Visa Indonesia Yakin Cashless Society Bakal Lebih Efisien, Ini Alasannya

Visa Indonesia meyakini cashless society lebih efisien dibandingkan masyarakat dengan uang tunai. Masyarakat pun percaya Indonesia akan cashless.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 11 Apr 2023, 09:16 WIB
Visa Indonesia rilis temuan dari Consumer Payment Attitudes Study, Senin (10/4/2023). (Foto: Visa)

Liputan6.com, Jakarta - Visa Indonesia meyakini cashless society (masyarakat tanpa uang tunai) lebih efisien dibandingkan masyarakat dengan uang tunai. Sebab, proses mengelola uang secara tunai dinilai lebih mahal dibandingkan cashless.

"Kalau melihat dari survei, 2023-2025 cukup tinggi, mereka percaya Indonesia akan cashless. Visa maunya (cashless) kemarin tahun lalu sudah cashless society karena saya percaya sekali kalau cashless society lebih efisien, handling cash luar biasa mahal," kata Presiden Direktur Visa Indonesia Riko Abdurrahman dalam Media Briefing, dikutip Selasa (11/4/2023).

Sebagai contoh, ia menyebut, jika menggunakan uang tunai untuk bertransaksi di pasar swalayan, kasir perlu menghitung berkali-kali dan ada kalanya uang tersebut jumlahnya kurang.

"Setelah kasir hitung, head of kasir hitung lagi dan semua kasir, besoknya akan dihitung lagi ke bank, di bank di hitung lagi. Jadi kalau saya maunya cashless dari kapan kapan, tapi kalau untuk lebih masuk akal kapan ya enggak tahu ya," kata dia.

Menurut ia, sebagai konsumen harus mencoba menggunakan pembayaran atau transaksi tanpa uang tunai untuk menuju cashless society.

"Kita harus sama-sama sebagai kpnsumen harus mencoba sudah banyak yang mencoba,  menurut saya sudah banyak yang mencoba," ujarnya.

Dengan demikian, ia mengatakan, masyarakat Indonesia kini semakin melangkah maju untuk meninggalkan uang tunai, seiring dengan meningkatnya adopsi metode pembayaran digital akibat pandemi. 

"Pembayaran digital tidak hanya membuat transaksi keuangan menjadi lebih mudah diakses, lancar, dan aman, tetapi juga memberikan dampak positif bagi kehidupan sehari-hari masyarakat di era pasca pandemi," ujar dia.

Visa Indonesia melihat hal ini sebagai peluang untuk meningkatkan kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan untuk memfasilitasi konsumen menggunakan pembayaran digital di setiap aspek kehidupan mereka. 

"Tunai sudah mulai kalah di beberapa sektor," kata Riko.

Tak hanya itu, Visa Indonesia juga terus bekerja sama dengan bank, merchant, fintech, dan mitra strategis lainnya untuk mendukung pembayaran digital dan mendorong pembayaran contactless sebagai fondasi pembayaran di masa kini dan masa depan.

 


Visa: 2 dari 3 Masyarakat Indonesia Siap Tinggalkan Pemakaian Uang Tunai

Anak muda juga perlu tahu apa bedanya kartu kredit Visa dan MasterCard.

Sebelumnya, Visa Indonesia merilis temuan dari Consumer Payment Attitudes Study terbarunya mengungkapkan pergeseran lebih lanjut dalam gaya hidup nontunai di Indonesia. Studi ini menunjukkan dua dari tiga (67 persen) masyarakat Indonesia bersiap-siap untuk meninggalkan uang tunai. 

Selain itu, dari mereka yang telah mencoba menggunakan pembayaran non-tunai, Gen Z (78 persen), Gen Y (74 persen), dan kalangan affluent (73 persen) menjadi yang terdepan. 

Presiden Direktur Visa Indonesia, Riko Abdurrahman mengatakan, masyarakat Indonesia kini semakin melangkah maju untuk meninggalkan uang tunai, seiring dengan meningkatnya adopsi metode pembayaran digital akibat pandemi. Pembayaran digital tidak hanya membuat transaksi keuangan menjadi lebih mudah diakses, lancar, dan aman, tetapi juga memberikan dampak positif bagi kehidupan sehari-hari masyarakat di era pascapandemi. 

Visa Indonesia melihat hal ini sebagai peluang untuk meningkatkan kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan untuk memfasilitasi konsumen menggunakan pembayaran digital di setiap aspek kehidupan mereka. "Tunai sudah mulai kalah di beberapa sektor," kata Riko dalam konferensi pers, Senin (10/4/2023). 

Selain itu, Visa Indonesia juga terus bekerja sama dengan bank, merchant, fintech, dan mitra strategis lainnya untuk mendukung pembayaran digital dan mendorong pembayaran contactless sebagai fondasi pembayaran di masa kini dan masa depan.

Dengan demikian, ketika dunia menjadi semakin digital, generasi muda berada di garis depan menuju masyarakat nontunai atau cashless society. Kenyamanan dan keamanan menjadi dua faktor terbesar yang mendorong adopsi pembayaran digital. 

 

 


Adopsi Gaya Hidup Digital

Ilustrasi pembayaran digital

"Di era smartphone dan internet, kecepatan dan kemudahan pembayaran digital memiliki daya tarik yang besar, baik itu melalui dompet digital, QR, hingga kartu kredit contactless. Faktor-faktor ini menyebabkan penurunan penggunaan uang tunai dari 87 persen di tahun 2021 menjadi 84 persen di tahun 2022. Hal ini juga menjelaskan mengapa dompet seluler dan pembayaran QR telah lebih banyak digunakan dibanding uang tunai dengan tingkat penggunaan 93 persen, diikuti oleh kartu kredit dan kartu debit sebesar 80 persen," kata dia.

Seiring dengan semakin banyaknya orang yang mengadopsi gaya hidup digital, banyak pula yang menyadari kemudahan dan kenyamanan menggunakan pembayaran dengan kartu contactless di mana konsumen hanya perlu men-tap kartu untuk membayar. 

Hal ini berkontribusi pada penggunaan pembayaran kartu contactless, yang telah mendapatkan momentum sejak dimulainya pandemi. Studi ini melihat adanya peningkatan penggunaan kartu contactless yang sebagian besar digunakan oleh segmen affluent (51 persen), diikuti oleh Gen Y (41 persen) dan Gen X (32 persen). 

Temuan studi ini juga mencerminkan bahwa setidaknya 8 dari 10 orang Indonesia menabung lebih banyak untuk masa depan sebagai imbas pandemi. Generasi muda khususnya, ingin lebih siap menghadapi tantangan keuangan yang tidak terduga dengan meningkatkan tabungan mereka. 

 


Perilaku Menabung

ilustrasi menabung (sumber: freepik)

Tak hanya itu, tren ini dapat dilihat dari perilaku menabung di keluarga, dengan 52 persen responden menyatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk meningkatkan jumlah tabungan mereka. Perilaku ini bahkan lebih menonjol di kalangan masyarakat affluent (65 persen), Gen Y (60 persen), dan Gen Z (53 persen).

Di sisi lain, Riko menyebut, masyarakat kini semakin beradaptasi dengan berbagai cara baru dalam bekerja, berbelanja, dan bersosialisasi. Banyak dari mereka yang beralih ke metode pembayaran digital, sehingga kesadaran akan manfaat transaksi nontunai semakin meningkat. 

Kemudahan dan kenyamanan pembayaran digital juga memudahkan masyarakat untuk melacak pengeluaran mereka dan mengelola anggaran, sehingga meningkatkan literasi keuangan mereka. 

"Visa berkomitmen terus untuk mendukung Indonesia dalam digitalisasi pembayaran dan keuangan, baik melalui produk dan solusi kami, serta melalui best practices sharing," tandasnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya