Dibuka Dengan Penampilan Musik Religi, Denny JA Beri Sambutan di Acara Buka Puasa Satupena

Denny JA merupakan Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena

oleh Hernowo Anggie diperbarui 07 Apr 2023, 22:20 WIB
Denny JA

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di abad ke-21 menciptakan banyak hal yang bahkan tidak terpikirkan manusia di zaman-zaman sebelumnya. Salah satunya adalah penceramah agama yang kini mulai digantikan oleh robot dengan teknologi artificial intelligence (AI).

Begitu dikatakan Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Denny JA saat membuka acara buka puasa Satupena di Kedai Tjikini, Jakarta pada Kamis, 6 April 2023.

Acara buka puasa tersebut diwarnai dengan penampilan musik religi, tari sufi, siraman rohani oleh Gurubesar Ekonomi Politik IPB Prof. Didin S Damanhuri dan pembacaan doa oleh Ketua Umum Yayasan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Prof. Dr. Siti Musdah Mulia.

Serta pembacaan puisi oleh sejumlah tokoh, penulis dan sastrawan kawakan seperti Jose Rizal, Monica JR, Ahmad Gaus dan Edrida Pulungan.

 


Dihadiri Sejumlah Tokoh

Denny JA

Selain itu, pada acara yang sama hadir juga sejumlah tokoh lainnya seperti Ilham Bintang, Gemala Hatta, Agus R Sarjono, Musdah Mulia, Bachtiar Aly, Cita Noerhadi, Wina Armada, Nasir Tamara, dan Alimatul Qibtiyah.

Pada pidato yang sama, Denny JA menekankan bahwa robot penceramah dengan teknologi AI ini hadir di sebuah kuil Buddha bernama Kodaiji Temple di Kyoto, Jepang. Sang robot biksu berteknologi AI ini fasih mengutip ayat kitab suci dan hikmah, sementara para penganut Buddha di sana diam tafakur mendengarkan khotbah.

 


Teknologi AI

Ia juga menyebut, manusia kini dibuat terpana dengan hadirnya teknologi AI yang juga sudah berfungsi dalam ritus agama. Lalu, timbul pertanyaan di mana peran agama agar fungsional di era ketika teknologi AI pun sudah menjadi penceramah agama.

Menurut Denny JA, untuk menjawab tersebut dapat dimulai dengan data dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO pada 2018 yang cukup mencengangkan. Dalam data tersebut tercatat, setiap 40 detik, satu orang di seluruh dunia mati bunuh diri.

Dalam setahun, sekitar 800 ribu individu memilih mati bunuh diri. Tak hanya sangat tinggi, angka ini bahkan lebih besar dibandingkan orang yang mati karena bencana alam digabung dengan terorisme dan perang.

 


Kehampaan Spiritualitas

Saat dunia modern kini dipenuhi gedung pencakar langit hingga makin canggihnya teknologi kecerdasan buatan (AI), menyebar pula para individu yang kehilangan makna hidup dan memilih mati bunuh diri.

Oleh karena itu, kata Denny JA, kompleksitas umumnya manusia memang tak bisa semata dicukupkan oleh kelimpahan ekonomi dan teknologi tinggi. Sebab, kini hadir sejenis kehampaan spiritualitas yang derajatnya berbeda-beda pada banyak individu.

Denny JA mengungkapkan, di dunia barat, kebutuhan pada spiritualitas itu kini ditandai dengan menjamurnya kelas meditasi. Majalah Forbes pada 2020 melaporkan bahwa bisnis meditasi meningkat sangat tajam di Amerika Serikat.

Bahkan, pada 2022, bisnis meditasi diprediksi mencapai angka USD2 miliar atau setara Rp30 triliun. Berbagai perusahaan besar menyediakan kelas meditasi bagi karyawannya, antara lain Apple, Yahoo, Google, Nike, HBO, hingga McKinsey and Co.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya