Cacing Merayap di Bawah Kulit Pria Ini, Ternyata Penyakit Hiperinfeksi Langka

Seorang pekerja di Spanyol mengembangkan infeksi cacing gelang yang sangat parah sehingga dokter dapat melihat larva cacing merayap tepat di bawah kulitnya.

oleh Chesa Andini Saputra diperbarui 09 Apr 2023, 21:00 WIB
Ruam merah yang dialami pria yang bekerja di pengelolaan limbah. (Sumber: twitter.com/nejm.org)

Liputan6.com, Madrid - Dalam kasus yang tidak biasa, seorang pekerja di pengelolaan limbah Spanyol mengalami infeksi cacing gelang yang sangat parah sehingga dokter dapat melihat larva merayap di bawah kulitnya.

Ia menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan tubuhnya karena mengalami diare ringan serta ruam yang gatal akibat keberadaan cacing tersebut.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine menjelaskan secara rinci "hiperinfeksi" langka yang dialami pria berusia 64 tahun itu. 

Melansir dari Live Science, Minggu (9/4/2023), pria ini sebelumnya telah didiagnosis menderita kanker paru-paru metastatik dan perlu dirawat inap karena kanker telah menyebar ke tulang belakang, menurut laporan yang diterbitkan 21 April 2022 dalam The New England Journal of Medicine.

Selama di rumah sakit, dokter memberinya glukokortikoid dosis tinggi, kelas steroid yang melawan peradangan, terkadang digunakan pada pasien kanker untuk membantu efek samping kemoterapi, dan untuk membantu pengobatan kanker tertentu.

Empat hari setelah memakai glukokortikoid, pria tersebut mengalami ruam berupa garis merah bergelombang di sekujur tubuhnya, bersamaan dengan diare ringan, berdasarkan laporan dari Rumah Sakit Universitario 12 de Octubre di Madrid, Spanyol.

Ruam merah itu berasal dari sekitar anus dan "menyebar dengan cepat ke batang tubuh dan anggota badan lain," menurut laporan tersebut.

Dokter menandakan beberapa garis merah itu dengan pena, dan 24 jam kemudian, mereka mengamati sesuatu yang mengganggu.

Garis-garis merah itu telah bermigrasi dari lokasi aslinya. Dengan kata lain, ada sesuatu yang merayap di bawah kulitnya.


Asal Infeksi Menurut CDC

Larva strongyloides stercoralis (Sumber: Wikipedia/CDC)

Tinja pria itu dinyatakan positif sejenis cacing gelang yang disebut Strongyloides stercoralis.

Cacing gelang ini bisa ditemukan di seluruh dunia, tetapi paling umum di daerah tropis, subtropis, dan di daerah beriklim hangat, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Larva S. stercoralis tinggal di tanah, sehingga orang biasanya terinfeksi melalui kontak dengan tanah yang terkontaminasi, tetapi mereka juga dapat terinfeksi melalui kontak dengan kotoran atau limbah manusia.

Tidak jelas bagaimana pria itu terinfeksi, tetapi dia bekerja di pengelolaan limbah, kata laporan itu.

Kebanyakan orang yang terinfeksi S. stercoralis tidak mengalami gejala, meskipun beberapa mungkin mengalami gejala nonspesifik seperti sakit perut, mual, diare atau sembelit, serta ruam di mana cacing memasuki kulit.

Tetapi infeksi ini dapat mengancam jiwa bagi orang yang menggunakan obat steroid, karena itu menekan sistem kekebalan tubuh.


Proses Infeksi

Dokter menggambarkan garis pada ruam merah, dan 24 jam kemudian, posisinya bermigrasi. (website New England Journal of Medicine)

Ketika larva bersentuhan dengan kulit manusia, mereka dapat menembus kulit dan berjalan dalam tubuh ke usus kecil, yang menjadi tempat bersarang dan bertelur.

Nantinya, telur tersebut akan menetas di dalam usus, dan sebagian besar larva dikeluarkan melalui tinja.

Tetapi dalam beberapa kasus, larva yang baru saja menetas dapat menginfeksi kembali manusianya melalui proses yang dikenal sebagai "autoinfeksi".

Autoinfeksi terjadi ketika larva yang menetas bersarang ke dalam dinding usus, atau menembus kulit di sekitar anus. Hal ini yang tampaknya terjadi dalam kasus pria Spanyol itu.


Apakah Berbahaya?

Perawatan kanker dengan glukokortikoid yang sebelumnya diidap pria itu, membuatnya rentan terhadap bentuk infeksi serius ini, yang dikenal sebagai "sindrom hiperinfeksi strongyloides".

Dalam kasus ini, siklus hidup cacing dipercepat, dan menyebabkan bertambahnya jumlah cacing yang jauh lebih banyak daripada dalam kasus biasa, menurut sebuah makalah tahun 2011 yang diterbitkan dalam jurnal Gastroenterology & Hepatology.

Sindrom hiperinfeksi juga dapat menyebabkan penyebaran cacing ke paru-paru, hati, otak, jantung, dan saluran kemih; dan dapat menyebabkan kematian hingga 80% kasus karena diagnosis sering tertunda, menurut Medscape.

Untungnya, pria itu menerima pengobatan segera dengan obat anti-parastik ivermectin. Ruam serta diarenya juga sudah mereda, kata laporan itu.

Infografis Cacing Dalam Sarden (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya