Liputan6.com, Jakarta - Semoga Allah Yang Maha Agung mengkaruniakan kepada kita kehati-hatian atas kesuksesan, karena orang yang diuji dengan kegagalan ternyata lebih mudah berhasil dibandingkan mereka yang diuji dengan kesuksesan.
Banyak orang yang tahan menghadapi kesulitan, tapi sedikit orang yang tahan ketika menghadapi kemudahan dan kelapangan. Ada orang yang sabar ketika tidak mempunyai harta, tapi banyak orang yang hilang kesabaran ketika hartanya melimpah.
Ternyata, harta, pangkat, dan gelar yang seringkali dijadikan sebagai alat ukur kesuksesan, dalam praktiknya malah sering membuat orang tergelincir dalam kesesatan dan kekeliruan.
Lantas, apakah sebenarnya makna dari sebuah kesuksesan? Setiap orang bisa jadi memiliki paradigma yang berbeda mengenai kesuksesan. Namun secara sederhana, sukses bisa dikatakan sebagai sebuah keberhasilan akan tercapainya sesuatu yang telah ditargetkan.
Pada dasarnya, dalam dimensi yang lebih luas, sukses adalah milik semua orang. Akan tetapi, persoalan yang sering terjadi adalah bahwa tidak semua orang tahu bagaimana cara mendapatkan kesuksesan itu.
Baca Juga
Advertisement
Saksikan Video Pilihan ini:
Sukses Dunia dan Akhirat
Satu hal yang sejak awal harus direnungi bahwa sukses dunia jangan sampai menutup peluang kita untuk meraih sukses akhirat. Justru sukses hakiki adalah saat kita berjumpa dengan Allah nanti. Apalah artinya di dunia dipuji habis-habisan, segala kedudukan digenggam, harta bertumpuk-tumpuk, namun ternyata semua itu tidak ada harganya secuil pun di sisi Allah. Orang yang sukses sebenarnya adalah orang yang berhasil mengenal Allah, berani taat kepada Allah, dan berhasil menjauhi segala larangan-Nya.
Orang yang sukses sejati adalah orang yang terus-menerus berusaha membersihkan hati. Di sisi lain dia terus meningkatkan kemampuan untuk mempersembahkan pengabdian terbaik, di mana hal itu akan terlihat dari keikhlasan dan kemuliaan akhlaknya. Sukses akhirat akan kita raih ketika sukses dunia yang didapatkan tidak berbenturan dengan rambu-rambu larangan Allah. Betapa bernilai ketika sukses duniawi diperoleh seiring ketaatan kita kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, jangan pernah merasa sukses saat mendapatkan sesuatu. Kesuksesan kita adalah ketika kita mampu mempersembahkan yang terbaik dari hidup ini untuk kemaslahatan manusia. Itulah rahmatan lil 'alamin, rahmat bagi seluruh alam. Itulah Islam.
Begitu pula bila kita menyangka bahwa sukses itu jika kita telah memiliki rumah yang megah dan harta yang banyak. Sementara itu, melihat orang yang tinggal di rumah kontrakan kita anggap sebagai tanda kegagalan. Alhasil, kita justru pontang-panting sekadar untuk memenuhi itu semua. Bahkan, bisa jadi untuk mendapatkan itu akhlak sama sekali tidak kita perhatikan. Naudzubillahi min dzalik.
Sebenarnya, siapa pun bisa menjadi orang mulia dan sukses, tak peduli ia seorang pembantu rumah tangga, guru, tukang sayur,atau pejabat pemerintah. Selama orang itu bekerja dengan baik dan benar, taat beribadah, dan akhlaknya mulia, dia bisa menjadi orang sukses.
Bisa jadi orang yang sukses itu hanyalah seorang pembantu rumah tangga. Saat bekerja ia melakukannya sepenuh hati la bekerja dengan baik. Dalam pekerjaannya itu ia jaga shalat- nya, tidak berkata dusta, dan ia benar-benar menjaga kelakuannya terhadap majikan. Sebaliknya, ada juga majikan yang kasar, ketus, dan juga kaya, namun kekayaannya itu sendiri didapatkan dengan cara yang tidak halal. Bukankah lebih mulia pembantu daripada majikan yang seperti itu.
Begitupun yang sukses bisa jadi hanya berprofesi sebagai guru SD. la tak begitu dikenal. Ke sekolah pun terkadang dengan berjalan kaki. Akan tetapi, dengan tulus ia tetap menjalani profesinya. Bisa jadi ia lebih mulia daripada rektor yang jarang mengenal sujud hadapan Allah. Sebab, apalah arti jabatan rektor tersebut atau gelar profesornya bila tidak memiliki kemampuan mengenal Tuhannya sendiri.
Advertisement
Makna Sukses yang Sesungguhnya
Dalam QS. al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:
النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.
Tegaknya Islam di zaman Rasul SAW juga bukan karena pangkat, kedudukan, dan gelar. Islam tegak karena kemuliaan akhlak kaum muslimin saat itu. Ekonomi Indonesia hancur tidak disebabkan oleh kurangnya orang pintar di negara ini, tapi lebih dominan disebabkan oleh kurangnya orang yang berakhlak mulia. Dunia perpolitikan hancur bukan disebabkan oleh kita yang tidak mengerti politik, tapi lebih disebabkan oleh orang-orang zalim, licik, serakah, dan tidak bermoral.
Kita kembali kepada Al-Qur'an bahwa orang yang sukses adalah orang yang paling berhasil menata dirinya, menata pikirannya, menata matanya, menata mulutnya sehingga hidup ini ada dijalan yang tepat, yang disukai Allah. Posisi apa saja tidak masalah, tidak harus menjadi orang top dalam pandangan manusia, yang penting dalam pandangan Allah.
Sukses dalam pandangan Allah tidak diukur dari gelar, tidak diukur dari penampilan, banyaknya jamaah, maupun harta, tetapi adalah berhasil tidak dia taat kepada Allah. Sukses adalah ketika dia mempunyai kedudukan, dia tetap taat, tetap tawadhu, dan berakhlak mulia. Dia populer tapi popularitasnya bisa menjadi figur yang mengajak orang lain taat.
Orang yang sukses adalah orang yang tidak merasa suci dan ingin dipuji. Orang yang sukses adalah orang yang selalu bisa memuji Allah, dan tobat memohon ampun. Dia sadar bahwa apa pun yang diperolehnya adalah amanah.
Insya Allah kita songsong saat kematian kita besok lusa dengan mempersembahkan karya terbaik kita dalam kehidupan. Ikhlas karena Allah Itulah masa kehidupan kita, bukan dunia yang akan kita tinggalkan dan itulah makna sukses yang sejati.