, fenomena tersebut menunjukkan tingginya upaya masyarakat untuk sembuh dari penyakitnya melalui segala cara, termasuk menjalani pengobatan alternatif. Masyarakat percaya bahwa terapi tradisional dapat mengatasi kondisi penyakit yang dideritanya.
"Saya rasa wajar saja keinginan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan di situ, tentu akhirnya masyarakat sendiri yang menilai, apakah ia benar mendapatkan manfaat yang dibutuhkan atau hanya manfaat plasebo atau semu saja. Jadi, itu dikembalikan lagi kepada masyarakat," kata dia.
Ari menuturkan, berdasarkan video pengobatan Ida Dayak yang beredar di media sosial, proses pengobatan dilakukan dengan cara pengurutan menggunakan minyak layaknya biasa dilakukan dalam pengobatan alternatif.
Metode tersebut sering digunakan para pengobat tradisional atau terapi alternatif untuk merelaksasi otot, misalnya pada penderita keseleo dan salah urat, pada bayi setelah selesai dimandikan, serta pada ibu hamil untuk melancarkan persalinannya.
Pengobatan Alternatif Banyak Dijumpai Dimanapun
Dalam sejarah perkembangan ilmu kedokteran, dahulu pendekatan diagnosis dan terapi dilakukan dengan menggunakan kedokteran intuitif. Hal itu dilakukan para dukun, pengobat atau tabib mencoba menggunakan cara tertentu, kemudian dilihat pengalamannya saat dibagikan kepada orang lain.
Kemampuan itu kemudian dipertahankan secara turun-temurun dari orang tua atau dari nenek-moyangnya.
"Pengobatan alternatif dapat ditemui di belahan bumi manapun, di Amerika sekalipun ada saja pengobat tradisional, misalnya yang dilakukan oleh suku di Amerika Latin," tutur Ari.
Diakuinya, masih terdapat orang yang merasa lebih nyaman berobat kepada pengobat tradisional dibandingkan dokter. Atau pasien yang bolak-balik merasa tidak sembuh, pasien berusaha mencari terapi alternatif.
"Mudah-mudahan ketika dia merasa bahwa terapi yang ditawarkan ini sesuai yang diharapkan, sakitnya bisa disembuhkan," pungkas Ari.
Advertisement