Liputan6.com, Jakarta Viral di media sosial, kisah seorang pemuda asal Lebak Banten yang menjadi imam besar di Masjid Dubai. Video pemuda yang diketahui bernama Asep Ismatullah itu beredar luas di jagat maya ketika ia menjadi imam besar di Masjid Al-Akhyar, Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Asep merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berasal dari Kampung Panyandungan, Kecamatan Maja, Lebak, Banten. Siapa sangka, anak kelima dari tujuh bersaudara itu sudah hampir enam tahun menjadi imam besar di masjid tersebut.
Advertisement
Menurut sang kakak, Abdul Basit, perjalanan Asep menjadi imam besar bermula dari ketidaksengajaan. Butuh proses dan perjuangan untuk menjadi imam besar seperti sekarang ini. Asep mengikuti rangkaian seleksi dan dinyatakan lolos untuk dikirim ke Dubai mengikuti seleksi lanjutan.
Meski butuh waktu yang panjang, Asep akhirnya berhasil mengikuti semua tahapan seleksi yang bisa dibilang cukup rumit. Sang kakak juga mengungkapkan jika adiknya itu harus bersaing dengan ribuan peserta dari Indonesia dan negara lainnya.
Penasaran bagaimana sosok pemuda tersebut? Berikut ini Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, beberapa fakta mengenai Asep Ismatullah, pemuda asal Banten yang jadi imam salat di Masjid Dubai, Rabu (12/4/2023).
1. Sudah 6 Tahun Jadi Imam Besar di Masjid Dubai
Warganet Indoneisa dibuat takjub oleh kisah seorang pemuda asal Lebak Banten, di mana dirinya menjadi imam besar di Masjid Al-Akhyar, Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Videonya saat membaca lantunan ayat suci Al-Qur'an pun viral tersebar di media sosial, seperti TikTok, Facebook, hingga ke Twitter.
Suara merdunya bahkan sampai membuat para jemaah menangis saat membacakan doa. Hal itu lantas membuat warganet ikut berdecak kagum. Diketahui, pria yang akrab disapa Asep itu ternyata sudah hampir enam tahun menjadi imam besar masjid di Dubai tersebut.
Advertisement
2. Berhasil Melalui Proses Seleksi yang Rumit
Perjalanan pemuda asal Lebak Banten itu pun tidak mudah. Awalnya ia diminta oleh sang paman untuk mengikuti tes menjadi imam di sebuah masjid di Dubai. Saat itu, Asep Ismatullah mengaku tidak memiliki persiapan apapun, termasuk soal hafalan.
Bercerita dalam kanal YouTube Iyan Vlog, Asep mengaku cita-citanya sejak kecil adalah menjadi imam di Arab Saudi, karena itu ia akhirnya memberanikan diri untuk ikut seleksi.
"Untuk sampai di sini (Masjid Al Akhyar, Dubai) ini sebetulnya tidak ada niatan di awal. Saat itu saya ditelpon oleh paman saya disuruh tes imam. Karena paman saya itu guru juga, akhirnya saya ikut dan alhamdulillah lolos. Sebelumnya saya mondok di Al Fallah 2, Nagreg," kata Asep.
Setelah menjalani serangkaian proses, Asep kemudian menjalani tes yang diuji langsung oleh Kementerian Agama Abu Dhabi yang datang ke Jakarta. Saat itu, Asep hanya berusaha semaksimal mungkin tanpa berambisi menjadi imam besar. Siapa sangka, Asep berhasil lolos mengalahkan 99 peserta lainnya.
3. Hafal Al-Qur'an 30 Juz dan Menguasai Bahasa Arab
Asep pun kemudian berangkat ke Uni Emirat Arab pada tahun 2017 untuk mengikuti tahapan berikutnya. Menurut sang kakak, adiknya itu harus bersaing dengan ribuan peserta dari Indonesia dan negara lainnya.
Salah satu syarat untuk menjadi imam di Masjid Al-Akhyar adalah harus hafal Al-Qur'an 30 juz, selain itu calon imam juga diharuskan lancar hafalannya dan menguasai bahasa Arab. Serangkaian tes pun berhasil dilalui oleh Asep Ismatullah hingga dinyatakan lolos dan diberangkatkan ke Dubai.
Ketika lolos, Asep langsung dikarantina di Masjid King Faisal, Sarjah. Dan seminggu setelahnya, nama Asep keluar sebagai imam di Dubai. Dari ribuan orang yang mendaftar, hanya 21 orang yang diterima dan Asep menjadi salah satunya.
"Ketika lolos itu tidak langsung ditugaskan, saya kayak semacam dikarantina terlebih dahulu sekitar bulan Agustus tahun 2017," katanya.
Advertisement
4. Jadi Asisten Imam di Sarjah
Masih dalam kanal YouTube yang sama, Asep juga menceritakan dirinya sempat menjadi asisten imam besar di Sarjah. Ketika itu, ia mengaku mendapat pengalaman luar biasa saat mendampingi imam besar asal Maroko di Sarjah.
Dia bahkan dijemput langsung oleh sang imam dan langsung dijadikan asisten. Padahal sebelumnya, imam besar Maroko itu sempat direkomendasikan imam dari negara lain. Namun langsung menjatuhkan pilihan kepada Asep, setelah tahu dirinya berasal dari Indonesia.
"Waktu itu juga ada cerita menarik. Saat itu saya dijadikan asisten imam asal Maghribi (Maroko), padahal sebelumnya sudah disarankan imam dari negara lain, namun setelah tahu saya dari Indonesia beliau langsung cocok. Katanya beliau pernah punya teman orang Indonesia, dan baik-baik," ungkapnya.
5. Membanggakan keluarga
Dalam sebuah wawancara, kakak Asep, Abdul Basit, mengaku sangat bangga dengan pencapaian yang diraih sang adik. Begitu pula dengan keluarga yang awalnya tidak berekspektasi akan lolos saat proses seleksi.
Meski mengaku bangga, namun sang ibu ingin anaknya biasa saja dan tidak viral seperti saat ini. Wanita itu khawatir anaknya akan terkena penyakit ain yang berdampak pada kesombongan dan ria.
"Bangga jelas bangga, tapi kami maunya ya biasa-biasa saja (jangan viral). Takut nanti kena penyakit ain," ucap ibu Asep, Mamnu'ah.
Advertisement