Perangi Hoax, Netizen Gunungkidul Dapatkan Pelatihan dan Arahan

Dalam rangka program Nitezen Anti Hoax oleh Humas Polres Gunungkidul dan Cek Fakta Liputan6.com, sejumlah penggiat media sosial di Gunungkidul mendapatkan arahan dan pelatihan dalam menyikapi pemberitaan maupun informasi.

oleh Hendro diperbarui 10 Apr 2023, 22:00 WIB
Para nitizen Gunungkidul Sekarang ini telah bekerjasama dengan baik. Pihaknya selalu memantau perkembangan media sosial sebagai Langkah antisipasi penyebaran hoaks.

Liputan6.com, Gunungkidul - Dunia digital sekarang ini seperti tidak memiliki batas, di mana hampir seluruh warga dapat mengabadikan dan mengunggahnya dengan cepat di media sosial. Namun tak sedikit pula munculnya era keterbukaan saat ini, banyak oknum memanfaatkan keadaan dengan menyebarkan berita hoax.

Di era internet sekarang ini, masyarakat bebas menyampaikan pendapat atau opini baik melalui lisan, media cetak, maupun media online. Namun hal yang perlu diingat bahwa kebebasan harusnya berbudaya dan beretika agar jauh dari konsekuensi hukum.

Dalam rangka program Netizen Anti Hoax oleh Humas Polres Gunungkidul dan Cek Fakta Liputan6.com, sejumlah penggiat media sosial di Gunungkidul mendapatkan arahan dan pelatihan dalam menyikapi pemberitaan maupun informasi.

Kontributor Liputan6.com, Hendro Ary Wibowo menyampaikan bahwa, di Indonesia penyebaran hoaks meningkat sejak pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 2012 maupun Pemilu 2023 dan berkembang hingga pada sekarang. Hendro menyatakan bahwa hoaks selalu membawa isu-isu politik, ideologi, serta agama.

Maraknya hoaks di Indonesia, lanjutnya, selain disebabkan rendahnya literasi masyarakat baik literasi digital maupun literasi media,  Penyebaran informasi palsu secara terus-menerus dalam jumlah banyak dan masif juga faktor merebaknya hoaks di kalangan masyarakat.

Unsur psikologis juga berperan dalam penyebaran hoaks, karena adanya persamaan ideologi, kedekatan pandangan, sehingga tidak diperlukan verifikasi terhadap validitas informasi. Yang paling marak sekarang ini adalah kurangnya pengaruh dan determinasi dari media mainstream.

“Sebagai akibat dari turunnya kepercayaan terhadap media media konvensional, sehingga media sosial yang tidak melalui proses verifikasi menjadi mainstream dan dipercaya kebenarannya,” kata dia.

Banyaknya konten hoaks di media sosial tak lepas dari meningkatnya gawai yang dimiliki warga masyarakat yang tersambung ke internet. Melalui internet dan mesin pencarian, dengan mudahnya masyarakat menangkap infomasi yang belum tentu benar.

Hendro menuturkan, kejengahan atas merabaknya hoaks dimasyarakat menjadi landasan lahirnya komunitas digital anti hoaks termasuk media Liputan6.com yang mempunyai program cek fakta. Hal tersebut adalah bentuk dukungan cegah hoaks melalui media mainstream.

Berdasar hal tersebut, Liputan6.com mencoba mengetahui dan menganalisa bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan warga dalam rangka cerdas memilih berita. Bahkan, program tersebut mampu digunakan sebagai referensi dalam penyampaian informasi.

“Tentunya banyak manfaat, bisa jadi referensi untuk masyarakat dalam rangka kajian strategi komunikasi melalui platform media berbasis digital,” jelasnya.

Harapannya, warga masyarakat Gunungkidul dapat mempu menganalisa terkait informasi maupun berita dimedia sosial. Dengan melihat sumber berita maupun Media yang menyampaikan dapat menjadi penangkal informasi hoaks.

“Saya berharap untuk warga khususnya Gunungkidul dapat menyaring terlebih dahulu sebelum men-share sebuah informasi. Dan salah satunya melalui pelatihan jurnalistik,” tuturnya.

Sementara itu, Kasi Humas Polres Gunungkidul, Iptu Suranto menyebut para nitizen Gunungkidul Sekarang ini telah bekerjasama dengan baik. Pihaknya selalu memantau perkembangan media sosial sebagai Langkah antisipasi penyebaran hoaks.

“Saya mengapresiasi komunitas komunitas digital yang ada di Gunungkidul, sedikit banyak sudah mampu menjadi jaring pengaman penyebaran hoaks,” ulasnya.

Dengan diadakannya arahan dan bimbingan Netizen Anti Hoaks ini, diharapkan warganet mampu menjadi promotor dan pendorong agar warga lebih selektif dalam memilih informasi. Terlebih, menjelang Pemilu 2024 yang akan datang.

Untuk itu, kepolisian akan terus melakukan inovasi dan terobosan agar dunia digital khususnya di Kabupaten Gunungkidul mampu menjadi contoh terkait literasi digital. Di samping itu juga, pihaknya juga akan bekerjasama dengan Media mainstream dalam rangka Kampanye Anti Hoaks.

Suranto menyampaikan terimakasih kepada Liputan6.com sudah menjadi bagian dari misi Polres Gunungkidul memerangi hoaks dikalangan masyarakat. Terlebih, bagi para nitizen yang nantinya dapat selalu memberikan informasi berdasar data dan kebenaran.

Perwakilan Komunitas Info Cegatan Gunungkidul (ICG) mengapresiasi kegiatan silaturahmi arahan dan pelatihan ini. Pihaknya mendukung semua kegiatan Kepolisian yang tertib serta bijak dalam media sosial, karena media soaial menjadi kunci vital pada saat memasuki kampanye politik.

“Kami mengajak seluruh masyarakat mendukung sepenuhnya langkah Polres Gunungkidul menjaga Kamtibmas, karena Gunungkidul milik kita, kalau bukan kita yang menjaga siapa lagi,” pungkasnya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya