Konsumsi Listrik Pertambangan Kripto Rusia Tembus 1 Gigawatt, Terbesar Kedua di Bawah AS

Menurut penelitian yang diterbitkan pada Agustus lalu, konsumsi listrik penambang Rusia meningkat 20 kali lipat selama lima tahun antara 2017–2022.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 10 Apr 2023, 11:35 WIB
PS4 dipakai untuk menambang uang kripto. (Doc: Polisi Ukraina)

Liputan6.com, Jakarta Rusia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan kapasitas energi terbesar untuk ekstraksi penambangan kripto. Meskipun masih ada ketidakpastian dari sisi regulasi, namun jumlah daya yang dikhususkan untuk sektor tersebut telah tumbuh mencapai rekor tertinggi tahun ini.

Menurut data yang diberikan oleh operator pertambangan terbesar di negara itu, Bitriver, jumlah daya yang digunakan untuk penambangan kripto di Rusia mencapai 1 gigawatt (GW) dalam tiga bulan pertama tahun ini. Amerika Serikat tetap menjadi pemimpin dengan kapasitas daya untuk penambangan mencapai 3–4 GW.

Data yang diberikan oleh kepala Asosiasi Ekonomi Kripto Rusia, Kecerdasan Buatan dan Blockchain (Russian Association of Cryptoeconomics, Artificial Intelligence and Blockchain/Racib), Alexander Brazhnikov, menunjukkan bahwa kapasitas energi sektor penambangan kripto Rusia mungkin lebih tinggi dari angka itu. Dia mengatakan bahwa Rusia menggunakan sekitar 800.000 penambang ASIC, peringkat daya gabungan diperkirakan melebihi 2,5 GW.

Menurut penelitian yang diterbitkan pada Agustus lalu, konsumsi listrik penambang Rusia meningkat 20 kali lipat selama lima tahun antara 2017–2022.

Perkembangan industri di negara tersebut difasilitasi oleh ketersediaan sumber daya energi yang murah dan iklim yang sejuk di daerah seperti Irkutsk.

Namun, masa depannya masih belum jelas karena tidak adanya peraturan. RUU yang dirancang untuk memperkenalkan aturan bagi bisnis pertambangan belum disahkan oleh parlemen di Moskow.

Melansir Bitcoin.com, Senin (10/4/2023), jajaran 10 teratas juga termasuk negara-negara Teluk 700 mega watt (MW), Kanada 400 MW, Malaysia 300 MW, Argentina 135 MW), Islandia (120 MW), Paraguay (100–125 MW), Kazakhstan (100 MW), dan Irlandia (90 MW).

Selain memimpin dari sisi alokasi daya, AS juga memimpin dalam hal pangsa hashrate global. Namun, pertumbuhan pasar Amerika diperlambat oleh kenaikan tarif listrik, berkurangnya profitabilitas penambangan, dan penghapusan insentif pajak di beberapa area.

“Selain itu, sebagian besar peralatan dibeli oleh penambang Amerika secara kredit, sehingga banyak perusahaan dengan leverage berlebih sedang dalam proses kebangkrutan atau sudah bangkrut,” kata CEO Bitriver Igor Runets.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya