Lengkap! Hasil Rapat Mahfud MD Dkk soal Transaksi Janggal Rp 349,8 Triliun di Kemenkeu

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) sekaligus Ketua Komite TPPU Mahfud MD menjelaskan duduk perkara transaksi mencurigakan atau transaksi janggal di Kementerian Keuangan senilai Rp 349,8 triliun.

oleh Arief Rahman H diperbarui 10 Apr 2023, 16:07 WIB
Menko Polhukam Mahfud MD menjelaskan titik perbedaan penjelasan mengenai transaksi mencurigakan Rp 349,8 triliun yang menyangkut pegawai Kementerian Keuangan. Dia juga menegaskan tidak ada perbedaan data dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Komite TPPU) telah menggelar pertemuan membahas transaksi janggal atau transaksi mencurigakan Rp 349,8 triliun yang diduga melibatkan pegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Ada 7 poin penting yang ditekankan dalam rapat tersebut.

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) sekaligus Ketua Komite TPPU Mahfud MD menjelaskan duduk perkaranya. Mulai dari oenegasan soal data yang digunakannya dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati adalah sama. Kemudian, soal rencana pembentukan satgas khusus menelusuri kelanjutan laporan transaksi janggal pada periode 2009-2023 tersebut.

"Saya selaku Ketua Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Komite TPPU) baru saja memimpin pertemuan yang membahas penanganan transaksi keuangan mencurigakan dengan nilai agregat Rp.349.874.187.502.987terkait Kementerian Keuangan," ujarnya dalam Konferensi Pers di Kantor PPATK, Jakarta Pusat, Senin (10/4/2023).

Pertemuan dihadiri antara lain oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Wakil Ketua Komite TPPU), Menteri Keuangan (Anggota Komite TPPU), Menteri Hukum dan HAM (Anggota Komite TPPU), dan Kepala PPATK (Sekretaris Komite TPPU) serta para Pejabat esselon I pada Kementerian/Lembaga yang tergabung dalam Komite TPPU.

"Pertemuan ini adalah rapat yang kelima kalinya dilakukan oleh Komite (baik di tingkat pengarah maupun pelaksana) setelah Ketua Komite dan Kepala PPATK mengadakan rapat dengan Komisi III DPR pada tanggal 29 Maret 2023 dan Rapat Menteri keuangan dengan Komisi XI DPR RI tanggal 27 Maret 2023," paparnya.

Hasil Pertemuan

Hasil pertemuan hari ini sebagai berikut:

1. Tidak ada perbedaan data antara yang disampaikan oleh Menko Polhukam sebagai Ketua Komite di Komisi III DPR tanggal 29 Maret 2023 dengan yang disampaikan oleh Menteri Keuangan di Komisi XI DPR tanggal 27 Maret 2023 karena sumber data yang disampaikan sama, yaitu Data Agregat Laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK tahun 2009-2023. Terlihat berbeda karena cara klasifikasi dan penyajian datanya yang berbeda. Keseluruhan LHA/LHP mencapai 300 surat dengan total nilai transaksi agregat Rp.349.874.187.502.987,00.

Kemenko Polhukam mencantumkan semua LHA/LHP yang melibatkan pegawai Kementerian Keuangan, baik LHA/LHP yang dikirimkan ke Kemenkeu, maupun LHA/LHP yang dikirimkan ke APH yang terkait dengan pegawai Kemenkeu, dengan membaginya menjadi 3 cluster. Sedangkan Kementerian Keuangan hanya mencantumkan LHA/LHP yang diterima, tidak mencantumkan LHA/LHP yang dikirimkan ke APH yang terkait pegawai Kemenkeu.

2. Dari 300 LHA/LHP yang diserahkan PPATK sejak tahun 2009 hingga tahun 2023 kepada Kementerian Keuangan maupun kepada Aparat Penegak Hukum (APH), sebagian sudah ditindaklanjuti, namun sebagian lainnya masih dalam proses penyelesaian, baik oleh Kementerian Keuangan maupun APH.

 


Sudah Selesai Sebagian

Menko Polhukam Mahfud MD menjelaskan titik perbedaan penjelasan mengenai transaksi mencurigakan Rp 349,8 triliun yang menyangkut pegawai Kementerian Keuangan. Dia juga menegaskan tidak ada perbedaan data dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Istimewa)

3. Kementerian Keuangan sudah menyelesaikan sebagian besar LHA/LHP yang terkait dengan tindakan administrasi terhadap pegawai atau Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terbukti terlibat sesuai dengan Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang ASN jo. PP No. 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

4. Kementerian Keuangan akan terus menindaklanjuti dugaan terjadinya Tindak Pidana Asal (TPA) dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) sesuai ketentuan Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU yang belum sepenuhnya dilakukan, bekerja sama dengan PPATK dan aparat penegak hukum untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

5. Untuk Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dengan nilai transaksi agregat Rp189.273.872.395.172 yang disampaikan oleh Menko Polhukam di Komisi III DPR tanggal 29 Maret 2023 dan dijelaskan Menteri Keuangan di Komisi XI DPR tanggal 27 Maret 2023, pengungkapan dugaan Tindak Pidana Asal (TPA) dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)sudah dilakukan langkah hukum terhadap TPA dan telah menghasilkan putusan pengadilan hingga Peninjauan Kembali (PK) namun Komite memutuskan untuk tetap melakukan tindak lanjut termasuk hal-hal yang selama ini belum masuk kedalam proses hukum (case building)oleh Kementerian Keuangan.

 


Bentuk Satgas Khusus

Menko Polhukam Mahfud MD menjelaskan titik perbedaan penjelasan mengenai transaksi mencurigakan Rp 349,8 triliun yang menyangkut pegawai Kementerian Keuangan. Dia juga menegaskan tidak ada perbedaan data dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Istimewa)

6. Komite akan segera membentuk Tim Gabungan/Satgas yang akan melakukan supervisi untuk menindaklanjuti keseluruhan LHA/LHP nilai agregat sebesar Rp349.874.187.502.987,00 dengan melakukan Case Building (membangun kasus dari awal). Tim Gabungan/Satgas akanmelibatkan PPATK, Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai, Bareskrim Polri, Pidsus Kejagung, Bidang Pengawasan OJK, BIN, dan Kemenko Polhukam.

Komite akan melakukan case building dengan memprioritaskan LHP yang bernilai paling besar karena telah menjadi perhatian masyarakat. Dimulai dengan LHP senilai agregat Rp189.273.872.395.172.

7. Komite dan Tim Gabungan/Satgas akan bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya