Kapan Malam Lailatul Qadar? Ini Cara Mendapatkan dan Tanda-Tandanya

Pada malam itu, Malaikat Jibril dan lainnya turun ke langit dunia memberikan keberkahan Allah SWT. Ada cara dan tanda-tanda mendapatkannya.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 11 Apr 2023, 10:31 WIB
 Umat Muslim Palestina berdoa selama malam Lailatul Qadar di depan Masjid Kubah Batu, di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Rabu (27/4/2022). Lailatul Qadar ditandai pada hari ke 27 bulan suci Ramadhan dan diperingati sebagai malam Nabi Muhammad menerima wahyu pertama Al-Qur'an.  (AP Photo/Mahmoud Illean)

 

Liputan6.com, Jakarta - Malam Lailatul Qadar merupakan malam kemuliaan yang lebih baik dari 1000 bulan. Pada malam itu, Malaikat Jibril dan lainnya turun ke langit dunia memberikan keberkahan dari Allah SWT. Pada malam itu juga diturunkan Al-Qur'an untuk pegangan hidup manusia.

Dalam surat al-Qadar dijelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan pada malam al-Qadar (malam kemualiaan). Dalam surat ad-Dukhan dijelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan pada lailah mubarakah (malam yang diberkahi), yaitu nama lain dari lailatul qadr. Dalam surat al-Baqarah dijelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadan. Dan dalam surat al-Anfal dijelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan pada malam yang bertepatan dengan bertemunya dua pasukan, yaitu pasukan muslimin dan pasukan musyrikin pada perang Badar, yaitu yang terkenal dengan hari pembeda antara haq dan batil, yang terkenal juga dengan hari kemenangan.

Semuanya tidak menyebutkan tanggalnya, dan dalam surat al-Baqarah hanya disebutkan bahwa turunnya al-Qur’an adalah pada bulan Ramadan. Menurut Sayyid Qutb, pada bulan Ramadan itulah diturunkan permulaan al-Qur’an ke dalam hati nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada umatnya.

Malam Qadar kadang-kadang disebut juga dengan malam takdir, karena pada malam itu Allah menetapkan segala sesuatu, kadang-kadang disebut juga malam maqam (kedudukan yang tinggi) atau qayyimah (yang lurus). (Sayyid Qutb, XXX: 210)

Dikutip dari laman Muhammadyah, Selasa (11/4/2023), malam Lailatul Qadar sangat dirahasiakan Allah, karena itulah pada surat al-Qadar ayat dua berbentuk pertanyaan: "Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?” (QS. al-Qadr (97): 2).

Maka hingga kini kapan tepatnya waktu Lailatul Qadar itu tidak dapat diketahui. Yang jelas, malam Lailatul Qadar merupakan malam yang sangat istimewa, karena kemuliaannya yang tidak tertandingi oleh malam-malam lainnya, dan digambarkan pada ayat tiga surat al-Qadr: "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. al-Qadr (97): 3).

Karena itu Rasulullah saw menganjurkan agar berusaha memperbanyak ibadah pada malam tersebut, sebagaimana diungkapkan dalam hadis: “Dari ‘Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: Carilah lailatul qadr pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh akhir bulan Ramadan.” [ditahrijkan oleh al-Bukhari, I, Kitab al-Tarawih, hal. 225].

Ada pula hadis: “Dari Ibnu Umar ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Tunggulah lailatul qadr pada sepuluh akhir (bulan Ramadan) atau sembilan akhir.” [ditahrijkan oleh Muslim, no. 211/1165].

Hadis di atas hanya menjelaskan bahwa Rasulullah saw menganjurkan agar mencari lailatul qadr pada sepuluh akhir atau sembilan akhir atau tujuh akhir bulan Ramadan, tidak menetapkan tanggal tertentu. Adapun tanggal 17 Ramadan, yang biasa diperingati di Indonesia, bukanlah ketetapan dari al-Qur’an atau hadis, melainkan merupakan hasil ijtihad ulama.

Mereka berpendapat bahwa tanggal 17 Ramadan, diisyaratkan dalam surat al-Anfal (8): 41, yang mengatakan bahwa permulaan diturunkannya al-Qur’an bertepatan dengan terjadinya perang Badar, yang menurut ahli sejarah terjadi pada hari Jumat, 17 Ramadan tahun 2 Hijriyah. Sekalipun tahunnya berbeda, tetapi tanggalnya sama.

Dari penjelasan tersebut, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa permulaan turunnya Al-Qur’an, adalah pada bulan Ramadan, tetapi para ulama berbeda pendapat mengenai tanggalnya, demikian pula tentang tanggal lailatul qadr. Karena itulah para ulama menganjurkan umat berusaha mencari malam Lailatul Qadr mulai permulaan bulan Ramadan hingga akhir bulan.


Cara Dapatkan Malam Lailatul Qadar

Tak satupun manusia yang mampu memprediksi secara tepat dan memastikan kapan malam Lailatul Qadar datang. Ahli tafsir, Prof Quraish Shihab dalam bukunya, Membumikan Al-Qur’an, menjelaskan bahwa semua uraian Al-Qur’an yang dimulai dengan wama adraka menunjukkan bahwa sesuatu itu tidak terjangkau atau hampir tidak terjangkau oleh nalar manusia. 

Di dalam Qur’an Surat Al-Qadr ayat 2 dijelaskan, wama adraka ma lailatul qadar (dan tahukah kamu malam lailatul qadar itu?). Wahyu Allah SWT tersebut ingin menegaskan bahwa betapa mulianya malam lailatul qadar. 

Meski tak dapat diprediksi umat muslim dapat mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Malam Lailatul Qadar. Caranya dengan mempersiapkan sejak awal Ramadan datang dengan memperbaiki ibadah. Berikut dua cara mempersiapkan diri untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. 

Pertama, melakukan kebaikan karena pada malam Lailatul Qadar malaikat turun (QS Al-Qadr: 4). Ketika malaikat turun dan mengunjungi seseorang, malaikat senang dengan kebaikan, melingkupi kebaikan apa saja. Malaikat mendukung manusia yang berbuat baik secara kontinu dan tidak menunda-nunda untuk membantu sesama. 

Kedua, di malam Lailatul Qadar ada kedamaian sampai fajar (QS Al-Qadr: 5). Artinya, damai dengan diri dan damai dengan orang lain. Termasuk tidak mengambil hak orang lain demi mewujudkan kesejahteraan. 

 


Tanda-Tanda Datangnya Malam Lailatul Qadar

Meski tidak ada satu pun orang yang mengetahui kapan datangnya malam Lailatul Qadar kepada dirinya, namun ada tanda-tanda yang bisa terbaca oleh manusia yang mengimaninya. Prof Quraish Shihab menegaskan, seorang muslim wajib untuk mengimani malam Lailatul Qadar berdasarkan pernyataan Al-Qur’an, bahwa “Ada suatu malam yang bernama Lailatul Qadar” (baca QS Al-Qadr: 1) dan malam itu merupakan “malam yang penuh berkah di mana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan kebijaksanaan” (baca QS Ad-Dukhan: 3). 

Selanjunya menurut pendapat Ibnu Hajar Al-Asqalani (1372-1449 M). Salah satu ulama hadits terkemuka dari mazhab Syafi’i dalam Fathul Bari menyebutkan ada 45 pendapat soal ketetapan waktu malam Lailatul Qadar. Berdasarkan 45 pendapat tersebut, yang paling unggul atau rajih adalah tanggal ganjil dari 10 malam terakhir bulan Ramadan. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya