IMF Ramal Pertumbuhan Ekonomi Global Tak Sentuh 3 Persen di 2023, Ini Gara-garanya

IMF meramal pertumbuhan ekonomi global akan turun menjadi kurang dari 3 persen tahun ini.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 07 Apr 2023, 15:30 WIB
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva. Dok: Twitter @KGeorgieva

Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan turun di bawah 3 persen pada tahun 2023 dan tetap di sekitar 3 persen untuk lima tahun ke depan. 

Ini menandai perkiraan pertumbuhan ekonomi terendah sejak tahun 1990, dan jauh di bawah pertumbuhan rata-rata 3,8 persen yang terlihat dalam dua dekade terakhir, kata Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva.

Mengutip Channel News Asia, Jumat (7/4/2023) Georgieva mengatakan kebijakan moneter dan fiskal yang kuat untuk menanggapi pandemi Covid-19 dan perang Rusia Ukraina telah menimbulkan dampak yang jauh lebih buruk dalam beberapa tahun terakhir, juga prospek pertumbuhan tetap lemah karena inflasi yang terus-menerus tinggi.

Kondisi itu diperparah oleh ambruknya bank di Swiss dan Amerika Serikat, meningkatkan risiko penurunan ekonomi global.

"Meskipun secara mengejutkan pasar tenaga kerja tangguh dan permintaan konsumen kuat, meskipun ada peningkatan di China, kami memperkirakan ekonomi dunia tumbuh kurang dari 3 persen tahun ini," kata Georgieva dalam pidato menjelang pertemuan musim semi IMF dan Bank Dunia pekan depan.

"Pertumbuhan secara historis tetap lemah sekarang dan dalam jangka menengah," ungkapnya.

"Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, dengan inflasi yang masih tinggi, pemulihan yang kuat tetap sulit dipahami, dan itu merugikan prospek semua orang, terutama bagi orang yang paling rentan dan negara yang paling rentan," ujarnya pada acara yang diselenggarakan oleh Meridian House dan Politico.


90 Persen Ekonomi Negara Maju Bakal Layu di 2023

Sejumlah pekerja beraktivitas di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Kamis (5/1/2023). Pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dinilai untuk menggenjot ekonomi Indonesia 2023 yang diproyeksi suram akibat resesi global. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Georgieva mengatakan India dan China akan mencapai setengah dari pertumbuhan global pada tahun 2023, tetapi sekitar 90 persen negara maju akan mengalami penurunan tahun ini.

Sementara negara-negara berpenghasilan rendah, yang dibebani oleh biaya pinjaman yang tinggi dan melemahnya permintaan ekspor mereka, akan melihat pertumbuhan pendapatan per kapita tetap di bawah ekonomi negara berkembang, katanya.

Karena itu, Kepala IMF menghimbau bank sentral untuk tetap berada di jalur meredam inflasi selama tekanan keuangan tetap terbatas, tetapi bersiap mengatasi risiko stabilitas keuangan melalui penyediaan likuiditas yang tepat.

Kegagalan bank baru-baru ini di Swiss dan Amerika Serikat telah mengungkap kegagalan manajemen risiko di bank tertentu dan penyimpangan pengawasan, sebut Georgieva. 

“Kuncinya adalah dengan hati-hati memantau risiko di bank dan lembaga keuangan non-bank, serta kelemahan di sektor-sektor seperti real estat komersial,” tambahnya. "Sekarang bukan waktunya untuk berpuas diri," Georgieva mengingatkan.

"Jelas risiko penurunan telah meningkat. Kami sekarang melihat beberapa risiko di sektor keuangan lebih terekspos," katanya, menambahkan bahwa dia memiliki "keyakinan penuh" bahwa bank sentral dan lembaga terkait lainnya sangat waspada terhadap bahaya tersebut.


Potensi Kerentanan

Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara para pembuat kebijakan telah menanggapi dengan cepat tekanan baru-baru ini di sektor ini, masih ada kekhawatiran tentang potensi kerentanan "tersembunyi" di bank dan non-bank, katanya.

Untuk meningkatkan prospek pertumbuhan dan produktivitas, Georgieva menyerukan perubahan langkah besar, termasuk sekitar USD 1 triliun per tahun dalam pengeluaran untuk energi terbarukan, dan langkah untuk menghindari fragmentasi ekonomi global, yang dapat memangkas sebanyak 7 persen dari produk domestik bruto global.

Pemisahan teknologi dapat membuat beberapa negara menderita kerugian hingga 12 persen dari PDB, ungkapnya.

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya