Situasi Ramadan di Al-Aqsa: Polisi Memisahkan Warga yang Rayakan Paskah dan Ramadan

Polisi memisahkan warga yang melaksanakan ibadah Ramadhan dan warga yang merayakan Passover (Paskah bagi umat Yahudi).

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Apr 2023, 10:46 WIB
Polisi Israel dikerahkan di Kota Tua Yerusalem setelah terjadi penembakan di kompleks Masjid Al-Aqsa selama bulan suci Ramadhan, Sabtu, 1 April 2023. (AP Photo/ Mahmoud Illean)

Liputan6.com, Yerusalem - Umat Islam di Yerusalem baru saja melewati masa sulit ketika polisi Israel berbuat kerusuhan di area Masjid Al-Aqsa di bulan Ramadan. Ratusan orang disebut ditangkap oleh aparat. 

Pada bulan ini, umat Yahudi di Yerusalem juga merayakan Passover (Paskah). Polisi pun berusaha memisahkan kedua kelompok untuk menjalankan ibadahnya masing-masing. Namun, ketegangan sempat muncul lagi pada hari Minggu kemarin.

Dilaporkan VOA Indonesia, Senin (10/4/2023), eskalasi ketika jemaah Muslim melangsungkan sholat Subuh, sementara di saat yang sama sejumlah pemeluk Yahudi mengunjungi lokasi itu untuk merayakan Passover atau Paskah bagi umat Yahudi.

Warga Yahudi yang tidak diizinkan berdoa di bawah pengaturan “status quo,” berjalan melalui kompleks – yang dalam Yudaisme dikenal sebagai Temple Mount – sementara jemaah Muslim meneriakkan kata “Allahu Akbar, Tuhan Maha Besar.” Polisi Israel memisahkan kedua kelompok itu.

Berdasarkan pengaturan “status quo” yang dikenal sejak lama, warga non-Muslim diizinkan mengunjungi kompleks itu, tetapi hanya warga Muslim yang diizinkan beribadah di Masjid Al Aqsa. Pengaturan “status quo” antara partai politik sekuler dan partai politik keagamaan menyepakati untuk tidak mengubah tatanan komunal terkait urusan agama.

 


Ratusan Orang Ditangkap

Lebih dari 350 orang ditahan ketika bentrokan pecah setelah polisi Israel menyerang kompleks Masjid Al Aqsa. (AFP/Ahmad Gharabli)

Kompleks Masjid Al Aqsa, yang merupakan tempat suci bagi warga Muslim, Kristen dan Yahudi, telah kembali menarik perhatian luas setelah polisi Israel menggerebek masjid tersebut pada Rabu (5/4) dini hari lalu untuk mengusir apa yang mereka sebut sebagai pemuda-pemuda bersenjata batu dan petasan yang bersembunyi di dalam masjid itu, di mana mereka menuntut hak untuk salat di dalam masjid itu semalaman – sesuatu yang sebelumnya hanya diizinkan pemerintah Israel untuk dilakukan pada 10 hari terakhir bulan Ramadan.

Polisi lantas mengusir mereka secara paksa, menahan ratusan orang dan melukai puluhan orang.

Beberapa rekaman penggerebekan, yang menunjukkan polisi memukuli jemaah Muslim secara membabi-buta, telah memicu kemarahan di seluruh dunia dan memicu serangan roket faksi Palestina ke arah Israel, yang ditanggapi dengan serangan udara ke Gaza dan bagian selatan Lebanon.

Insiden ini meluas dengan penembakan dua kakak beradik perempuan Israel-Inggris, Maia dan Rina Dee, oleh seorang warga Palestina pada Jumat (7/4) lalu. Keduanya dimakamkan di sebuah pemakaman di daerah pemukiman Yahudi di Kfar Etzion di Tepi Barat yang diduduki Israel. Ibu kedua gadis itu mengalami luka parah dalam insiden yang terjadi dekat pemukiman Israel di Lembah Yordan. 

Sepanjang tahun 2023, lebih dari 90 warga Palestina tewas akibat letusan senjata Israel. Menurut data yang dihimpun Associated Press, sedikitnya separuh dari mereka yang ditahan memiliki afiliasi dengan kelompok militan.

Sebaliknya serangan Palestina terhadap Israel menewaskan 19 orang, yang semuanya – kecuali satu orang – merupakan warga sipil.


Kecaman Kedubes Palestina di RI

Dikatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan Israel mencegah petugas medis mencapai Masjid Al-Aqsa. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Kedutaan Besar Palestina di Indonesia mengungkap bahwa ada 500 orang yang menjadi target penangkapan oleh pasukan Israel di kawasan Masjid Al-Aqsa, Rabu (5/4). Pihak Kedubes menyebut hal itu sebagai invasi ilegal. 

"Pasukan pendudukan Israel secara ilegal menginvasi Al Aqsa, secara barbar menyerang laki-laki, perempuan, dan anak-anak, tanpa peduli hukum menangkap lebih dari 500 jemaah, mencegah ambulans merawat ratusan jemaah yang terluka, menyebabkan kerusakan yang tak bisa diperbaiki ke Masjid, termasuk menyebabkan api di satu lokasi," tulis pernyataan resmi Kedubes Palestina yang terima Liputan6.com, Jumat (7/4). 

Pihak Palestina turut menegaskan bahwa Israel tidak memiliki kedulautan apa pun di bagian Masjid Al-Aqsa, dan jemaah Palestina memiliki hak absolut untuk beribadah dengan bebas dan aman kapan pun mereka mau.

Serangan Israel lantas dianggap melukai hak dasar rakyat Palestina untuk beribadah dengan bebas di lokasi-lokasi suci, terutama di bulan suci Ramadhan. Israel juga dituding melanggar hukum internasional dengan membatasi jadwal ibadah rakyat Palestina.

Tetapi, Israel disebut membiarkan para pemukim untuk melakukan aksi-aksi provokatif. Palestina berkata pihak-pihak internasional harus menghentikan tindakan brutal Israel yang sistematis.

"Komunitas internasional wajib untuk meminta pertanggungjawaban Israel dan pejabat-pejabatnya atas kejahatan-kejahatan mereka. Rakyat Palestina akan terus melaksanakan hak mereka untuk mempertahankan Yerusalem, masjid-masjidnya dan gereja-gerejanya, dari agresi Israel yang terus-menerus," tegas pihak Kedubes Palestina.

Pemerintah Indonesia dan pendukung Palestina di dalam negeri juga diminta untuk melakukan intervensi dan mengaktivasi mekanisme hukum internasional dan kemanusiaan untuk membuat Israel bertanggung jawab atas aksi-aksi mereka.

"Komunitas internasional perlu mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membantu menghentikan pelanggaran HAM dan kejahatan perang yang dilakukan Israel," demikian pernyataan Kedubes Palestina.


PBB dan Amnesty Ikut Prihatin

Polisi Israel menyerang puluhan jemaah di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Kelompok HAM Amnesty International ikut menyorot serangan pasukan Israel ke kawasan masjid Al-Aqsa pada Rabu 5 April 2023. Sejumlah anak dan wanita Palestina dilaporkan ikut terluka.

Amnesty International telah menegaskan bahwa memang terjadi serangan ke Masjid Al-Aqsa yang berdampak kepada jemaah. 

"Setidaknya 400 warga Palestina ditahan," tulis Amnesty International melalui Instagram resminya, dikutip Kamis (6/4/2023).

Amnesty International memposting video ketika pasukan Israel memukuli sejumlah orang. Pasukan Israel menggunakan granat kejut, peluru karet, dan gas air mata. Ambulans juga menjadi sasaran serangan.

Pihak Amnesty International tidak memberikan kecaman eksplisit kepada Israel dalam postingan tersebut, mereka hanya menulis bahwa apartheid di Palestina harus dihentikan.

"Hingga apartheid dibongkar, rakyat Palestina akan terus menghadapi kekerasan dan penindasan," tegas Amnesty International.

PBB Ikut Prihatin

Perwakilan PBB untuk Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, mengaku terganggu melihat insiden yang terjadi pada Rabu dini hari waktu setempat.

Selain itu, Wennesland meminta agar pihak Palestina jangan menyimpan kembang api dan batu di masjid.

"Saya terganggu dengan pemukulan warga Palestina oleh pasukan keamanan Israel dan banyaknya penahanan. Saya juga dengan kuat menolak penyimpanan dan penggunaan kembang api dan batu-batuan oleh warga Palestina dari dalam masjid," ujarnya.

Sekjen PBB Antonio Guterres juga mengaku kaget dan geram terhadap foto-foto kekerasan yang beredar. Jubir PBB Stephane Dujarric juga mengingatkan bahwa bulan ini adalah suci bagi warga Yahudi, Kristen, dan Muslim.

"Ini seharusnya menjadi waktu perdamaian dan bukan kekerasan. Tempat-tempat ibadah seharusnya hanya digunakan untuk pelaksaan keagamaan yang damai," ujar jubir PBB.

infografis Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya