Liputan6.com, Jakarta Setelah menyelesaikan program bootcamp intensif di bulan Maret, Kinovation, program akselerator dari Kino Indonesia untuk startup direct-to-consumer [D2C] menyelenggarakan Demo Day pada 6 April 2023 sebagai penutup dari rangkaian program akselerator batch pertama.
Demo Day ini akan menghadirkan 10 startup terpilih berkesempatan untuk mempresentasikan produk mereka di hadapan sejumlah pemain industri, termasuk investor modal ventura.
Advertisement
Startup terpilih tersebut adalah Acaii Tea, Cahaya Naturals, Dendeng Kukuruyuk, Goli Birdnest, Lean Lab, Made for Makeup, Oh Ma Grain, Pede Everyday, Ruhee Diary, dan Tisoo.
“Harapan kami, setelah mengikuti bootcamp dan demo day, startup terpilih memiliki pemahaman yang lebih dalam akan strategi consumer business serta memiliki jejaring bisnis yang jauh lebih luas dan kuat. Pertemuan dan perkenalan dengan para investor dari perusahaan modal ventura diharapkan dapat membuka peluang investasi bagi peserta akselerator nantinya,” ujar CEO Kino Indonesia Sidharta Oetama dikutip Minggu (9/4/2023).
Selama mengikuti program bootcamp, peserta berkesempatan mendapatkan sesi mentoring 1-on-1 dan workshop dengan pemain industri dari berbagai sektor termasuk e-commerce, ritel, serta media digital dan teknologi diantaranya Google, Meta, Kearney Indonesia, UBS, Gojek, Tokopedia, PT Pos Indonesia, dan masih banyak lagi.
Kino Indonesia berkomitmen untuk melanjutkan dukungan bagi peserta, memantau kemajuan bisnis mereka, serta memberikan saran atau bantuan jika dibutuhkan. Tidak berhenti pada program akselerator perdana ini, Kino Indonesia berencana untuk kembali menyelenggarakan program akselerator batch kedua.
“Fokus untuk akselerator batch kedua masih seputar D2C brand dengan nilai ESG [Environment, Social, and Governance]. Kami sangat senang melihat ketekunan serta komitmen dari peserta batch pertama yang tidak hanya memperhatikan nilai finansial, namun juga peduli akan keberlanjutnya sosial dan lingkungan dalam menjalankan bisnis mereka. Kami akan melanjutkan semangat ini di program-program berikutnya,” lanjut Sidharta.
Silicon Valley Bank Bangkrut, Rhenald Kasali Sebut Startup Indonesia Masuki Gelombang Disrupsi Kedua
Pakar Bisnis, Rhenald Kasali mengungkapkan gelombang disrupsi kedua tengah dihadapi industri startup. Hal ini, menyusul penutupan Silicon Valley Bank dan dua bank lain di Amerika Serikat.
“Gelombang disrupsi kali ini menyangkut perubahan paradigma bisnis, dari era keberlimpahan dana investasi akibat kebijakan bunga rendah di Amerika Serikat menjadi sebaliknya,” kata Rhenald dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (22/3/2023).
Rhenald menegaskan, disrupsi pertama telah berlangsung sekitar 15 tahun (2007-2022). Korbannya, pelaku usaha “brick and mortar” seperti Nokia, Kodak, Sears, Sejumlah Retail konvensional, ruang-ruang perkantoran, dan media massa berbasiskan kertas.
“Startup memasuki puncak kejayaannya selama pandemi dan itu dicapai berkat keberlimpahan dana investor berbiaya modal rendah,” ujar dia.
Disrupsi Gelombang Pertama itu dipicu oleh bunga pinjaman rendah yang diambil investor-investor baru pemburu kenaikan valuasi. Startup berhasil merebut pasar melalui teknik bakar uang yang menghasilkan “top line” (revenue) yang impresif dan merebut hati investor pemburu valuasi tinggi.
Rhenald menyinggung soal valuasi melalui metode bakar uang seperti itu belum bisa dikatakan membentuk market yang stabil
“Kini suku bunga bank yang tinggi menjadi game changer. Untuk menekan inflasi tinggi, sejak Juli lalu the Fed di Amerika Serikat meningkatkan suku bunga dengan cepat sehingga para investor menarik uangnya dari investasi di perusahaan teknologi ke deposito bank atau surat berharga pemerintah yang memberikan return lebih tinggi,” lanjut Rhenald.
Pengurangan sumber dana dari investor memaksa perusahaan teknologi putar arah. Dari valuasi ke efisiensi, dari top line ke bottom line. Maka penyehatan menjadi keharusan. Era Bakar duit berakhir.
Advertisement
Rhenald Kasali Contohkan GOTO
Rhenald mencontohkan GoTo, yang kembali melakukan penyehatan organisasi, memangkas biaya yang duplikasi. GoTo tengah memasuki masa penyehatan, menipiskan lemak akibat redundancy.
Merger Gojek dan Tokopedia telah menghasilkan banyak potensi sinergi dan tentu harus dibarengi dengan operasional yang lebih efisien. Kini GoTo harus lebih disiplin dan berfokus pada bisnis inti yang menghasilkan return on investment.
“Kalau GoTo berhasil, maka ia akan menjadi lebih lincah mengejar target profitabilitasnya di akhir tahun ini, apalagi target ini dipercepat 1,5 tahun dari rencana awal. Sekalian meraih sales yang tak segemerlap dulu, tetapi benar-benar real sales, bukan karena bakar duit,” tutur Rhenald.
Ia juga membandingkan GoTo dengan startup lain yang masih menunggu profit dan mencontohkan Sea Limited (Singapore) yang justru meraih untung di atas Rp 6 Triliun pada kuartal IV 2022, padahal bisnis gaming unit Garena merosot 32.9 persen.
Perusahaan internet raksasa yang sudah menguntungkan seperti Meta pun melakukan perampingan organisasi dengan memangkas kembali 10,000 karyawan.
“Sea kehilangan market gaming Free Fire yang dilarang di India. Cukup besar, tapi dengan mengurangi bakar duit, bahkan merampingkan SDM, kini jauh lebih sehat. Era baru telah datang, mindset para merchant, driver, UMKM pengguna bisnis online, anak-anak yang bekerja di startup dan kita yang menyaksikannya juga harus berubah,” pungkasnya.