Transaksi Remitansi Diprediksi Naik 30 Persen Saat Ramadan dan Lebaran

Pengiriman uang atau remitansi akan meningkat hingga 30 persen di momen Ramadhan dan Idul Fitri.

oleh Septian Deny diperbarui 12 Apr 2023, 13:15 WIB
RemitPro, produk layanan keuangan milik PT Reyhan Putra Mandiri, serta afiliasi Digiasia Bios.

Liputan6.com, Jakarta Pengiriman uang atau remitansi akan meningkat hingga 30 persen di momen Ramadhan dan Idul Fitri. Kenaikan pengiriman uang ini diprediksi RemitPro, produk layanan keuangan milik PT Reyhan Putra Mandiri, serta afiliasi Digiasia Bios

Seperti diketahui, tren pengiriman uang dari pekerja migran Indonesia atau PMI memang selalu meningkat disaat momen Ramadhan dibandingkan bulan normal.

Biasanya pengiriman uang telah terjadi sebelum datangnya bulan suci guna memenuhi kebutuhan keluarga pekerja migran yang meningkat disaat momen Ramadhan dan Idul Fitri.

"Kurang lebih rata-rata 20-30 persen peningkatannya dan terjadi sebelum puasa. Biasanya 2-3 hari sebelum puasa sudah tinggi dan kembali turun (remitansi) sesudah lebaran," kata Presiden Direktur RemitPro, Arman Bhariadi dalam acara DigiAsia Bios, dikutip Rabu (12/4/2023).

Selain Ramadan, ada sejumlah momen-momen yang juga mendongkrak pengiriman uang dari pekerja migran ke Indonesia. Salah satunya momentum Idul Adha untuk kebutuhan memotong kurban di kampung halaman.

Kemudian ada pula momen Sincia atau perayaan pergantian tahun China. Pada momen ini, para PMI yang bekerja di Hongkong, Taiwan, Singapura, biasanya akan mendapatkan angpao yang kemudian akan dikirimkan uangnya ke keluarganya di Indonesia.

"Dari 100 persen uang yang diterima pekerja migran biasanya ada (uang) yang dipegang untuk kebutuhan pribadi dan sebagian dikirimkan keluarga,"tegasnya.

Dalam catatannya, remitansi yang dikirimkan dari Hongkong dan Taiwan dimomentum Sincia mencapai 14 hingga 15 persen. Dengan demikian, ia menegaskan bahwa momentum perayaan hari besar keagamaan maupun hari besar di Negara pekerja migran ikut mempengaruhi naiknya remitansi.

 


ADB: Remitansi ke Asia Pasifik Naik USD 21,2 Miliar di 2021

Petugas menghitung pecahan 100 dolar AS di jasa penukaran uang, Melawai, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Nilai tukar rupiah tembus Rp15.236 per dolar AS pukul 10.41 WIB pada perdagangan Rabu (28/9/2022). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Asian Development Bank (ADB) mencatat kenaikan pengiriman uang ke kawasan Asia Pasifik dari warga yang bekerja di luar negeri atau remitansi meningkat 6,7 persen pada 2021. Lebih baik dari sebelumnya yang merosot 2 persen pada 2020.

ADB mencatat kenaikan ini berimbas dari pelonggaran lockdown di sejumlah negara karena Covid-19. Dengan tren pelonggaran itu, diprediksi pada 2022 mendatang pengiriman uang atau remitansi ini akan tumbuh 5,9 persen.

Secara absolut, pengiriman uang ke wilayah tersebut diperkirakan akan meningkat sebesar USD 21,2 miliar tahun ini dan USD 19,8 miliar tahun depan, kata pemberi pinjaman yang berbasis di Manila dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada hari Selasa.

“Arus masuk ke kawasan itu tahun lalu mencapai USD314 miliar,” kata ADB, mengutip Reuters, Rabu (29/12/2021).

Menurut ADB, rata-rata, kawasan Asia Pasifik diperkirakan menyumbang sekitar 63,4 persen dari total peningkatan pengiriman uang global pada tahun 2021 dan 2022.

Sementara itu, ABD juga mencatat penerimaan pengiriman uang di seluruh dunia dapat meningkat sebesar 4,8 persen, atau sekitar USD34 miliar, pada tahun 2021. Serta sebesar 4,2 persen, atau USD30,7 miliar, pada tahun 2022.


Asal Negara Pengirim

Petugas menunjukkan mata uang kertas berbagai negara di jasa penukaran uang, Melawai, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Nilai tukar rupiah tembus Rp15.236 per dolar AS pukul 10.41 WIB pada perdagangan Rabu (28/9/2022). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Masih mengutip Reuters, ADB menyertakan sejumlah negara asal pengiriman uang ke Asia Pasifik itu.

Sekitar 60 persen dari arus masuk remitansi ke kawasan Asia-Pasifik kemungkinan akan datang dari Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

“Sementara hampir 30 persen akan berasal dari Timur Tengah,” katanya.

ADB telah memangkas perkiraan pertumbuhannya untuk negara berkembang Asia sekelompok 45 negara di kawasan Asia-Pasifik untuk tahun ini dan selanjutnya untuk mencerminkan risiko dan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh varian virus corona Omicron.

infografis Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya