Liputan6.com, Madinah - Arab Saudi mengatakan pada Senin, 3 April 2023 bahwa Masjid Nabawi di Kota Madinah telah menerima lebih dari 10 juta jemaah sejak awal Ramadhan.
Presidensi Umum untuk Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi telah memperluas jangkauan layanan kepada jemaah di Masjidil Haram, Saudi Press Agency melaporkan.
Advertisement
Layanan tersebut meliputi pembagian paket air suci Zamzam, bimbingan multibahasa, mengelilingi Ka'bah, dan pembagian gelang pelacak kepada anak-anak untuk melindungi mereka agar tidak tersesat di tengah kerumunan orang.
Sebelumnya, aturan fotografi dan videografi baru diumumkan oleh Kementerian Haji dan Umrah untuk Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
"Di Dua Masjid Suci, kami memperhitungkan kesucian tempat itu, jadi kami memiliki etiket fotografi, dan kami menjaga hak orang lain," kata kementerian melalui pernyataan yang dirilis melalui Twitter, dilansir dari Arabian Business, Rabu (12/4/2023).
Masjid Nabawi biasanya menerima pengunjung dan jemaah dalam jumlah besar selama 10 hari terakhir bulan suci Ramadhan. Untuk itu, Badan Kepresidenan Umum Urusan Masjid Nabawi telah memaksimalkan upaya agar lonjakan jumlah jemaah dan pengunjung pada periode tahun ini dapat dilayani melalui sistem pelayanan terpadu 24 jam.
Badan tersebut telah mengambil langkah-langkah untuk mempersiapkan masjid untuk menerima banyak orang, termasuk pembersihan semua lantai dan halaman luar, dan meningkatkan efisiensi serta kualitas layanan yang disediakan untuk kenyamanan semua jemaah.
Pihaknya juga mengerahkan sumber daya manusia untuk memastikan kelancaran pergerakan jemaah masjid. Untuk menyediakan layanan berkualitas tinggi bagi para pengunjung, badan tersebut telah menyusun rencana untuk memastikan koordinasi dan integrasi dengan semua badan terkait, termasuk layanan sukarela, dikutip dari Saudigazette.
Badan tersebut telah meningkatkan operasi pembersihan dan sterilisasi, misalnya menyediakan sajadah dan wadah air. Itu menyiapkan semua fasilitas masjid dan meningkatkan layanan yang didedikasikan untuk mengangkut orang tua dan orang cacat ke tempat salat yang telah ditentukan melalui kendaraan reguler dan kursi roda, untuk memastikan kenyamanan dan kemudahan akses mereka.
Semua layanan itu adalah bagian dari upaya yang dilakukan oleh agensi untuk memastikan bahwa layanan dengan kualitas terbaik diberikan kepada para pengunjung masjid, untuk membantu mereka melakukan ritual dengan mudah.
Beberapa Aturan Baru Arab Saudi Saat Ramadhan 1444 H, Dilarang Buka Puasa Sembarang Tempat hingga Bawa Anak ke Masjid
Bicara soal layanan baru yang diberikan untuk menyambut banyak jemaah, Menteri Urusan Islam, Dakwah dan Bimbingan, Dr. Abdullatif Al Sheikh juga mengeluarkan surat edaran ke semua cabang kementerian mendekati bulan suci Ramadhan. Isinya menguraikan persiapan yang diperlukan untuk masjid dan jemaah.
Kementerian terkait mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan kenyamanan dan keamanan jemaah selama waktu suci ini. Surat edaran tersebut merupakan indikasi yang jelas dari komitmen kementerian untuk memberikan layanan terbaik kepada masyarakat.
Menurut surat edaran tersebut, seperti dikutip dari Gulf News, Kamis (9/3/2023), salah satu yang dibahas adalah perihal buka puasa bagi mereka yang berpuasa harus diadakan di area yang ditentukan, di halaman masjid dan berada di bawah tanggung jawab imam dan muadzin.
Orang yang bertanggung jawab mengelola buka puasa kelompok harus memastikan bahwa area dibersihkan segera setelah buka puasa, dan tidak boleh ada ruangan atau tenda sementara yang didirikan untuk tujuan buka puasa.
Surat edaran itu juga mengimbau jemaah untuk tidak membawa anak-anak ke masjid saat salat, karena menimbulkan kebingungan dan menyebabkan hilangnya ketakwaan.
Advertisement
Arab Saudi Resmikan Program Amal Buka Puasa di Sri Lanka dan Pakistan, Upaya Tingkatkan Solidaritas Umat Muslim
Tidak lama ini, Kementerian Urusan Islam, Dakwah dan Penyuluhan Arab Saudi diwakili oleh atase agama di Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi di Kolombo meresmikan program buka puasa bersama Raja Salman di Sri Lanka.
Dikutip dari Arab News, Senin (10/4/2023), program tersebut diresmikan di hadapan Duta Besar Saudi untuk Kolombo Khalid bin Hamoud Al-Qahtani, Direktur Departemen Urusan Islam dan Kebudayaan Kementerian Agama Sri Lanka Zain Al-Abidin Mohammed Faisal, dan beberapa tokoh Islamic Center di Sri Lanka.
Dalam kesempatan itu, Al-Qahtani menekankan pentingnya gagasan program buka puasa bersama tersebut dalam meningkatkan solidaritas sesama umat Islam selama bulan Ramadhan.
Program tersebut, katanya, mencerminkan kepedulian dan perhatian kepemimpinan Arab Saudi kepada umat Islam di seluruh dunia dan keinginannya untuk meningkatkan aksi bersama bersama kaum muslim.
Kementerian Urusan Islam, yang diwakili atase agama Kedutaan Besar Saudi di Islamabad juga meresmikan program buka puasa bersama serupa di Masjid Raja Faisal, salah satu masjid terbesar di Pakistan.
Acara tersebut dihadiri oleh Duta Besar Saudi untuk Pakistan Nawaf bin Said Al-Malki dan Menteri Urusan Agama dan Kerukunan Antar Agama Pakistan Mufti Abdul Shakoor.
Beberapa Titik Kritis Jemaah Haji Selama di Arab Saudi yang Perlu Diantisipasi
Sebelumnya, Direktur Bina Haji Kementerian Agama (Kemenag) Arsyad Hidayat mengungkapkan sejumlah titik kritis yang perlu menjadi perhatian selama melayani calon jemaah haji 2023 di Arab Saudi. Hal itu disampaikan Arsyad saat memimpin apel pagi Bimbingan Teknis (Bimtek) Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa (11/4/2023).
Ia mengatakan, setidaknya ada lima titik kritis yang harus menjadi perhatian bersama, terutama bagi para petugas haji dari PPIH Arab Saudi. Pertama soal perbedaan kultur, budaya, suhu, dan lain-lain antara Indonesia dengan Arab Saudi. Perbedaan ini kerap membuat jemaah haji Indonesia kaget hingga stres.
"Contoh banyak orang syok lihat kultur bicaranya keras karena mereka hidup di padang pasir. Ada yang anggap kok mereka marah-marah ke kami. Ada nenek-nenek yang sampai stres karena susah dicek mukanya oleh imigrasi, merasa dibentak-bentak, padahal bukan. Jadi ini kaitan dengan kultur pun bisa membuat jemaah kita jadi stres. Ini perlu diantisipasi," ujar Arsyad.
Titik kritis kedua terjadi ketika jemaah haji baru tiba di Arab Saudi. Jemaah gelombang 1 akan tiba di Madinah dan melaksanakan salat arbain (salat 40 waktu) di Masjid Nabawi. Sementara jemaah gelombang 2 akan mendarat di Bandara Jeddah dan langsung menuju Mekkah untuk melakukan umrah wajib atau umrah haji.
Dalam situasi itu, kebanyakan jemaah akan sangat bersemangat untuk langsung melakukan ibadah. Saking semangatnya, mereka bahkan lupa melakukan orientasi lokasi tempat tinggalnya, sehingga tidak sedikit yang tersasar dan tidak bisa pulang ke hotel atau pemondokan.
"Ini harus jadi perhatian setiap kali ada kedatangan minta jemaah haji lakukan orientasi lokasi mereka tinggal, pertama hotelnya di mana, jalannya jalan apa, ciri fisiknya apa, setiap jemaah dibekali kartu hotel untuk suatu saat ketika tersasar bisa minta tolong siapa pun, termasuk kepada petugas haji Indonesia," tuturnya.
Advertisement