Wall Street Beragam, Investor Menanti Data Inflasi hingga Laporan Keuangan Bank

Wall street atau bursa saham Amerika Serikat bervariasi pada perdagangan saham Senin, 10 April 2023. Indeks S&P 500 dan Dow Jones kompak menguat, indeks Nasdaq melemah.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Apr 2023, 06:28 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Senin, 10 April 2023. Indeks Nasdaq melemah sendirian. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan saham Senin, 10 April 2023. Indeks S&P 500 menguat pada awal pekan ini seiring investor melihat data utama inflasi.

Mengutip CNBC, Selasa (11/4/2023), indeks S&P 500 naik 0,1 persen ke posisi 4.109,11. Indeks Dow Jones bertambah 101,23 poin atau 0,3 persen ke posisi 33.586,52. Sementara itu, indeks Nasdaq melemah 0,03 persen ke posisi 12.084,36.

Saham teknologi berjuang seiring saham Apple jatuh 1,6 persen dan induk Google, Alphabet terpangkas 1,8 persen. Saham Tesla melemah 0,3 persen setelah perusahaan mengatakan akan memangkas harga lagi pada beberapa kendaraan listrik.

Sementara itu, saham produsen Chip naik setelah Samsung menuturkan akan memangkas produksi untuk mendukung harga. Saham Micron Technology menguat 8 persen.

Investor berada dalam minggu yang sibuk dengan data ekonomi termasuk data indeks harga konsumen dan harga produsen terbaru pada Maret yang masing-masing akan dirilis Rabu dan Kamis pekan ini. Rilis data inflasi membantu menentukan apakah atau kapan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS akan hentikan dan akhiri pengetatan kenaikan suku bunga.

“Kami melihat apa yang kami yakini sebagai narasi investor yang sama yaitu ketidakpastian seputar data ekonomi yang beragam, yang mendorong ketidakpastian seputar kebijakan the Fed dan kekhawatiran yang lebih besar-terutama dengan data ketenagakerjaan yang kuat pada Jumat,” ujar Greg Bassuk dari AXS Investments.

Ia menambahkan, the Fed dapat kembali bergerak maju dengan kenaikan suku bunga lainnya.

“Investor memiliki kekhawatiran yang lebih besar tentang potensi resesi Amerika Serikat, dan pasar tampaknya berada di bawah tekanan yang lebih besar karena keputusan the Fed semakin dekat,” ujar dia.


Pertemuan the Fed

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Adapun pertemuan the Fed berikutnya ditetapkan pada 2-3 Mei 2023. Adapun investor kembali dari liburan panjang akhir pekan dan menanggapi laporan pekerjaan Maret yang keluar pada Jumat Agung saat Bursa Efek New York tutup. Laporan tersebut menunjukkan ekonomi yang tangguh dan inflasi yang moderat, menyusul sejumlah tanda melemahnya pasar tenaga kerja awal pekan ini.

Data nonfarm payrolss tumbuh 236.000 pada bulan tersebut, sejalan dengan perkiraan Dow Jones sebesar 238.000, demikian laporan Departemen Tenaga Kerja. Tingkat pengangguran turun menjadi 3,5 persen berlawanan dengan ekspektasi yang akan bertahan dari bulan sebelumnya 3,6 persen.

Investor juga menanti rilis laporan keuangan kuartal I 2023. Tiga dari bank terbesar JPMorgan Chase, Wells Fargo dan Citigroup dan perusahaan perawatan kesehatan terbesar UnitedHealth Group dijadwalkan rilis laporan keuangan Jumat pekan ini.

Sementara itu, Head of Technial Strategy and Macro Research Strategas, Christopher Verrone melihat profil kepemimpinan di pasar saham terlihat lebih kosisten dengan perlambatan ekonomi. Hal ini seperti pesan lanjutan dari pasar obligasi.

Melihat kinerja pasar pada Kamis pekan lalu, sebelum jeda liburan tiga hari, Verrone melihat 63 saham industri termasuk Caterpillar dan Deere dan sekitar 32 saham sektor konsumsi relatif dalam daftar terendah dibandingkan indeks S&P 500, terutama industri.

Tidak seperti pada Februari 2023, reli terbaru di S&P 500 dipimpin oleh saham-saham yang lebih defensif bukan paling berisiko, demikian disampaikan Verrone.

Ia melihat hubungan antaraa saham konsumsi, transportasi dan utilitas, kapitalisasi kecil dan besar, harga emas serta tembaga, dan perusahaan dengan volatilitas rendah dan tinggi jauh lebih lemah dibandingkan awal tahun ini.


Penutupan Wall Street 6 April 2023

Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, wall street ditutup naik, dengan saham-saham teknologi mengangkat indeks S&P 500 ke level hijau karena pasar mengakhiri pekan perdagangan pendek dengan catatan tinggi meskipun ada tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja.

Melansir laman CNBC, pada perdagangan Bursa AS kali ini, indeks S&P 500 naik 0,36 persen menjadi 4.105,02 setelah turun sebanyak 0,50 persen  sebelumnya.

Komposit Nasdaq yang sarat teknologi mengungguli dengan kenaikan 0,76 persen menjadi 12.087,96, didorong kenaikan 3,78 persen di Google-parent Alphabet dan reli 2,55 persen di saham Microsoft.

Sedangkan Dow Jones Industrial Average naik tipis 2,57 poin menjadi 33.485,29 setelah kehilangan lebih dari 150 poin pada sesi terendahnya.

Indeks S&P 500 masih kehilangan 0,1 persen pada minggu ini, membukukan penurunan pertama dalam empat minggu. Nasdaq yang padat teknologi turun 1,1 persen di pekan ini, sedangkan 30-saham Dow naik 0,6 persen.

Pasar tetap bergejolak karena klaim pengangguran mingguan terbaru ternyata lebih tinggi dari yang diharapkan, menambah sinyal baru-baru ini yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan pekerjaan.

Ekspansi gaji swasta jauh di bawah ekspektasi pada bulan Maret. Sementara itu, jumlah posisi yang tersedia turun di bawah 10 juta pada bulan Februari, yang pertama dalam hampir dua tahun. PHK juga melonjak hampir lima kali lipat sepanjang tahun ini dari tahun lalu.

 


Ekonomi Mendingin

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Selama beberapa bulan terakhir, investor menyambut tanda-tanda pendinginan ekonomi dengan harapan hal itu dapat mendorong Federal Reserve untuk mengubah arah kampanye kenaikan suku bunga.

"Data klaim pengangguran "memberikan kepercayaan pada gagasan bahwa kenaikan suku bunga Fed mulai mendinginkan pasar tenaga kerja dan memperlambat ekonomi," kata Chris Zaccarelli, CIO di Independent Advisor Alliance.

"Kemungkinannya jauh lebih tinggi untuk menyebabkan resesi - dan bahkan resesi yang signifikan - daripada yang diyakini kebanyakan orang saat ini."

Tapi mereka sekarang bertanya-tanya apakah bank sentral telah bertindak terlalu jauh dalam upayanya untuk mendinginkan inflasi, memperketat ekonomi hingga ke titik resesi.

"The Fed membangun tembok dengan suku bunga dan sekarang ekonomi sedang mengalaminya," kata Jamie Cox, mitra pengelola di Harris Financial Group.

Perdagangan dipersingkat karena pasar tutup untuk Jumat Agung. Investor masih akan memantau dengan cermat laporan pekerjaan di Maret pada Jumat pagi.

Nonfarm payrolls telah menunjukkan pertumbuhan yang solid meskipun ada pemutusan hubungan kerja di sektor teknologi dan keuangan, tetapi banyak yang percaya bahwa tren tersebut akan segera berbalik.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya