Liputan6.com, Jakarta Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mewanti-wanti kesiapan dari sarana dan prasaran transportasi di Jawa Timur. Mengingat, akan ada sekitar 21 juta orang yang mudik ke Jawa Timur di periode mudik Lebaran 2023.
Untuk itu, Budi Karya melakukan pengecekan kesiapan sarana dan prasarana transportasi di Jawa Timur. Dia ingin memastikan infrastruktur dan pelayanan di semua moda transportasi telah siap untuk menghadapi lonjakan pergerakan masyarakat di arus mudik dan balik Lebaran.
Advertisement
Dalam tinjauannya, Menhub memberikan pengarahan kepada unit pelaksana teknis (UPT) Kemenhub yang ada di Provinsi Jawa Timur diantaranya yaitu: Otoritas Bandara III Surabaya, Syahbandar Utama, Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak, dan Distrik Navigasi Tanjung Perak, Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Jawa Timur, Balai Teknik Perkeretaapian Surabaya, Politkenik Penerbangan dan Pelayaran Surabaya
Informasi, total prediksi 123,8 juta orang yang melakukan pergerakan di masa mudik lebaran tahun ini, 62,5 persen nya atau 77,3 juta berasal dari pulau Jawa. Provinsi Jawa Timur adalah daerah tertinggi yang menjadi daerah asal mudik yaitu sebesar 21,2 juta orang (17,1 persen) dan menjadi daerah tujuan mudik kedua tertinggi setelah Jawa Tengah yaitu sebesar 24,6 juta (19,87 persen).
“Potensi lonjakan pergerakan masyarakat yang akan mudik di Jawa Timur ini sangat tinggi, oleh karenanya kami terus berkoordinasi intensif dengan operator transportasi yang ada di sini, untuk memastikan persiapan dilakukan dengan baik, agar pelaksanaan arus mudik dan balik berjalan dengan aman dan memberikan kesan yang baik di masyarakat,” ujar Menhub Budi dalam keterangannya, Jumat (7/4/2023).
Pada kesempatan tersebut, Menhub Budi juga melakukan pengecekan kesiapan Bandara Juanda menghadapi lonjakan penumpang dan pergerakan pesawat di arus mudik dan balik lebaran.
Menhub menjelaskan, penanganan lonjakan arus mudik dan balik di moda transportasi udara relatif lebih terkendali dibandingkan dengan moda transportasi darat.
“Karena masyarakat yang datang ke bandara sudah memiliki tiket sehingga sudah dapat diketahui dari awal pergerakan penumpang dan pesawat perharinya. Tetapi tetap harus dipersiapkan dengan serius,” tutur Menhub.
Langkah Antisipasi
Sejumlah langkah antisipasi lainnya juga telah disiapkan menghadapi lonjakan penumpang dan peningkatan pergerakan pesawat. Diantaranya melakukan inspeksi keselamatan atau ramp check pesawat udara mulai 11 April hingga 2 Mei 2023, mengoptimalkan pengoperasian pesawat, dan menambah jam operasional bandara.
Selain itu Kemenhub melalui Ditjen Perhubungan Udara juga akan melakukan pengawasan dengan ketat terhadap penerapan tarif tiket pesawat agar tidak melewati Tarif Batas Atas (TBA) yang telah ditetapkan dan akan memberikan sanksi bagi maskapai yang melakukan pelanggaran.
Kemenhub telah meminta operator bandara dan maskapai secara proaktif memberikan informasi yang jelas kepada calon penumpang dan penumpang pesawat serta masyarakat umum tentang besaran tarif tiket pesawat.
Advertisement
Berikan Promo
Selanjutnya, untuk mendorong masyarakat melakukan perjalanan mudik lebih awal agar tidak menimbulkan kepadatan di hari puncak menjelang lebaran, Kemenhub mengimbau kepada operator transportasi, termasuk penerbangan untuk memberikan tarif promo di tanggal-tanggal awal mudik. Adapun puncak arus mudik diprediksi akan terjadi pada 19-21 April 2022.
Berdasarkan prediksi Badan Kebijakan Transportasi Kemenhub, sebanyak 6,19 juta orang atau 5 persen dari total pergerakan masyarakat akan melakukan perjalanan menggunakan pesawat pada arus mudik dan balik. Untuk mengantisipasi lonjakan tersebut telah disiapkan sebanyak 412 pesawat pada 51 bandara domestik dan 16 bandara internasional.
Tiket Pesawat Harus Terjangkau
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan meminta maskapai penerbangan menetapkan tarif kelas ekonomi pada periode Mudik Lebaran 2023 jadi lebih terjangkau. Mengingat, adanya peningkatan pergerakan penumpang dan penggunaan transportasi udara.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub M. Kristi Endah Murni telah mengeluarkan surat resmi kepada maskapai dalam negeri untuke menetapkan tarif yang terjangkau.
Menurutnya, ini mempertimbangkan kondisi saat ini dimana kemampuan daya beli masyarakat yang belum sebenuhnya pulih akibat pandemi Covid-19. Maka, nomen mudik lebaran 2023 jadi momentum yang dinilai tepat.
"Memasuki masa libur lebaran tentunya kebutuhan terhadap layanan jasa angkutan udara juga meningkat. Sehingga kami menghimbau kepada maskapai agar memperhatikan penerapan tarif penumpang kelas ekonomi yang terjangkau bagi masyarakat," ujar Kristi, dalam keterangannya, di Jakarta, Jumat (7/4/2023).
Berdasarkan proyeksi yang telah dilakukan, puncak arus mudik diprediksi terjadi pada tanggal 19-21 April 2023 dan puncak arus balik pada tanggal 24-25 April 2023.
Melihat itu, Kristi mengatakan diperlukan pengaturan distribusi penumpang sehingga tidak hanya menumpuk pada puncak arus mudik dan puncak arus balik.
"Penerapan tarif penumpang kelas ekonomi yang terjangkau menjadi salah satu pilihan yang dapat dilakukan oleh maskapai dengan mempersiapkan promo harga tiket kelas ekonomi dengan tetap mengacu pada peraturan dan perundangan yang berlaku," jelasnya.
Advertisement
Pemulihan Penerbangan
Lebih lanjut, Kristi berharap langkah ini dapat mendorong pemulihan sektor penerbangan sekaligus mendukung kemudahan kebutuhan mobilitas masyarakat yang akan melakukan perjalanan mudik dengan menggunakan moda transportasi udara.
Selain itu, angkutan udara lebaran 2023 ini secara langsung berdampak terhadap peningkatan kapasitas dan kapabilitas produksi angkutan udara untuk penumpang, kargo dan pos secara nasional.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan juga meminta maskapai dan pengelola bandara untuk transparan soal harga tiket pesawat. Caranya dengan memasan banner di lokaso strategis di bandara, dengan memuat harga tiket kelas ekonomi dari masing-masing maskapai.