Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terpantau berada di zona hijau pada perdagangan hari ini, Selasa 11 April 2023. Hingga penutupan perdagangan saham sesi pertama, saham PTBA telah naik 0,51 persen ke posisi 3.980. Saham dibuka stagnan pada posisi 3.960 dan bergerak pada rentang 3.950-4.010.
Melansir data RTI, frekuensi perdagangan saham PTBA pada waktu tersebut yakni 1.873 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 76.507 lot saham senilai Rp 30,5 miliar.
Advertisement
Dalam sepekan, harga saham PTBA terkoreksi tipis sebesar 1,24 persen. Dalam satu tahun terakhir, harga saham PTBA telah naik 20,91 persen. Kenaikan harga saham PTBA ini bersamaan dengan pengumuman berakhirnya masa jabatan Komisaris Utama PT Bukit Asam Tbk, Agus suhartono terhitung sejak hari ini, 11 April 2023.
"Terkait dengan hal tersebut, Perseroan akan menetapkan lebih lanjut pengaturannya pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan untuk Tahun Buku 2022 yang akan diinformasikan lebih lanjut oleh Perseroan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku," mengutip pernyataan Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk, Apollonius Andwie dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (11/4/2023).
Agus suhartono menjabat sebagai Komisaris Utama sejak RUPSLB perseroan pada 10 Oktober 2013. Melansir laman resmi PTBA, Agus memiliki latar belakang pendidikan di Lemhanas (2003), Sesko TNI (1999), Seskoal (1994) dan Akademi Angkatan Laut (1978).
Sebelum menjabat sebagai Komisaris Utama PT Bukit Asam Tbk, pria kelahiran Blitar 25 Agustus 1955 ini pernah menjabat sebagai Panglima TNI periode 2010-2013. Sebelumnya beberapa jabatan penting juga pernah dijalaninya, seperti Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) 2010 dan menjadi Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan.
Kinerja IHSG Sesi I Hari Ini 11 April 2023
Sementara itu, pada sesi pertama, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau. IHSG naik tipis 0,02 persen ke posisi 6.772,86. IHSG dibuka stagnan ke posisi 6.771,23. Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 6.781,20 dan terendah 6.738,76. Sebanyak 268 saham menguat dan 236 saham melemah. 196 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 829.729 kali dengan volume perdagangan 12,8 miliar saham. Nilai transaksi Rp 4,1 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.891.
Secara sektoral saham, mayoritas sektor saham menghijau. Sektor saham energi susut 0,11 persen, sektor saham nonsiklikal tergelincir 0,60 persen, sektor saham siklikal terpangkas 0,17 persen, dan sektor saham transportasi melemah 0,08 persen.
Sementara itu, sektor saham basic bertambah 1,1 persen, sektor saham industri menguat 0,26 persen, sektor saham kesehatan mendaki 0,18 persen, sektor saham keuangan bertambah 0,22 persen, sektor saham properti mendaki 1,38 persen dan sektor saham teknologi naik 1,21 persen.
Advertisement
Bukit Asam Siapkan Belanja Modal Rp 6,4 Triliun pada 2023, untuk Apa Saja?
Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 6,4 triliun pada 2023. Belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk investasi.
"Belanja modal untuk 2022 target investasi Rp 2,9 triliun. Tetapi, kami ada sedikit peningkatan belanja. Ini di beberapa area meliputi investasi rutin perushaaan anak dan investasi yang sifatnya pengembangan, pada 2023 target investasi Rp 6,4 triliun," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Farida Thamrin dalam konferensi pers, Kamis (9/3/2023).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail mengatakan, pihaknya akan melakukan ekspansi secara selektif.
"PTBA tetap mau ekspansi tp selektif karena kita sendiri memiliki resources yang kurang lebih sampai sekarang lebih dari 5 miliar metrik ton (MT) dan yang sudah mineable reservenya atau terukur kurang lebih 3 miliar ton," kata Arsal.
Selain itu, Bukit Asam juga tengah mendukung program pemerintah dalam menggenjot hilirisasi. "Kami fokus dengan eksisting, yang eksisting ini untuk bagaimana dengan yang ada kita optimalkan enggak hanya jual batu bara tapi dukung program pemerintah hilirisasi," ujar dia.
Di samping itu, Bukit Asam juga mulai melakukan diversifikasi, salah satunya terjun ke energi baru terbarukan (EBT).
"Kemudian folus lain kami juga harus sesuaikan karena net zero emission tidak bisa dihindari maka kami mulai diversifikasi peluasan enggam ke fosil tapi ke EBT termasuk hilirisasi. Ekspansi ini kami tetap selektif ketika nanti ada penugasan atau kesemptan yang diberikan pemerintah kami juga tenunya akan masuk ke sana," ujar dia.
"Bukit Asam menggunakan yang sudah ada dan jika memiliki kesempatan akan ekspansi tapi tentunya dengan kajian dan analisa dan lakukan eksplorasi," ia menambahkan.
Ekspansi Bisnis Bukit Asam
Sejalan dengan visi PTBA, ekspansi bisnis perusahaan ke sektor energi baru dan terbarukan terus bergulir. PTBA terus melakukan transformasi melalui diversifikasi bisnis untuk menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Salah satunya dengan masuk ke bisnis energi baru terbarukan (EBT). Wujud konkret dukungan PTBA dalam upaya pengurangan emisi karbon global juga ditandai dengan sinergi bersama PT Jasa Marga (Persero) Tbk dalam pengembangan PLTS berkapasitas 400 Kilowatt-peak (kWp) di jalan tol Jasa Marga Group.
Pembangunan PLTS Jalan Tol Bali Mandara yang telah diresmikan pada 21 September 2022 lalu, berjalan dengan sangat baik sehingga menghasilkan manfaat positif berupa efisiensi energi dan biaya operasional, serta tentunya turut mendukung Presidensi G20 Indonesia pada November 2022, yang salah satunya berfokus pada isu transisi energi.
Sejalan dengan visi menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan, PTBA berkomitmen untuk mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi batu bara dan menjaga ketahanan energi nasional.
"Rencana tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2017," imbuhnya.
Kemudian, PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP) membangun PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas 2x660 MW, atau dikenal juga sebagai PLTU Tanjung Lalang.
Advertisement
Bangun PLTU Mulut Tambang
HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dan China Huadian HongKong Company Ltd. Pembangunan PLTU yang nantinya membutuhkan sekitar 5,4 juta ton batu bara per tahun ini telah mencapai kemajuan konstruksi sebesar 97 persen. Pembangkit listrik ini diharapkan dapat mulai beroperasi komersial pada 2023.
Selain itu, PTBA dan PLN melakukan penjajakan dalam pengakhiran lebih awal (early retirement) PLTU Pelabuhan Ratu 3x350 MW. Komitmen ini dituangkan melalui penandatanganan Principal Framework Agreement dalam rangkaian agenda Stated-Owned Enterprises(SOE) International Conference di Bali pada 18 Oktober 2022.
Setelah penandatanganan Principal Framework Agreement ini, PTBA dan PLN akan melakukan proses due dilligence (uji tuntas) untuk program early retirement PLTU tersebut.
Tak hanya itu, sejalan dengan target perusahaan untuk meningkatkan kapasitas angkutan batu bara jalur kereta api menjadi 72 juta ton per tahun pada 2026, dilakukan pengembangan angkutan batu bara Tanjung Enim -Keramasan dengan kapasitas 20 juta ton per tahun, dengan lingkup yang dibangun oleh PTBA adalah Train Loading System dan Coal Handling Facility sementara PT KAI menyiapkan dermaga serta sarana transportasinya (gerbong).
Jalur tersebut direncanakan akan beroperasi pada kuartal IV 2024. Di samping itu, juga dikembangkan angkutan batu bara ke Dermaga Perajen dengan kapasitas angkut 20 juta ton per tahun dan direncanakan akan beroperasi pada kuartal III 2026, di mana fasilitas nantinya akan dipergunakan untuk mendukung Kerja Sama Sinergi BUMN Rantai Pasokan Batu Bara untuk Meningkatkan Ketahanan Kelistrikan Nasional. Adapun, penandatanganan Head of Agreement telah dilakukan oleh PTBA, KAI, dan PLN pada 16 Februari 2022.